[Review Buku] : HUJAN Karya Tere Liye

Semaju apa pun teknologi di muka bumi, tidak ada yang bisa mencegah kejadian itu. Bencana alam yang sangat mematikan. (halaman 18)

Judul buku : HUJAN
Penulis        : Tere Liye
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Januari 2016. cetakan kedua puluh sembilan, Juni 2018

Sinopsis : 
Tentang persahabatan, tentang  cinta.
Tentang perpisahan, tentang melupakan, tentang hujan.

LAIL. Menjadi yatim-piatu sejak bencana melanda bumi. Sebuah bencana yang memusnahkan banyak umat manusia. Kota indah mereka telah hancur oleh gempa bumi berkekuatan 10 skala Richter. Sedikit sekali dalam catatan sejarah, ada gempa sekuat itu, yang tenaganya mampu menghancurkan benua. Gedung-gedung bertumbangan, jalan layang rebah, penduduk kota berteriak-teriak, berlarian menyelamatkan diri. Suara sirene terdengar memekakkan telinga. Belum lagi ditambah tsunami yang menerjang.

Serial Bumi sudah ada edisi bahasa Inggris-nya, judul buku pertamanya EARTH Karya Tere Liye

Berita tentang ayahnya telah memukul sisa semangat hidupnya. Ibunya meninggal di lorong kereta bawah tanah.  Meski fisiknya remuk karena lelah, Lail menyukai kesibukannya. Itu membuatnya berhenti memikirkan banyak hal. Aktivitas Organisasi Relawan menjadi penyembuh dari kenangan kehilangan ayah dan ibunya. Lail membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik. Kesibukan juga mampu mengusir kerinduannya kepada Esok.

Baca juga: Resensi buku SELENA dan NEBULA (terbit Maret 2020) karya Tere Liye

ESOK. Sebelum bencana gunung meletus, dia adalah murid terbaik di sekolah. Setelah gempa, baginya stadion itu menjadi tempat belajar dan bertualang baru. Selama di penampungan semacam panti, intensitas antara Lail dan Esok makin akrab. Hingga suatu hari Esok harus pergi, dia diadopsi oleh keluarga yang akan mengurus segala keperluannya termasuk urusan pendidikan dan masa depannya. Hingga mulai saat itu intesitas hubungan Esok dan Lail mulai renggang.

Di masa yang akan datang, Lail ingin menghapus hujan dalam memorinya. Kenapa? Karena baginya setiap hujan akan mengingatkannya pada Esok. Dan itu sangat menyakitkannya. Dia ingin menghapusnya agar bisa melepaskan semua kesedihan yang menjadi beban hidupnya.  Lail sang tokoh utama justru ingin melupakan memori hujan karena setiap hujan mengingatkannya kenangan-kenangan manis bersama Esok.

Pengalaman jalan-jalan di Jepang, 2020: Menikmati The Wizarding World of Harry Potter di Universal Studios Japan, Osaka

Buku ini tidak hanya menceritakan hubungan antar sepasang manusia, tapi juga hubungan anak dan ibu, hubungan pertemanan. Bagus sekali pesan moral dari buku ini, salah satunya  adalah bahwa dalam hidup, untuk bahagia, manusia harus belajar melepaskan atau merelakan.

Novel ini dari awal sampai akhir penuh kejutan, tak terasa air mata menetas saking harunya membaca cerita-nya. Dengan karakter tokoh yang kuat. Tokoh dalam cerita: Lail, Esok (Soka Bahtera), Maryam, Elijah, Ibu dan Ayah Lail, Ibu nya Elok, Ibu Suri, Pak Walikota, Ibu Walikota, Claudia.  Saya suka persahabatan Lail dan Maryam, terjalin kuat, mengharukan dan indah. Saya suka buku ini, bagi kamu penggemar karya-karya bang Tere Liye, jangan lewatkan buku ini ya 😀 Sedih, tapi cerinya happy ending kok 🙂

Baca: resensi buku winter in Tokyo

Berikut ini kutipan-kutipan favorit saya dalam buku  Hujan:

  • Semaju apa pun teknologi di muka bumi, tidak ada yang bisa mencegah kejadian itu. Bencana alam yang sangat mematikan. (halaman 18)
  • Kesibukan  adalah  cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa. (halaman 63)
  • Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok. (halaman 205)
  • Nah, bukankah kamu jatuh cinta pada Soke Bahtera saat gerimis? Waktu-waktu terbaikmu bersamanya juga saat hujan, kan? Kabar buruk bagimu jika Soke Bahtera ternyata mencintai Claudia. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya kamu setiap kali hujan turun, mengenang semuanya. Itulah kenapa kamu selalu suka hujan selama ini. Aku sekarang paham. Karena setiap kali menatap hujan, kamu bisa mengenang banyak hal indah bersama Soke Bahtera. Kebersamaan kalian. Naik sepeda merah. Masuk akal lagi, bukan?” (halaman 201)
  • Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya. (halaman 201)
  • Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan (halaman 228)
  • Mulutmu membantah, tapi wajahmu bilang sebaliknya. (halaman 247)
  • Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu saja ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengam baik justru membawa kedamaian. (Halaman 255)
  • Bagian terbaik jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa suka, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak paham betapa indahnya jatuh cinta. (halaman  255 – 256)
  • Ada banyak hal yang bisa saling dipahami oleh dua sahabat sejati tanpa harus bicara apapun. (halaman 271)
  • Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok lusa. (halaman 281)
  • Kita tidak bisa menyelamatkan semua orang. (halaman 289)
  • Hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. (halaman 298)
  • Ibu belajar banyak bahwa sebenarnya hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah-marah, tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukan dirinya sendiri (halaman 298-299)
  • Jika tidak bisa menerima, tidak pernah bisa melupakan. (halaman 308)
  • Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami. (halaman 317)
  • Bukan melupakan yang menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan. (halaman  318)

Hal yang membuat saya selalu tertarik dan tidak bosan membaca buku-buku karya Tere Liye, salah satunya Tere Liye menyajikan buku dengan banyak genre. Dari puluhan buku yang sudah ditulisanya, berikut ini buku-buku Tere Liye yang sudah saya baca dan review:

NOVEL GENRE ANAK-ANAK & KELUARGA :

GENRE ROMANCE : 

GENRE FANTASY:

GENRE POLITIK & EKONOMI:

GENRE ACTION:

Genre science and fiction bercampur romance, lingkungan hidup:

Genre Biografi tapi tidak pure lebih banyak unsur refleksi: 

KUMPULAN PUISI:

KUMPULAN QUOTE:

GENRE SEJARAH:

GENRE BIOGRAFI

Buku Cerita Anak Bergambar versi Bahasa Indonesia yang sudah terbit bukunya:

BUKU TERE LIYE Yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

Buku-Buku Serial Karya Tere Liye:

Ebook yang sudah baca di Google Play Book

Baca juga:

Baca juga:

Happy reading!

Happy reading! 📖📚😊

With Love, ❤️

4 thoughts on “[Review Buku] : HUJAN Karya Tere Liye

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s