MY AMAZING JOURNEY AT MASJIDIL HARAM

Alhamdulillah sampailah di tempat tujuan utama Masjidil Haram, pertama kali melihat Ka’bah saya terdiam, barulah ketika pembimbing membimbing kami membaca doa ketika melihat ka’bah dan bersiap untuk tawaf, airmata tak mampu saya bendung.  Terharu, bahagia, teringat kepada Allah yang atas limpahan kasih sayang-Nyalah saya bisa melihat Ka’bah, bisa datang ke rumah Allah, tentu saja teringat pula kepada yang telah membiayai keberangkatan saya Om dan Tante HT, berkat kedermawanan merekalah, dan atas izin,  ridho serta undangan Allah SWT saya yakini my dream came true, atas doa dan ridho Mamah, Bapa, Amih serta keluarga tercinta subhanallah saya ternyata bisa berada disana.

Baca: perjalanan di Masjid Nabawi

Sepanjang tawaf selama 7 kali putaran air mata tak kuasa dibendung.  Sepertinya airmata terbanyak yang pernah saya tumpahkan berada di Masjidil Haram, rasanya airmata kok gak habis-habis.  Sebetulnya sih kalau diingat sekarang , malu juga nangis melulu, karena jadi terlihat secara tak saya sadari dalam rombongan, betapa cengengnya saya di rumah Allah.  Tak hanya setelah tawaf, sebetulnya selama berada disana, saya senang menangis dan bermanja dihadapan Allah SWT.  Meminta, memohon dan memanjatkan doa di masjidil Haram dan di depan Ka’bah lebih mudah membuat air mata mengalir deras, padahal biasanya kalau doa dalam sholat fardu sehari-hari susahnya minta ampun pakai airmata merengek sama Allah.  Asiknya disana pokonamah matak nyurucud wae cai soca, dan disana rasanya Allah begitu dekat sekali, biasanya juga dekat karena selalu ada dihati serta hidup melekat dalam jiwa, namun mungkin karena suasananya sedang berada di pusat poros bumi yaitu depan Ka’bah, maka kedekatan itu memiliki arti yang sangat  mendalam.  Semua yang saya rindukan seolah begitu dekat, seolah hadir dan nyata. Semua yang berjasa dalam hidup saya, satu persatu wajahnya seolah terlihat.

Ibadah umroh kami, setelah sebelumnya mengambil miqot di Bir Ali dan kemudian berniat, maka selanjutnya kami melakukan tawaf.  Kalau saya  tidak salah ingat sekitar pukul 23.30 WAS, tak ada rasa kantuk yang ada semangat yang tak sedikit pun memudar meski kami menempuh perjalanan cukup jauh.

20140423_015547

Masjidil Haram

Bagaimana kantuk bisa menyerang, cape bisa menghadang, bila yang disaksikan adalah sebuah tempat yang dijaga kesuciannya oleh Allah SWT, tempat bagi umat muslim menghadap kiblat ketika melaksakan ibadah solat, memandang Ka’bah menghadirkan perasaan terharu yang menimbulkan kebahagiaan dan  kedamaian dalam hati sebab bisa berjumpa dengan Allah ditempat suci  di rumah Allah dimana Masjidil Haram memiliki keutamaan  tersendiri bagi umat Islam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW: “Janganlah memberatkan untuk mengadakan perjalanan kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku (Masjid Nabawi di Madinah), dan Masjidil Aqsa. Solat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 kali solat di masjid lain kecuali di Masjidil Aqsa” (riwayat ad-Darimi, an-Nasaie dan Ahmad).

Bila keutamaan sudah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka cara menikmatinya bagi saya  dengan sebanyak-banyak bersyukur, berzikir, berdoa, tak ada rasa lelah untuk berlama-lama bersujud di depan Ka’bah, sungguh nikmat sekali.  Selesai melaksanakan tawaf, kami melanjutkan dengan meminum air zam-zam, dan melakukan proses Sai di bukit Safa dan Marwah.  Kami melakukan sa’i tujuh kali, dari Shafa hingga Marwah dihitung satu kali, dan dari Marwah hingga Safa dihitung satu kali.  Hendaknya kita memperbanyak doa dan berzikir ketika sa’i, tempat di Sofa, di Marwah dan disepanjang jalur sa’i juga merupakan tempat mustajab untuk berdoa. Tahap selanjutnya kemudian tahalul bagi laki – laki dan perempuan.

bukit safa

safa - marwah

Baca: perjalanan ke Inggris

Setelah melaksanakan semua proses ibadah umroh, hati rasanya bahagia.  Hari pertama di Masjidil Haram sudah menimbulkan rasa betah, bersyukur karena kami akan berada selama 3 hari 3 malam disana.  Selama waktu yang tersedia, tentunya akan dihabiskan untuk larut ibadah, selain sholat fardu, tentunya kami bisa melaksanakan solat-solat sunat lainnya seperti solat Tahajud, sholat Duha, Solat Hajat, solat Tasbih, betapa indahnya perjalanan tersebut Wahai Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang.  Bisa menikmati sejarah, bisa menikmati ibadah, wah subhanallah kebahagiaannya mungkin akan sedikit tergambar dari cerah dan cerianya wajah kami selama berada disana.  Sebagaimana diungkap dalam dokumen mengenai Holy mistery  (misteri suci)yang mengungkapkan rahasia-rahasia Mekah dan Ka’bah dengan bukti-bukti ilmiah tentang Kabah, sungguh semakin larut rasanya dalam menikmati tempat tersebut.  Tempat yang  menyajikan keindahan  menawan dari segi arsitektur bangunan, maskipun masih dalam proses pembangunan di wilayah masjidil Haram, namun tak sedikitpun mengurangi fokus dalam menyampaikan permohonan doa.  Tempat yang sangat bersejarah.  Bagi jiwa yang merindu Sang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Esa Allah SWT, tentu tak akan kuasa menahan deras airmata.  Mengakui dan menyadari tentang segala dosa dan perbuatan, memohon ampun kepada Allah, tentu bisa kita lakukan dimana saja dan kapan saya, tapi bagi saya teringat banyaknya dosa saya, serta semua sikap saya yang tidak disukai Allah atau bahkan mengundang ketidakridhoan Allah, sungguh membuat malu dan pilu, makin betah saya berada di tempat suci tersebut, sebab bisa menghadirkan kesadaran yang entah kenapa bisa muncul untuk terus memohon ampun bagi diri saya, orangtua dan keluarga tercinta.

Entahlah saya merasa betah berada dikawasan Masjidil Haram, apalagi dekat Ka’bah ada tempat-tempat yang mustajab ber’doa, meskipun banyak jamaah dari berbagai negara, berdesak-desakan memutari Ka’bah untuk tawaf, namun saya menyambutnya dengan senang.  Alhamdulillah bisa melaksanakan tawaf sunat, meskipun saat itu terik matahari menyengat, tapi bawaannya senang.  Merasakan tawaf ketika malam hari pertama kesana, keesokan harinya sebelum dzuhur, bahkan jam 2 sebelum shalat tahajud, saya merasakan dengan semangat yang tiada memudar, dan ketika melaksanakan umroh badal, tidak merasakan lelah, kurang tidur pun tak membuat kehilangan konsentrasi ber’doa.  Sungguh ajaib kalau saya pikirkan sekarang.  Betapa rasa cinta kepada Sang Pencipta, mampu menghadirkan kedekatan pada Ilahi dan bisa membuat  terhanyut dalam kelezatan beribadah di tanah suci tersebut. Bagi saya, sungguh perjalanan ibadah tersebut, merupakan perjalanan spiritual yang menakjubkan.  Ka’bah tak pernah sepi, entah itu malam hari, pagi hari, siang hari, sore hari, selalu penuh.  Bagaimana jika musim haji?  Aah tak terbayangkan.  Kalau Ka’bah sepi, selama 3 hari disana harusnya saya bisa mencium hajar aswad. Nyatanya, karena jamaah tak pernah surut, perjuangan untuk mencapai tempat-tempat mustajab, harus dibayar dengan kesabaran.  Bersabar untuk mengantri, bersabar untuk desak-desakan, bila kita tak bersama rombongan, sulit rasanya menembus tempat seperti Hijr Ismail, Rukun Yamani.  Bukan saya tak bersabar untuk bisa mencapai Hajar Aswad.  Awalnya kami bertiga (saya, Om Abah Deden  dan Ibi Titin)  masih dalam posisi sejajar, pelan melajukan langkah ke depan, namun semakin dekat kurang dari satu meter, saya hampir saja terhimpit oleh jamaah lain yang berperawakan tinggi besar dan rasanya terbayang  waktu itu bentar lagi bisa nih gepeng kayak opak.  Daripada memaksakan diri yang berujung merepotkan keluarga saya gara-gara keinjak orang, maka saya meminta tolong Amang Agus (Om saya yang tinggal di Cirebon) untuk menarik tangan  saya, agar keluar dari kerumunan orang karena saya merasakan sakit dan mulai sesak karena terhimpit.  Beruntung beliau sebelumnya bisa keluar dari kerumunan, sehingga bisa membantu menolong saya yang mulai terjepit dalam kerumunan.  Berusaha menghibur diri meski terbersit rasa sedih dan ternyata menangis, namun saya memilih solat di dekat dengan makam Ibrahim, di tempat yang masih termasuk kawasan mustajab ber’doa.  Bisa memandang lekat Ka’bah dari jarak beberapa meter, memandangi pintu Ka’bah sambil ber’doa tetap menghadirkan pengalaman yang istimewa dan gembira dalam hati.

 Ka'bah di MakkahBaca juga: traveling ke Yogyakarta dan staycation di Bali

Beruntung di Masjidil Haram, saya berhasil difoto dan memfoto, tidak seketat di Masjid Nabawi, namun tetap sih lebih aman jangan sampai ketahuan petugas mungkin ya.  Dalam Masjidil Haram, di pintu masuk saya merasakan penjagaannya tak seketat ketika di Masjid Nabawi, oh iya disana juga disediakan plastik bersih apabila kita tidak membawanya.  Jangan sampai tidak dimasukan dalam plastik, sebab bila berserakan diluar akan disapukan oleh petugas.  Baiknya apabila tidak mau repot membawa, disimpan ditempat yang sudah disediakan dan sudah dimasukan dalam plastik.  Saya pribadi lebih senang tetap membawanya.  Dan kalau mau, bawalah botol kosong ukuran sedang, agar kita bisa menyimpan air zamzam, atau bila pun tidak membawa botol kosong, tetap disediakan tempat minumnya.  Saya merasa puas karena cukup banyak meminum air zam-zam selama di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
Pengalaman menarik lainnya, saat mengambil foto dengan background Ka’bah dan Makkah clock royal tower, ketika keluarga saya bergantian berfoto, ada sepasang suami istri yang mungkin saja memperhatikan kami sudah lama tanpa kami sadari, disana kami ditawarkan makanan yang entah apa namanya, pokoknya cemilannya enak, wah sudah seperti kumpul keluarga saja.  Tak lupa kami pun gantian berfoto, serasa bertemu saudara saja 😀 Oow, saya lupa bertanya mereka berasal darimana >.<  Saya kebagian foto sesi terakhir difoto dengan wanita cantik yang entah siapa namanya, ia menjabat tangan saya erat dan memeluk saya, she said “I Love You” aah jadi keingat Emak, sentuhan dan pelukannya seperti perlakuan seorang Ibu terhadap anaknya.  Di depan Ka’bah serasa dipeluk Mamah oleh seorang wanita yang belum saya kenal.  Semoga Allah membalas kebaikan hati wanita tersebut. Aamiin.  Menurut info dari Om Abah, ternyata pasangan suami istri tersebut berasal dari Turki, mungkin makanan yang mereka berikan snack berasal dari negara mereka.  Aaah bertemu mereka depan Ka’bah semoga bisa menjadi pertanda dari impian saya bisa pergi ke negara mereka, mengunjugi Hagia Sophia, blue Mosque, semoga bisa mengunjungi tempat wisata Turki yang menakjubkan di negara yang terletak diantara benua Asia dan Eropa ini. Aamiin 😀 *impiannya mulai melayang*

Baca: Liburan ke Turki

Hari terakhir di Masjidil Haram, rombongan bersama pak Ustad Dedi melakukan tawaf.  Rasanya sedih sekali mau pulang, masih betah dan gak mau pulang, tapi gimana lagi harus pulang.  Oh iya, beruntung peserta dalam rombongan umroh kami ada anak kecil berusia 3,5 tahun, mengobati kerinduan saya pada adik-adik.  Dan beruntung pula gadis cantik yang dipanggil Ara ini, tidak takut sama saya haha, sebelumnya dia mau diajak main, dia mau diajak foto.  Di Mesjidil Haram, selesai tawaf sebelum keluar dari pintu King Abdul Aziz, saya meminta izin pada Ara, “Ara, boleh gak aku gendong dan foto sama aku?” Tak lupa saya meminta izin Mamanya Ara untuk gendong Ara sambil difoto berdua di dalam masjid yang sangat megah, indah, kokoh dan suci ini.
Saya pun berhasil menggendong Ara keluar dari Masjidil Haram.  Ara yang cantik, kamu inspirasiku nak, kelak aku ingin sekali membawa ismail-ismailku (anak-anakku) memiliki kesempatan seperti kamu, beribadah di tempat suci mulai dari kecil.  Semoga doa Ara di depan Ka’bah meminta adik segera dikabulkan Allah SWT ya sayang. Aamiin.
Seperti itulah pengalaman saya yang sangat menakjubkan. Terima kasih alhamdulillaah ya Allah, Engkau memberikan pengalaman yang luar biasa penuh arti, syarat makna, penuh tangis haru yang tak kan mampu hamba membendung betapa derasnya air mata mengalir,  Engkau hadirkan kejutan demi kejutan  layaknya bonus yang  didapatkan, seperti itulah cara-Mu memberikan makna tentang ibadah umroh.  Engkau menyadarkan saya, bahwa ini barulah awal perjuangan saya menghadapi hari berikutnya agar bisa lebih baik. Seperti yang disampaikan oleh HMMA bahwa “jihad means to strive your self reformation.”  Ibadah tersebut barulah awal sebagai bekal bagi saya untuk mereformasi diri dengan tetap mengharapkan keridhoan-Mu dalam setiap gerak langkah saya. Semoga doa-doa yang saya panjatkan di tempat suci-Mu, bisa memudahkan terkabulnya doa menjadi lebih cepat, cepat diridhoi sesuai kebutuhan yang Engkau tetapkan untuk hamba ya Allah . Aamiin.
Salam penuh cinta, dari sang pencinta-Mu Ya Rabb.

Note: foto-foto dokumentasi pribadi

Happy traveling! 🙂

Apakah kamu suka traveling?

Berikut beberapa artikel tentang perjalanan saya ke beberapa negara di bawah ini:

  1. Thailand : trip to Bangkokmakan Durian montong di Thailand
  2. Jepang : menikmati Jepang di musim gugur 
  3. Hongkong : Trip Hongkong
  4. China: Mampir di Restoran Modern Toilet di kota Shenzen
  5. Singapura : Mengunjungi Universal Studio SingaporeSingapore Flyer
  6. Saudi Arabia: My Amazing journey at Masjidil Haram, Masjid NabawiJeddah
  7. UAE (United Emirate Arab): Pesona kota Dubai 
  8. Inggris: Jalan-jalan di Inggris
  9. Prancis: Lost in Paris
  10. Turki : petualangan yang spektakuler di Turki
  11. Australia : menikmati musim panas di Sydney
  12. New Zealand: liburan di Queenstowndan terpikat keindahan alam Mount Cook
  13. Spanyol : Musim dingin yang terasa hangat di Barcelona
  14. Liburan di Swiss (part 1)
  15. Jungfraujoch top of Europe 
  16. Jalan-Jalan ke Italia (part 1): Milan,
  17. City tour di Roma dan wisata sejarah
  18. Menikmati cantiknya kota Florence di malam hari
  19. Mengunjungi Vatican, negara terkecil di dunia
  20. Mengunjungi Menara Pisa
  21. Tokyo Disneyland, dan pengalaman traveling di Jepang
  22. Pesona Matsumoto Castle di Nagano, Jepang 
  23. Mengunjungi Shirakawa Go Situs Warisan Dunia UNESCO di Jepang
  24. Menikmati Musim Dingin dan Road Trip di Hokkaido, Jepang
  25. Mengunjungi Osaka dan Menikmati The Wizarding World of Harry Potter, USJ (Universal Studio Japan)

 With Love,

2 thoughts on “MY AMAZING JOURNEY AT MASJIDIL HARAM

Leave a comment