[Review Buku] PERIKARDIA Karya dr. Gia Pratama

Saya tidak akan pernah bisa mengingat seluruh buku yang pernah saya baca, seperti saya yang tidak bisa mengingat seluruh makanan yang pernah saya makan. Namun, keduanyalah yang  membuat dan membentuk diri saya sekarang ini.” (halaman 135)

“Jujur menjadi dokter bukan cita-cita saya dari kecil. Saya ingin menjadi astronaut. Tapi setelah mengetahui bahwa luar angkasa begitu luas, dan menyadari bahwa Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Andromeda tidak terpengaruh apa pun dan tetap akan baik-baik saja bila bumi tidak ada. Juga, setelah terjun ke dunia ini, bersama teman-teman menghadapi banyak pasien di rumah sakit, saya menemukan tujuan hidup saya. Saya bukan hanya takjub pada luar angkasa, tapi takjub kepada tubuh manusia ciptaan-Nya.” (halaman 321)

Judul Buku            : PERIKARDIA
Penulis                    : dr. Gia Pratama
Tahun Terbit          : Cetakan I, Desember 2019
Penerbit                  : Mizania
Jumlah Halaman  : 336 halaman
ISBN                        : 978-602-418-194-9

Sinopsis:

Gia tidak pernah menyuntik, membius, menjahit luka, apalagi menyembukan orang.

Gia tidak pernah membayangkan itu semua. Cita-citanya waktu kecil menjadi seorang astronaut. Diinspirasi Papanya yang seorang penerbang. Dia ingin melihat hamparan Bumi yang indah dari kejauhan. Impian yang terus memenuhi kepalanya lebih dari dua dekade.

Semua berubah saat Gia masuk Fakultas Kedokteran. Menjadi dokter? Pikirnya berulang-ulang. Saat koas Gia ditempatkan di kota yang tidak dia kenal seumur hidupnya, Garut. Kesempatan itu membuat pikirannya semakin terbuka.

Kehidupan yang nyaman, serba cukup, praktis, dan nyaris tidak terbayang susahnya hidup, saat koas semuanya berubah. Gia yang awalnya terpaksa melakukan pengabdian masyarakat, mendapat pelajaran berharga dan menakjubkan.

Bersama teman-temannya, mereka bahu membahu membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Saling mendukung, menggali kenyataan tentang tubuh manusia yang indah tiada dua, dan mengingat tentang tanggung jawab untuk menjaganya.

Semua yang dialaminya akan mempersiapkan dirinya untuk ujian sesungguhnya, “ Ujian Tingkat Dewa.”

Setelah buku pertama Berhenti di Kamu yang terbit pada bulan Desember 2018, kini dokter Gia hadir dengan buku kedunya Perikardia yang membuka segalanya, tentang perjalanan dan pengalaman ketika menjadi koas. Koas atau Co-Assistant adalah sebuah istilah yang disematkan bagi seorang dokter muda yang telah menyelesaikan pendidikannya di perkuliahan. Koas juga biasanya selalu didampingi dokter senior yang sudah ahli dibidangnya.

Masa koas adalah masa 2 tahun yang harus ditempuh semua mahasiswa kedokteran yang sudah lulus menjadi Sarjana Kedokteran, sebagai syarat utama menjadi dokter. Bila tidak menjadi koas, saya hanya akan menjadi S-1 tanpa boleh praktik. Bisa, sih, dengan modal S-1 itu    ikut mendaftar menjadi S-2, bahkan S-3, tapi itu bukanlah jalan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter. Menjadi dokter memang tidak pernah menjadi cita-cita saya. Itu cita-cita orangtua, sebab cita-cita saya menjadi astronaut. Cita-cita yang tandas bahkan sebelum saya memulai, karena saya berkacamata. (halaman 16)

Baca juga: Berhenti di Kamu karya dr. Gia Pratama

PO Perikardia , edisi tanda tangan penulisnya, dr. Gia Pratama.

Baca juga: review buku Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian

                  review buku Ghost Fleet karya P.W. Singer & August Cole  

Tokoh-tokoh dalam buku ini: dokter Gia, istrinya-Mba Fira, Mama, Papa, Gianne adik kesayangan dan kebanggaan sang dokter, teman-teman koasnya: Imam, Arif, Sadewa, Bobby, Lista, Bunga. Tak lupa teman-teman koas seperjuangannya seperti Scarlet—perempuan yang sangat dikagumi dr Gia, Gladya—teman semasa kuliah dan koas yang sangat dikaguminya, juga Indah—teman kuliah dan koas yang dekat dengan dr. Gia. Kemudian dokter-dokter senior di RSUD Garut, juga pasien-pasien yang ditangani dokter Gia.

Menurut saya, judulnya sangat menarik, cover-nya juga keren. Tentang judul buku tersebut, dijelaskan dengan sangat mempesona oleh dokter Gia

Kita semua tahu bahwa seluruh organ dalam kita memiliki baju. Bajunya otak kita sebun dengan meningen, bajunya paru-paru kita sebut dengan pleura, dan bajunya organ-organ dalam perut yang kita sebut dengan peritoneum. Nah, enam tahun terakhir ini adalah bajunya jantung kita, PERIKARDIA. Singkatan dari Perjalanan Indah untuk dikenang, ribet untuk diulang! (halaman 322)

Buku ini berisi cerita koas, cerita kesehatan berupa kisah nyata yang dialami saat koas di sebuah RSUD, cerita horor di rumah sakit, dan yang tak kalah seru serta bikin penasaran tentunya tentang kisah kasih tak sampai hingga pemuja rahasia. Nah kira-kira cerita kasih tak sampai seperti apa yang disajikan buku ini? Terus, siapa ya… pemuja rahasia yang mengirimkan nasi pecel lele hingga kartu lebaran untuk dokter Gia? Cerita horor apa saja yang ada di buku ini? Bagaimana kisah dokter Gia dan Mba Fira? Apakah di buku ini ada Elsa seperti di buku Berhenti di Kamu? Yang pasti sih, saya seneng banget dengan cerita bulan madunya dokter Gia, cerita perjalanan ke Eropa-nya. Banyak kisah mengharukan yang ada dalam buku ini, banyak pengetahuan, dan masih banyak lagi dong. 😀 Buku yang sangat inspiratif, edukatif, sekaligus menghibur 👍

Baca juga: Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky

Hal-hal menarik menarik dari buku Perikardia,

  • Ada beberapa gambar yang mendukung suasana cerita yang diceritakan dokter Gia, yang kocak saat ada perempuan yang memakai mukena, yang seram saat anak kecil mau pipis di kamar mandi tapi nggak bisa karena ada…. (silahkan baca dan lihat sendiri :D), dan yang paling manis tentu saja gambar dokter Gia sedang memangku bayi yang sudah lahir dan meminta izin untuk menggunakan nama lengkap dokter Gia.
  • Ada banyak nasehat dari para dokter kepada dokter Gia dan teman-temannya pada saat koas.
  • Ada banyak juga nasehat dari Mama, Papa juga Daddy, pesan orangtua untuk anak-anaknya, dokter Gia dan Mba Fira. Dan tentu saja banyak bertebaran kalimat inspiratif yang disampaikan oleh dokter Gia.
  • Buku yang sangat bergizi, kalau sering mendengar istilah you are what you eat dan tentunya kita mesti makan makanan sehat agar tubuh dan jiwa kita juga sehat. Maka buat kamu yang suka baca buku, tentunya saat kita memutuskan untuk membaca buku, maka pilihlah buku yang akan memberi makanan positif untuk jiwa dan otak kita, dan buku ini salah satunya.
  • Selain isinya menarik dan dikemas dengan bahasa ringan dan mudah dicerna, walaupun saya orang awam dalam dunia kedokteran, dengan membaca buku ini justru saya jadi tambah pengetahuan dan belajar mengenal istilah dan ilmu yang baru saya ketahui dalam dunia kedokteran. Lewat pengalaman koas-nya dokter Gia beberapa tahun lalu, secara tidak langsung dengan cerita yang disajikannya, saya seakan diajak room tour ke berbagai stase seperti stase anesthesia, stase obgyn, stase anak, dan lain-lain. Seru, menarik, deg-degan, menegangkan!
  • Seolah sedang merasakan langsung pengalaman dokter Gia, dari mulai hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyeramkan, menyesakkan (momen Scarlet yang dijemput pacarnya), ikutan penasaran dengan seorang secret admirer yang ternyata adalah …. (ya silahkan baca bukunya :D), atau bahkan saat awkward moment, hingga momen yang bikin jleb dan krik krik krik. Yang lebih menegangkan dan bikin deg-degan saat Stase Forensik, asli macam sedang menyaksikan detektif-detektif gitu, duh bikin tegang. >.<
  • Penulisnya sangat cerdas, menyajikan buku tentang pengalamannya. Kalau biasanya rata-rata baca buku itu genrenya satu macam, entah itu romance, action, self improvement. Nah yang unik dari buku Perikardia, pengalaman yang di dapat ketika membaca buku ini, kita akan merasakan beberpa genre, baik genre romance tentunya dengan kisah dokter Gia dengan istrinya Mba Fira. Rasanya sebagai pembaca saya ikut bahagia dengan kisah mereka, tapi ikut sedih dan menangis juga ketika momen kehilangan. Kemudian ada genre horror yang asli serem dan bikin deg-degan, hiiiiii tapi dituliskan dengan cara menyenangkan, jadi walaupun saya takut-takut bacanya tetep saja penasaran dan lanjut baca. Eh tapi jangan takut baca buku ini, soalnya ada genre humor-nya juga yang bakal bikin kamu terhibur dan bikin ngakak, duh pak dokter ini memang punya sense of humor yang sangat bagus. Tentunya sesuai judulnya, buku ini memberikan banyak pengetahuan untuk orang-orang yang belum banyak yang tahu tentang istilah-istilah dalam dunia medis.
  • Kalau kamu sama gak pahamnya istilah medis seperti saya, tenang saja, ada keterangan berupa footnote yang akan membantu kita memahami istilah atau kalimat yang ditulis oleh penulisnya.
  • Paling menarik itu, dari 13 bab yang ada dalam buku ini, kebanyakan diawali dengan kisah romance-nya dokter Gia dengan istrinya—tidak selalu, beberapa bab ada juga tentang keluarga khususnya Mama, Papa, dan Gianne adiknya dokter Gia juga Daddy. Setelah dibuka dengan hal-hal menyenangkan di tiap babnya, kecuali bab-bab akhir yang diawali dengan cerita Daddy-nya mereka. Kemudian relate dengan ingatannya mengenang masa koas, betul-betul suguhan yang cerdas, nggak bikin bosen bacanya dan bakal bikin kamu betah menamatkan buku ini hingga akhir.
  • Ending-nya bikin terharu, ada pesan dari dokter super baik ini untuk pembacanya, silahkan baca. Dan semoga setelah membaca buku Perikardia, kita semua tergerak untuk menanamkan kesadaran dalam diri dan menjalani pola hidup sehat. Masih ragu juga mau baca? Makanya ayo cepetan beli atau pinjam ke teman kamu (jangan lupa balikin) terus baca, ya! 😀
  • Ternyata buku-buku yang disebutkan dalam buku oleh dokter Gia seperti Personality Plus, Men are from Mars & Women are from Venus, Alhamdulillah saya sudah baca juga. Dokter ini juga baca karya Dan Brown (disebutkan dibukunya pas baca Inferno). Sebagai pembaca buku, tentunya senang sekali kalau buku yang pernah membaca buku dengan judul yang sama seperti orang hebat sekelas beliau.
  • Ada banyak wejangan untuk dokter Gia dan Mba Fira, yang disampaikan oleh orangtua mereka, bahkan dari sahabat Papanya dokter Gia. Juga dari para dokter senior selama koas. Ingin saya katakan, beruntung saya ikutan Pre Order buku ini. Buku Perikardia masuk dalam salah satu buku favorit yang saya baca di tahun 2019.

Ada banyak pesan moral yang disampaikan dalam buku ini. Tentang profesi dokter yang juga harus  memperlakukan pasiennya dengan baik.  Seperti yang disampaikan oleh dokter senior, “Saat kalian menjadi dokter, kalian akan dianggap dewa oleh banyak orang dan masyarakat, oleh karena itu: “Jangan sombong! Orang paling sombong itu bukan memamerkan hartanya, melainkan orang yang menutup hati dan pikirannya untuk tidak mau belajar apa pun lagi. Kalian harus tetap rendah hati.” Bila kalian dianggap ‘dewa’, jadilah ‘dewa’ yang baik hati dan menyebarkan kebaikan, layaknya penyebaran virus yang tidak terbendung.” Bila kalian dianggap ‘dewa’, berbahasalah manusia, karena apa gunanya menjadi dewa bila bahasamu hanya dimengerti oleh dewa-dewa lainnya.” (halaman 301). Tentang pentingnya menjaga kesehatan. Juga nasehat dan wejangan dari orangtua, sahabat orangtuanya untuk dokter Gia, serta pesan dokter-dokter senior, dan masih banyak lagi.

Tips dari Om, anggap pasangan kalian itu pacar seumur hidup. Jadi, kalian akan terus merasa sedang pacaran yang enggak sabar ingin ketemu, enggak sabar ingin cerita, enggak sabar ingin nge-date berdua. Itu yang Om lakukan sama istri Om. Kadang kami sering double date dengan Papa dan Mama Gia. If you do it right, marriage is the closest thing to heaven on earth. (halaman 66-67). Pesan dari Om buat Gia, wanita itu penuh dengan misteri, hidupnya dengan kode dan sinyal yang harus kamu pelajari. Kamu harus belajar membaca semua itu. Cara membacanya adalah kamu lihat matanya, bukan ucapannya.” (halaman 67)

Jadiiii, tunggu apa lagi, silahkan baca bukunya 🙂

Baca juga: Mr. Crack dari Pare-Pare karya A. Makmur Makka 

Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya dalam buku Perikardia:

  1. Setelah menikah, kehidupan saya sangat berbeda. Di depan mata hanya ada Fira. Tak ada lagi masa lalu. Tak ada lagi Elsa. Fira adalah penutup kisah pilu saya di masa lalu. Fira seperti lentera yang menyala ketika gelap benar-benar menguasai saya. Sampai kapan pun, Fira akan terus begitu, menjadi dia yang selalu ada bersama saya. (halaman 13)
  2. Fira tiba-tiba bilang, “kekhawatiranku tiba-tiba hilang. Dunia kamu itu seru. Selalu saja ada cerita-cerita baru setiap harinya. Aku enggak sabar nunggu kamu pulang, untuk dengar cerita-cerita kamu, enggak akan bosan aku dengarnya.” (halaman 64)
  3. Terlalu banyak yang tidak bisa kita lihat melalui mata dahsyat kita ini. Kita enggak bisa lihat listrik, paha;a listrik itu ada. Kita enggak bisa melihat gelombang radio, padahal gelombang itu ada. Luar biasanya lagi, ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui itu, padahal sudah ada, hanya karena keterbatasan kita. Thomas Alfa Edison berkata, ‘Apa yang kita lihat bahkan tidak sampai 1% dari sepersejuta yang ada di alam semesta ini.” (halaman 88-89).
  4. … apa yang tidak bisa kita lihat belum tentu tidak ada. Contohnya, Tuhan dan malaikat-malaikat-Nya. Jadi, untuk melihat-Nya, jelas tidak dengan mata kalian, gunakanlah mata iman kalian. Semoga Allah memberkahi semua langkah kalian di masa depan.—dokter Mustafa kepada dokter Gia dan teman-teman koasnya. (halaman 89)
  5. Kesadaran akan kelemahan kadang bisa menjadi tembok yang kokoh untuk mencegah keangkuhan yang menghancurkan hati. (halaman 90)
  6. … “Penjelasan ini harus membuat kamu berpikir bahwa kamu itu seperti presiden bijaksana yang memiliki rakyat yang sangat bergantung sama kamu. Kamu harus pilihkan mana yang terbaik untuknya, bukan hanya yang enak-enak menurut lidah kamu, sehingga seluruh rakyat kamu bisa sehat dan dapat mencegah terjadinya pemberontakan sel mana pun, dengan tujuan utama menjadikan diri kamu Negara kesatuan sel yang makmur dan sejahtera.”—wejangan dokter Gani kepada dokter Gia dan rekan-rekannya (halaman 112-113)
  7. … Kalau emang gue enggak ada pilihan lain selain jadi dokter, ya masa koas inilah satu-satunya kesempatan gue untuk belajar yang benar. Sebab, menjadi dokter itu urusannya sama nyawa orang. (halaman 114)
  8. “Perlakukanlah kulit bayi siapa pun secara khusus. Selalu bersihkan tanganmu sebelum memegangnya.” (halaman 122)
  9. Ketika ikut adik saya berkeliling ke rumah-rumah pasien tidak mampu, saya merasakan kebahagiaan dari pekerjaannya. Saya jadi mengerti kalimat bahwa “Segala sesuatu  yang dilakukan dengan hati akan diterima oleh hati lainnya.” Adik saya melayani orang-orang dengan sangat tulus dan ikhlas yang dibalas kasih sayang lembut dari para pasiennya. Ya, saya semakin sadar, memang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan uang. (halaman 124)
  10. …. Karena saya yakin kalau orang baik itu akan bertemu dan berteman dengan yang baik pula. (halaman 124)
  11. Mama selalu bilang sama Gianne, “Dek, kamu sebagai wanita jangan nyusahin laki-laki. Kamu harus siap susah senang bersamanya. Berjuang bersama. Jangan banyak menuntut.” Sementara itu wejangan untuk saya kontras sekali. Mama selalu bilang, “Aa jangan pernaha ajak anak orang hidup susah, ya. Kamu harus kerja keras, pintar, mampu menjadi tulang punggung dia. Jangan bikin malu Mama.” (halaman 125)
  12. “Kadang luka berdarah itu lebih bagus dari luka yang enggak berdarah.”–asli momen ini jleb banget T_T (halaman 148)
  13. Patah hati itu rasanya seperti menderita patah tulang iga, tidak ada yang bisa melihatnya tapi sakitnya ampun-ampunan setiap saat kita tarik nafas. (halaman 241)
  14. “Semua orang pernah patah hati! Semua orang pernah mencintai orang  yang mencintai orang lain! Jadi, kalau lagi patah hati, kalian enggak spesial. Yang membedakan itu hanyalah apa yang kalian lakukan setelahnya.”–Dokter Ilyas (halaman 243)
  15. Goal belajar saya berubah. Saya belajar mati-matian bukan agar saya hafal, tapi agar saya bisa menceritakannya sesimpel mungkin sehingga dimengerti oleh seluruh pasien saya di kemudian hari. (halaman 270)
  16. Saya teringat kata-kata Mama, “Komunikasi yang benar itu, ketika kamu bicara, kamu harus berusaha selevel dengan pemahaman lawan bicara kamu.” (halaman 271)
  17. … “Iya, Pak, semua yang Bapak ucapkan itu benar, tapi saya makan dan minum hari ini dan hari -hari sebelumnya itu juga dalam rangka manjang-manjangin umur saya, karena yang namanya umur itu, Pak, memang pantas dan berharga untuk dipanjang-panjangin.” (halaman 299)
  18. “Gi, selalu ingat, bahwa kedudukan pasien dan dokter itu sesungguhnya setara, bukan hubungan antara atasan dan bawahan yang hanya menyuruh-nyuruh. Dokter dan pasien itu satu tim, bahu membahu mengatasi penyakit dan segala gejalanya, dengan peran dan fungsinya masing-masing.” — (halaman 300)
  19. … Jangan pernah menunda apapun hal-hal yang penting, lakukan sekarang, tidak ada yang pasti pada kata-kata ‘nanti’, selalu lakukan sekarang, kerja keras sekarang, ibadah sekarang, kejar mimpi sekarang, sedekah sekarang, berbuat baik sekarang. (halaman 325)

Baca juga : Tentang Kamu dan Serial Bumi karya Tere Liye

Buku Perikardia bisa order di http://www.mizanstore.com
Happy reading! 📚 📖😊

With Love, ❤️💙

SIMAK JUGA SERBA-SERBI BUKU ALA SAYA BERIKUT INI:

25 thoughts on “[Review Buku] PERIKARDIA Karya dr. Gia Pratama

    1. Setuju banget Mba… 👍
      Kalau orang cari info seputar kesehatan di Mbah Google jika beliau jadi blogger infonya bisa terdeteksi dengan para pencari info. Kalau info yang beliau share di Twitter atau Ig, hanya orang-orang yang mem-follow yg dapat infonya 😂
      Padahal banyak info yg beliau share itu bagus bahkan inspiring

      Like

    1. Iya, Kak Ra. Terasa makin matang. Semoga penulisnya konsisten menerbitkan buku tiap tahun. Biar karya-karyanya menyemarakkan dunia pecinta buku. Kalau konsisten, bisa jadi saya akan terus menantikan karya-karya terbarunya. Baru kali ini, saya ikutan PO buku pertama dan kedua dari penulis yang baru dua tahun menerbitkan buku, dan hasilnya memuaskan, selesai baca selalu bikin saya mendapat banyak pelajaran baru.

      Sini, pinjem dulu bukunya ke saya. Habis pinjem terus beli, terus baca lagi 😂 *saya pengen baca ulang tapi tahun depan*

      Like

      1. Apalagi cerita diambil dari kisah nyata. Jadi terasa berbeda. Dan dr. Gia juga aktif di sosmed buat penggemarnya makin betah. 🤗
        Aamiin semoga bisa setiap tahun bisa terbit. Kedua bukunya terbit akhir tahun ya. 😄 Sesuatu yang beebeda.

        Hahahah. Baiklah, saya akan pinjam 3 hari. Minta ily yang anterin. 🤪

        *Kalau baca ulang tahun depan, yang udah ngatri bisa teriak2* 😂

        Liked by 1 person

      2. Iya, based on true story tapi disajikan dg cara yg menyenangkan, bukan main bikin asik bacanya. Iya, dr. Gia aktif di sosmed dan banyak sharing hal positif.
        Berarti buku Berhenti di kamu, masuk list daftar buku yg dibaca tahun 2019 dong Kak Ra? 😁

        Aamiin.
        Iya Kak Ra, dua bukunya berturut-turut terbit bulan Desember.

        Sip Kak, siap-siap nih Ily mau terbang 🤪

        *tenang, buku-buku yang sudah antri kan mereka pengertian, mereka gak akan bilang woi antri woi* 😆

        Like

      3. Hehehehe. Yap. Buku pertama sudah baca. Tinggal buku kedua yang menunggu. 😄

        Jadi gimana gitu. Ada sensasi berbeda karena keduanya terbit akhir tahun. 🤩

        Awas nabrak tower ya ily 🤪😜

        *Tapi kalau lama2 mereka teriak2 Woii cepetan dong* 🤣

        Liked by 1 person

      4. Alhamdulillah, tinggal lanjut buku kedua yang udah teriak minta dibaca Kak Ra 😁

        Setuju banget. 👍👍
        Ibarat sebuah penutup, semoga memiliki akhir berkesudahan yg baik. Maka sebuah karya yg terbit di akhir tahun, semoga menjadi buku yang pada akhirnya setelah dibaca, punya dampak positif bagi pembacanya. Karena kedua buku ini memang beda dari karya yg sudah terbit, ada sensasi tersendiri yg ketika selesai membacanya ada hal-hal baik yg bisa kita ingat, kalau Kak Ra uda baca bukunya, you know what I mean-lah Kak 😆

        Eits, tenang saja, Ily bisa membaca tanda bahaya, kalau tower mah lewat 🤪

        *tinggal bilang, woi antri woi* 🙄😆

        Like

      5. Tapi teriaknya jarak jauh. Kan belum beli. 😂
        You know what I mean… Yeah, I know. I know. 🤪
        Jadinya kalau begini, akhir tahun ada yang ditunggu dari dr. Gia. 😀
        Ulat raksasa aja lewat, apalagi cuma tower. 🤣
        *Ok ok antri nih. 😋*

        Liked by 1 person

      6. Kan udah dapat gambaran habis baca review, jadi pas udah beli dan baca bukunya, ya tinggal angguk2 kepala, oh bagian ini maksudnya, 😅😆
        Ntar pasti paham what I mean 😝

        Bener banget, akhir tahun nunggu diterbitkannya buku karya dr. Gia

        Iyaaaa 😅. Kalau Raib naik Ily, apapun bisa kedeteksi, secara Raib punya kemampuan mendengar alam, Ali super update dalam hal teknologi, Tenang aja Kak 😃

        *bagus, bagus, tapi antri gak pakai ngedumel, ya* 😛

        Like

      7. Makanya, ayo cepetan baca buku Perikardia. Kalau bisa, pas awal tahun jadi buku pertama yg dibaca 😁
        Semoga tahun 2020, dr. Gia nerbitin buku lagi. Aamiin

        Loh, bukannya Kak Ra punya kemampuan mendengar alam dan teknik penyembuhan? Kok, lupa? 🤦‍♀️
        Ini efek kebanyakan makan bakso di klan bulan, jadi lupa sama kemampuan hebatnya, sekarang ngakunya kemampuan mendeteksi makanan? 🤪🤪 itu kayaknya saya deh 😒
        *Raib di serial Bumi kan suka dipanggil, Ra* 😛

        *maaf Kak, saya beritahu dari sekarang biar gak php, antriannya masih banyak 📚 📚* 😆

        Like

      8. Hahahah. Bentar ya buku Perikardia. Kamu harus sabar menanti. 😅
        Aamiin. Semoga tiap tahun ada buku baru dari dr. Gia
        Pura-pura lupa, karena mempunyai teknik mendeteksi makanan lebih menyenangkan dari pada teknik2 lainnya. 😂
        *Lebih baik tau dari awal daripada menyesal kemudian* 🤣📚

        Liked by 1 person

      9. Siap, Kak. Buku Perikardia menanti untuk kakak baca 📚😎
        Aamiin Aamiin Aamiin Kak

        Saking banyak teknik yang dikuasai, sampe bisa pura-pura lupa 😅
        Teknik mendeteksi makanan memang bisa bikin kenyang Kak, jadi lupa sama yg lain

        *pengertian banget nih, udah paham resikonya* 📚😆

        Like

    1. Bukan mas, penulis The Lost Java adalah Kun Geia. Kalau Perikardia ini ditulis dr. Gia yang merupakan penulis buku Berhenti di Kamu dan buku keduanya Perikardia.

      Like

      1. kalau setting sama bukan berarti penulisnya sama. Kesamaan setting bisa terjadi meski pada penulis berbeda. 🙂
        Setau saya, dokter Gia Pratama tidak menggunakan nama pena untuk karyanya.

        Like

Leave a comment