Judul Buku : Rentang Waktu
Penulis : Farah Via Rahmawati (penggagas @baitsemusim)
Penerbit : Wahyu Qalbu
Tahun Terbit : Cetakan ke-1, November 2018
Jumlah Halaman: 216 Halaman
Sinopsis:
“Jarak tak melulu soal bentangan kilometer atas terpisahnya daratan dan lautan. Bisa jadi ia adalah rentang waktu bertemunya kau dan aku untuk menjadi kita yang sah di mata Tuhan.”
Entah jauh atau dekat rentang waktu yang membentang antara kita dalam rangka saling menemukan, upayaku untuk memelukmu lewat doa-doa masih kuperjuangkan. Walau kadang diri ini sesekali merasa tak sabaran ingin segera bersua.
Mungkin lebih tepatnya [enasaran bagaimana rupamu yang selama ini disembunyikan Tuhan sebagai kejutan: bagaimana bentuk senyummu, bagaimana caramu berjalan, bagaiamana caramu memandangku nanti. Pernahkah kau merasa, dadamu penuh sesak dengan debar tak keruan dan tak mampu kau terjemahkan apa artinya? Mungkinkah saat ini kau juga merasakannya? Entah kau berada di belahan bumi mana, ketika kau memohonkan untuk segera dipertemukan denganmu. Saat itu kita yang tengah memandang langit yang sama, sama-sama menengadahkan tangan kemudian merayu Sang Mahacinta agar sudi kiranya mempertemukan dua insan untuk dipersatukan dalam ikatan halal.
Mengawali awal tahun 2019 dengan membaca buku yang dilihat dari cover-nya saja seperti sedang mewakili perasaan saya 😀 Tenang saja, setelah review buku ini saya juga akan mereview buku traveling, dan tentu saja buku fiksi yang saat ini sedang saya baca. Masih ada stok buku-buku bagus yang akan saya review, salah satunya serial anak Nusantara. Maka sebelum lupa mereview buku bagus ini, mari kita lihat apa yang menarik dari buku Reantan Waktu. Buku ini bagian dari buku yang saya incar di akhir tahun 2018. Alhamdulillah kesampaian baca, dan dapat tanda tangan pula dari penulisnya. Penulis yang biasa disapa Farah atau Kak Bee ini tinggal di Balikpapan, dan ini merupakan buku perdananya. Pertama kali lihat cover bukunya di Instagram, saya langsung suka dan ingin baca. Ternyata setelah sampai ke tangan, buku ini sangat menarik. Buat kamu yang butuh motivasi (seperti saya), atau sedang galau, sedih, atau sedang memantaskan hati untuk seseorang yang diridhai-Nya, buku ini akan menemani kamu.
Baca juga: Resensi buku Komet Minor, Komet, serta Ceros dan Batozar karya Tere Liye
Saya suka covernya, isinya, dan bacanya juga bikin semangat, ada beberapa kartun kece, kemudian kutipan-kutipan bagus, dan beberapa halaman buku yang di dominasi warna ungu, tidak akan membuatmu bosan membaca buku tentang motivasi islam. Tidak terkesan menggurui tapi lebih terasa menamani dan membuat saya merenung sambil membenarkan banyak hal.
Baca juga: review buku Si Anak Cahaya Karya Tere Liye
Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya dari buku Rentang Waktu:
- “Kita semestinya setegar sehelai daun. Berani melepaskan diri dari tangkai yang dicintainya. Demikian juga hati.” (halaman 2)
- “Kini kau pun menjelma menjadi alasan-alasan mengapa aku patut bersyukur bahwa ada yang lebih dari sekedar indah menjadi sendiri: lebih khusyuk melangitkan cinta pada-Nya.” (halaman 6)
- “Berhentilah bersikap seolah-olah paling berdarah. Ini bukan persoalan bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau.” (halaman 8)
- “Kini aku tanpamu jadi lebih sibuk. Bukan sibuk melupakanmu, melainkan seseorang yang senang dan sibuk memperbaiki diri.” (halaman 9)
- Semakin lama kamu bertahan bersama orang yang salah dengan cara yang salah, akan semakin lama kamu menemukan orang yang tepat (jodohmu). _halaman 11
- “Waktu tak membuat kita melupa apalagi menyembuhkan rasa nyeri, tapi doa mampu.” (halaman 15)
- Mungkin doa-doa yang tak sampai di langit itu karena terhalang niat-niat yang tak baik. Maka tak lagi namamu kuletakkan di atas tengadah tangan, namun di atas kepala, berharap hilang diembus angin. (halaman 17)
- “Mungkin benar jika konsep bahagia itu sederhana. Kau-waktu itu-bahagia saat beranjak meninggalkan, sementara aku bahagia telah diselamatkan Tuhan.” (halaman 22)
- Karena hati manusia adalah dermaga, ia harus mampu menerima takdir atas perginya kapal yang tak lagi kembali berlabuh padanya. Menyiapkan segala tabah pada kehilangan yang sewaktu-waktu mendera. (halaman 26)
- Ini bukan persoalan berat, namun mampu melepaskan hal-hal yang sudah berada pada genggaman adalah tindakan yang berani. (halaman 29)
- Ketika dadamu begitu sesak karena dibumbui rasa kecewa, percayalah itu adalah cara Allah untuk mengingatkan engkau untuk kembali berharap pada-Nya. (halaman 32)
- “Berharaplah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan harapmu sekalian.” (QS Al Mukmin:60) – halaman 33
- “Betapa kitaa terlalu disibukkan mencari cinta yang datang dari sesama manusia, tanpa sadar bahwa ada yang sedang menunggu sampai kamu mampu melihat-Nya sebagai yang paling mencintaimu.” (halaman 36)
- “Rinduku tak akan pernah menjadi sederhana saat tertuju pada seseorang yang memiliki cinta seluas semesta pada umatnya: Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.” (halaman 38)
- Kepada hati, berbahagialah, sebab Allah mencintaimu lebih dari yang kamu tahu, lebih dari yang kamu mau, dan lebih dari yang kamu butuh. (halaman 41)
- Terkadang hanya dengan sebuah sujud khusyuk pada-Nya dapat menyembuhkan segala luka. (halaman 42)
- Tak harus dengan pelukan seseorang agar membuatmu lupa bahwa kau pernah punya luka. Dengan pelukan doa, juga bisa! (halaman 44)
- Ketika merasa sendiri dan tak ada seorang pun yang sudi menemanimu, ketahuilah, kau memiliki Allah saja itu sudah lebih dari cukup. (halaman 45)
- Hanya DIA yang tahu apa yang terbaik untukmu dan kapan hal terbaik tersebut bisa kamu miliki. (halaman 48)
- Sebab hidup itu perjalanan dari Allah, oleh Allah, dan untuk Allah. (halaman 52)
- Kadar cinta kepada Allah, berbanding lurus dengan tingkat cinta hati ini kepada Al-Quran. (halaman 54)
- Pelukan Ibu, sebaik-baiknya tempat pulang yang lebih nyaman. (halaman 58)
- Belum kutemukan seseorang selain ibu, yang memiliki ketulusan hati dalam hal mencintaiku. (halaman 60)
- Pada bahumu yang surga, Ayah, empat anak istrimu merebah menyimpan banyak lelah, izinkan doaku menjadi setitik hangat pada senyummu agar kian rekah. (halaman 62)
- Akan tiba saatnya kau mencari yang telah pergi dan kau terlambat menyadari bahwa akulah pelabuhan dari segala gundahmu, dermaga kala resahmu butuh diceritakan dan mercusuarmu saat kau kehilangan arah. (halaman 69)
- Menjadi jatuh cintalah kamu pada seseorang yang semakin mencintai-Nya. (halaman 74)
- Karena begitulah kodratnya; hati yang telah siap jatuh cinta juga harus siap jika kelak ia dipatahkan. (halaman 75)
- Cinta itu sederhana, yang membuatnya rumit adalah manusia yang mementingkan ego dan nafsunya semata. (halaman 77)
- Demi jatuuuhhh cccinta dan rindu dengan penerimaan yang baikkk, Allah akan memeluk hatimu yang terjaga sabarnya dengan cinta tebaik. (halaman 81)
- Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Sesederhana berada satu shaf di belakngmu, meng-aamiin-kan doa-doa (halaman 83).
- “Ya Allah, jika aku jatuh cinta, biarkan aku menyentuh hati seseorang yang hatinya melekat pada-Mu.” (halaman 88)
- Tidak akan mendapatkan rasa kenikmatan iman kecuali bila terdapat dalam dirinya tiga perkara: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidak mencintai tseseorang kecuali karena Allah, dan dia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilempar kepada neraka. (Muttafaq Allah). halaman 90
- Bagian tersulit setelah mampu merelakan kepergian seseorang adalah membuat hatinya percaya pada penggantinya. (halaman 93)
- Ketika mulai jatuh cinta, aku kirim proposal doa. Meski aku mencintaimu tanpa suara, namun doaku paling menggema di angkasa. (halaman 97)
- “Ya Rabb, kuatkan aku untuk terus mencintainya dalam diam, namun jangan biarkan doaku membungkam. Sebab ia ingin terus bersuara siang dan malam. (halaman 98)
- :Kakiku ini masih menunggu sebutan “surga” dari anakmu kelak, Tuan. Tapi kapan, ya?” (halaman 99)
- “Tak hanya dalam bait-bait puisi, kau juga tumbuh membesar dalam doa-doaku.” Padamu yang tak mungkin ku sentuh, yang tak boleh kutatap sebelum waktunya, dan yang tak akan kusapa jik saatnya belum tiba, berbahagialah karena dikagumi oleh seseorang sepertiku. Seseorang yang menanam cintanya bersama Allah. Menyimpan rindunya rapat-rapat dalam hati yang hanya tertuju pada engkau yang masih dirahasiakan oleh-Nya. Kau tenang saja. Seseorang ini hanya mampu mencintai sunyi, membuat namamu abadi dalam lirik-lirik puisi dan menjadikan engkau menetap utuh dalam tengadah tangannya, lalu membumbung ke langit bersama lantunan doa. (halaman 100)
- Semoga tak hanya pertemuan kita. Kelak pertemuan doa-doa kau dan aku di langit segera terlaksana. Karenaha tangan yang tak pernah llah tengadah, kening sujud dalam sembah, dan di antara bibir yang kerap memuisikan Tuan dalam sajak-sajak berbisik gundah. (halaman 101)
- Sebab mengikatmu dengan cinta saja tak cukup, maka aku ikut engkau dengan iman. Kutitip seluruh rasa ini pada-Nya. Menjagamu dalam diam. Merawatmu lewat doa. (halaman 102)
- “Demikian awal mula peperangan ini dimulai di setiap malam, sebelum memejam: Hati menggugat untuk merindukannya, sementara pikiran ini tak ingin mencintaimu lebih dari rasa cintaku kepada Allah. (halaman 103)
- “Percayalah, aku masih seperti yang dulu. Yang gemar duduk manis di atas sajadah. Berbincang mesra dengan-Nya perihal kamu.” (halaman 105)
- “Ada yang senantiasa memelukmu erat, setiap hari menatapmu hangat, menjagamu tanpa syarat, mencintaimu tanpa cacat; Allah dan doa-doaku.” (halaman 106)
- Selain suratan takdir, kita sendiri adalah dalang dibalik terjadinya jatuh cinta dan patah hati. Maka libatkanlah Allah selalu dalams etiap urusan, terutama soal hati. (halaman 111)
- Pada-Mu yang Maha Membolak balikkan hati, jika memang takdir tak pernah mempertemukan kami, mohon hilangkan rasa ini. Hapuslah segala harap ini. (halaman 113)
- Ketika hatiku terlanjur dijatuhcintakan pada dia yang belum tenetu jadi milikku: “Ya Allah, jika hatiku telah Kau tetapkan padanya, mohon tutup rapat-rapat segala ratap yang akan tercatat. Berkahkan perjalanan ini untuk kami saling menuju dan menemukan. (halaman 116)
- Berdistraksi dari jatuh cinta; aku pun memilih berzikir, bershalawat, dan membaca Al-Quran saja. (halaman 119)
- “Doa itu ibarat air, senantiasa membuat akar iman kita tetap hidup. (halaman 122)
- Jadi bagaimana soal aku yang ingin merengkuhmu untuk kelak menamaniku menua? Aku tetap menyemogakan tak kenal letih, namun kucukupkan saja. Sebab, aku juga berdoa pada-Nya agar diberi yang terbaik. Bagaimana nanti ending-nya, apakah orang itu adalah kamu atau seseorang yang lain? Aku pasrahkan saja pada Allah. Tak akan aku kecewa jika bukan engkau jawabannya. Setidaknya aku telah merasakan indahnya memperjuangkan, menerabas segala desir dan sendu ketika mencintaimu yang hanya kutitipkan lewat doa. (halaman 128)
- “Mungkinkah seseorang yang banyak kurangnya seperti aku akan kau pilih untuk menemanimu menua? Aku sedang menuju baik dan sedang menujumu. Semoga Allah segerha mempertemukan kita dalam ikatan sah. (halaman 168)
- Di balik kebahagiaan seseorang, ada masa lalu yang menyakitkan, ada luka yang berhasil disembuhkan. (halaman 204)
- Sebisa mungkin aku ingin melupa setelah berbuat baik, agar tak ada riya dan pamrih yang tumbuh setelahnya. (halaman 214)
Baca: resensi buku Si Anak Badai
Sebetulnya, masih banyak kutipan-kutipan yang bagus, memotivasi, dan inspiratif. Silahkan kamu baca sendiri ya.
Baca juga : buku sejarah dari puncak Khilafah, Sejarah Arab Islam sejak era Ustmaniyah
Happy reading! 📚 📖 😊
With Love,
jadi inti buku ini tentang apa to mbak?
cerita traveling?
fiksi? nonfiksi?
LikeLiked by 1 person
Isinya tentang motivasi, Mas.
Ini buku non fiksi.
LikeLiked by 2 people
Saya suka quote yang pertana itu, justru karena daun tersebut mencintai dahannya, ia tifak mah dahannya ikut membusuk bersamanya.
LikeLiked by 1 person
Iya, quotenya dalam buku tersebut bagus! 👍😊
LikeLike