Bermimpilah! Karena kita tidak akan pernah tahu jalan indah apa yang diberikan oleh Allah, bisa lewat perantara yang terpilih untuk membuat impian tak lagi serasa mimpi, namun berubah menjadi kenyataan. Terima kasih telah membuat impian berada di Jungfraujoch menjadi nyata. Mimpi ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Seperti layaknya keindahan yang tersaji sepanjang perjalanan menuju Jungfraujoch, yang rasanya seperti berada di antara surga dan bumi. It’s like paradise on earth!
Minggu, 25 Desember 2018 : LUCERNE – GRINDELWALD – JUNGFRAUJOCH – INTERLAKEN – LUCERNE
Mau naik gunung tapi tidak sanggup berjalan kaki melewati trek-trek sulit yang bisa menguras energi dan membuat kamu lelah secara fisik? Maka datanglah salah satunya ke Jungfraujoch, agar bisa naik gunung tanpa usaha ekstra melewati berbagai rintangan, tapi bermodalkan tiket yang telah kita beli (walau dengan harga yang mahal), terus duduk manis saja, nanti juga kita akan sampai ke atas puncak. Bukankah menyenangkan ketika bisa mencicipi salju abadi di puncak gunung tanpa harus lelah mendaki? 😛
Tentang Jungfraujoch
Jungfraujoch berasal dari bahasa Jerman. Jungfrau artinya meiden/ virgin / gadis / perawan, dan joch artinya orang kampung, maka Jungfraujoch artinya gadis desa. Pembangunan terowongan ke Jungfrau sudah dimulai dari tahun 1898-1912. Jungfrau Railway ini sendiri sudah berusia lebih dari 100 tahun, yang digagas oleh pemilik pabrik pemintal benang, yaitu Adolf Guyer-Zeller. Pembangunan kereta api sepanjang 9,3 km ini memakan waktu 16 tahun. Biaya yang digunakan sebesar 16 juta Swiss Franc (CHF). Mulai beroperasi tahun 1912. Salut sekali, di tahun itu mereka sungguh sudah sangat visioner dan memikirkan untuk membangun statiun tertinggi di Eropa, agar mempermudah orang-orang untuk naik ke Jungfraujoch dengan naik kereta demi untuk melihat pemandangan spektaluer karya Sang Maha Pencipta. Mereka sudah berhasil menembus pegunungan Alpen, membuat terowongan dan jalur kereta hingga ketinggian 11,333 kaki.
Baca juga Liburan di Swiss : In Love With Switzerland (part 1)
Jungfrau merupakan salah satu puncak yang berada di antara kanton Valais dan Bern yang ada di wilayah Swiss. Ada yang tahu apa bedanya Jungfrau dan Jungfraujoch? Jangan kebalik ya, karena meski sedikit mirip, kedua nama tempat tersebut jelas berbeda. Jungfrau merupakan puncak gunung Bernese Apls. Jungfraujoch (3.454 m) bisa dikatakan daerah yang menyambungkan puncak Jungfrau (4.158 m) dan Monach (4.107 m). Jungfrau hanya diperuntukkan bagi pemain ski yang sudah handal dan sangat berpengalaman. Sementara Jungfraujoch ini merupakan puncak tertinggi yang bisa dilalui manusia yang bukan pendaki handal dengan menggunakan kereta. Kalau kamu seperti saya yang bukan pendaki sekaligus pakai papan ski saja belum bisa, maka lebih baik jangan memaksakan diri ke Jungfrau. Alternatifnya bisa mengunjungi Jungfraujoch yang terletak di ketinggian 3.454 meter. Mempunyai statiun kereta tertinggi di Eropa, dan menjadi salah satu daya tarik wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Tempat ini juga masuk dalam situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO pada tahun 2001. Switzerland memang dikenal dengan pegunungan yang bersemayam gletser yaitu sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu geologi. Sehingga salah satu agenda wajib saat mengunjungi negara ini adalah menikmati panorama pegunungan gletser, bertemu dengan salju abadi di Jungfraujoch. Bagi wisatawan Indonesia mungkin Jungfraujoch ini tidak setenar Mount Titlis yang biasa ditawarkan dalam paket tour di travel-travel agen di Indonesia. Namun, justru dikalangan turis Eropa, Jungfraujoch sangat terkenal. Nah, awalnya rencana kami ke Jungfraujoch tanggal 24 Desember 2018, namun setelah sampai Grindelwald terpaksa dibatalkan karena hujan dari pagi sampai sore tidak berhenti. Sebagai gantinya di hari yang sama kami booking lagi tiket untuk keesokan harinya tanggal 25 Desember 2018 yang menurut perkiraan cuaca akan cerah sepanjang hari. Saya pikir, tepat ditanggal tersebut yang bertepatan dengan hari natal tidak akan banyak pengunjung karena mungkin banyak yang natalan. Ternyata dugaan saya salah, sebab banyak wisatawan yang memadati Jungfraujoch bahkan saat hari natal. Alhasil ketika sampai di Jungfraujoch, saking padatnya, dari beberapa lokasi wisata yang ditawarkan, saya hanya menuju masterpiece-nya saja, menyaksikan langsung Jungfraujoch Top Of Europe. Tempat-tempat lain saya skip saja, khawatir kecapean antri hingga terlewat tempat paling kece-nya.
Transfortasi
Lewat travel agent, selama di Swiss kami memang road trip. Dari hotel di kota Lucerne kami berangkat dengan kendaraan roda empat. Kemudian tiba di Grindelwald kami naik kereta ke Jungfraujoch dengan rute berangkat dari Statiun Grindelwald – Kliene Scheidagg – Jungfraujoch kemudian pulangnya dengan rute: Jungfraujoch – Kliene Scheidagg – Grindelwald. Habis itu pulangnya ke Lucerne.
Tiket Jungfraujoch
Karena kami traveling ke Switzerland ini lewat travel agen, jadi semuanya sudah diurusin oleh pihak mereka, hingga booking tiket juga dilakukan mereka, bahkan saat harus reschedule juga diurus oleh guide kami. Bisa dibeli di statiun Grindelwald. Kalau mau info lebih detail silahkan bisa mengunjungi websitenya di: www.jungfrau.ch
Tahu dari mana?
Saya pertama kali tahu tentang Jungfraujoch ketika membaca buku Haram Kelilling Dunia Karya Mba Nur Febri Wardi tahun 2014. Sejak itu saya menambahkan Jungfraujoch dalam daftar tempat impian yang ingin dikunjungi. Siapa sangka saya diajak liburan oleh Om dan Tante ke Swiss, dan ternyata menempatkan Jungfraujoch dalam daftar tempat wajib di kunjungi dan merupakan salah satu masterpiece destinasi wisata yang recommended banget saat ke Swiss. Saya hanya bisa bersyukur atas limpahan nikmat yang Allah berikan. Alhamdulillah. Memimpikan Swiss sudah sejak SD, dan memimpikan Jungfraujoch baru beberapa tahun, nyatanya saat saya dan keluarga ke Swiss sekalian ke Jungfraujoch. What a perfect journey!
Pengalaman ke Jungfraujoch
Switzerland itu sangat cantik dari setiap sudutnya dan setiap penjurunya. Pegunungan gletser ada dimana-mana, padang rumput, taman, atau padang salju banyak ditemukan di berbagai tempat di Switzeland. Jadi, ke region mana pun di Switzerland kita akan menemukan keindahan alam yang luar biasa memikat. Bahkan saat kami berada di sana mulai dari kota Zurich, kota Lucerne, yang bertepatan dengan musim dingin, suhu rata-rata nol derajat hingga dua derajat celcius, tak menciutkan semangat kami untuk mengeksplor hingga ke Jungfraujoch. Dalam balutan pakaian yang berlapis-lapis, kami siap menuju puncak kereta api tertinggi di Eropa dan menyaksikan betapa megahnya Jungfraujoch.

Pagi itu setelah sarapan kami berangkat dari hotel pukul 09.00, kami sekeluarga terdiri dari Om, Tante, ketiga adik sepupu (Kakak, Mas, Dede), dan saya, ditambah guide kami yaitu Mr Reno dan Pak Budi yang membawa mobil dari Amsterdam ke Swiss. Pagi yang indah, cuaca cerah, ditambah suguhan alam milik Switzerland yang sangat cantik, resmi sudah menampakkan keanggunannya melalui penglihatan kami. Meskipun kami baru bisa menyaksikannya di balik kaca mobil, sepanjang perjalanan panorama yang tersaji nyaris tak ada cela.


Jalanan mulus bersih tanpa memberi ruang pada sampah untuk bertebaram, melewati banyak terowongan kokoh dan terawat sangat baik di sepanjang perjalanan, di sepanjang jalan masih bisa menatap pegunungan berselimut salju. Ahhhh sungguh, saya terpesona 😍😍😍Bahkan dengan cuaca yang sangat bersahabat dibanding dengan hari sebelumnya, saya bisa menyaksikan rumah-rumah yang khas, rerumputan yang hijau, dibentingi pula oleh pegunungan berselimut salju.

Memasuki kawasan Interlaken bisa melihat danau yang indah. Kota Interlaken diapit oleh dua danau yaitu Danau Brienz di timur dan Danau Thun di barat. Kemudian saat memasuki Jungfrau Region, pemandangan semakin spektakuler. Hari yang luar biasa indah telah dimulai, belum sampai di tempat tujuan, hanya mengamati dibalik kaca mobil saja saya sudah dibuat berdecak kagum dengan keindahan negara ini.



Turun dari mobil, kami hanya bertujuh termasuk dengan guide kami Mr Reno yang akan menemani perjalanan kami hingga ke atas Jungfraujoch, sementara Pak Budi memarkirkan mobil, tak ikut rombongan kami.


Sesampainya di Grindelwald, tempat yang kami datangi hari sebelumnya, dekat pembelian tiket, ternyata antrian sudah mengular. Wow, ramai sekali orang-orang dengan pakaian lengkap khas winter baju tebal berlapis-lapis, ditambah banyak bule yang membawa peralatan ski. Pukul 10.15 kereta yang didominasi warna kuning dan hijau berangkat dari statiun di Grindelwald menuju tempat pemberhentian pertama di Kleine Scheidegg railway station. Kereta pelan tapi pasti terus saja menanjak, di samping kiri dan kanan, membuat mata saya terbengong-bengong melihat hamparan salju tebal menyelimuti. Kalau melihat hamparan salju begitu, yang saya ingat adalah sirup marjan. 😋😃





Duh, coba bawa sirup marjan, terus bikin es serut, nikmat kali ya? Hahaha. Beginilah nasib anak tropis yang terkagum-kagum kalau lihat salju. Ah, It’s like winter in wonderland. Pikiran saya terus sibuk dengan hal-hal semacam itu, dan tentu saja sibuk mengabadikan kenangan, banyak foto yang asal jepret tapi hasilnya tetap kece. Memang alamnya sudah indah tanpa polesan, meskipun mengandalkan kamera di smartphone, hasilnya ok-ok! Kereta dipenuhi oleh penumpang, ada yang tidak kebagian tempat duduk. Tidak menyangka, natalan justru tetap padat pengunjung. Beruntung saya dapat tempat duduk dan dekat jendela pula, jadi puas memandangi pemandangan sejauh mata memandang tetap indah dan mempesona. Oh iya, saya juga melihat cable car, bahkan di spot tertentu banyak orang yang bermain ski. Tak terasa 30 menit lebih berlalu dengan cepat hingga tiba di pemberhentian pertama, kami turun dan harus ganti kereta.

Kereta tiba di sana pukul 11.50. Seharusnya langsung ganti kereta menuju Jungfraujoch, namun keretanya sudah penuh, sehingga kami memilih mampir ke sebuah cafe dan saya memilih untuk minum segelas hot chocolat . Sedap!

Setengah jam kemudian tepatnya 12.32 kereta kedua baru berangkat. Kereta yang didominasi warna merah ini, Jungfraubahn melaju dengan kecepatan pelan, dua menit setelah melihat balutan salju yang indah, kemudian praktis sudah memasuki terowongan yang menembus pegunungan sejauh 9,3 km menuju Jungrfaujoch. Beberapa menit kemudian petugas memeriksa tiket kami. Dari Kleine Sheidegg kita akan melewati tiga statiun sebelum sampai di Jungfraujoch, yaitu: Eigergletser – Eigerwand – Eismeer – Jungfraujoch. Eigerwand adalah statiun yang ada dalam gunung batu. Perjalanan melalui terowongan menembus gunung menuju statiun Eigerwand di ketinggian 2.865 m, sebenarnya bisa berhenti untuk lihat observatori tapi ternyata kereta hanya berhenti satu menit, lalu lanjut lagi. Saya tidak turun, takutnya kalau naik lagi ke kereta tempat duduk saya sudah diambil orang. 😛 Kemudian perjalanan dilanjutkan ke statiun di Eismeer di ketinggian 3.160 m. Perjalanan naik kereta dilanjutkan ke statiun Jungfraujoch TOP of Europe.






Magical view of Jungfraujoch
Alhamdulillah sampai juga di Fungfraujoch. Mulai turun dari kereta, saya melihat patung megah Adolf Guyer-Zeller, lalu kemudian bersiap mengikuti tur. Tur disini bukan maksunya tur oleh pemandu wisata, melainkan kita memasuki ruangan menuju ke ruangan lain yang ada di sana. Tur Jungfraujoch bisa dimulai dengan Jungfrau Panorama, Alpine Sensation, terus ke Eispalast (Ice Palace) yang dibangun pada tahun 1930-an, kemudian bisa naik lift menuju Sphinx di ketinggian 3.571 m, tempat observatorium astronomi tertinggi di dunia. Dikarenakan pengunjung yang sangat padat, khawatir lelah menunggu atrian, kami tidak ikut tur Jungfraujoch, melainkan langsung ke intinya saja yaitu menuju atas keluar dari Plateau. Di tempat in kita bisa melihat jajaran salju bagian selatan yang luas dekat dengan puncak Jungfrau. Begitu keluar, langsung disambut dengan suhu -12, brrrrrrrrr! Dingin dan beku rasanya.

Antara terharu, kagum dan bahagia ketika menyadari bahwa untuk mencapai gunung yang ketinggian 3.454 m, saya hanya duduk sangat manis di kereta, tidak perlu mengeluarkan banyak keringat untuk mendaki. Sama sekali tak berkeringat yang ada hanya kedinginan saja, akhirnya betul-betul sampai. “Am I dreaming?” cubit pipi kiri dan kanan, ternyata sakit, berarti memang beneran sampai juga di sana. Rasa kagum dan bahagia itu pun seketika berubah melelah dan langsung jatuh cinta sama keindahan yang dimiliki Jungfraujoch. Ahh Ya Allah, terima kasih saya sampai juga. Masha Allah, indah, megah, dan spektakuler melihat hamparan salju abadi dan menginjakkan kaki di puncak Jungfraujoch, hingga berfoto dekat bendera Swiss yang telah berkibar sejak peresmiannya di tahun 1912.


Walaupun dingin mencekam dengan suhu saat itu minus dua belas derajat, angin bertiup kencang, hingga jalan pun terseok-seok dan butuh perjuangan untuk bisa berdiri tegak diantara angin kencang serta suhu ekstrim. Namun semua itu tak saya hiraukan, karena kebahagiaan yang saya rasakan saat itu tak kan bisa saya rangkai lewat kata-kata dan tulisan. Menikmati hamparan salju putih di Jungfraujoch, sungguh akan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup saya. Hingga saat saya menuliskannya ini, saya masih terbayang-bayang, dan ingin ke sana lagi. Hehehe.

Saking dinginnya saat itu dan tangan susah digerakkan, saya bolak-balik gedung terus keluar lagi demi untuk bisa foto dan ambil video. Bahkan smartphone yang saya genggam pun sempat tidak bisa digunakan saking kedinginan, saya masuk gedung, setelah tidak menggigil keluar lagi, sudah seperti cacing kepanasan yang bolak balik, padahal tangan sudah mati rasa, tapi tidak membuat saya kapok, hahaha. Lah, kapan lagi coba, naik gunung tak perlu bersusah payah bawa carrier bag, tinggal duduk manis sampai di tempat magis.
Saya bolak balik keluar dari Plateu lebih dari lima kali, sementara Tante dan ketiga adik sepupu saya sudah mendapatkan tempat duduk di dalam ruangan dengan pemandangan puncak Jungfraujoch. Sebetulnya di dalam gedung dari balik kaca kita juga bisa melihatnya, bahkan tiupan angin bercampur salju bisa kelihatan. Tapi saya tetap saja bolak balik masuk keluar. Bahkan Om sempat minta tolong untuk memvideokan beliau saat sedang membuat video sharing and motivation. Beruntung saya tidak kena altitude sickness, atau penyakit ketinggian khususnya pada ketinggian 2.400 meter ke atas.
Puas menikmati Jungfraujoch, kami pun menyudahi tur tersebut. Kami mampir ke cafe. Sayangnya saya kebelet pipis dan sudah diujung tanduk, beruntung tersedia toilet juga. Dan setelah pipis rasanya legaaaa banget, wih pipis di gunung yang toiletnya bersih, bahagia sekali rasanya. Habis itu nongkrong dekat cafe. Jangan khawatir, kalau lapar ada cafe dan restoran, kalau mau beli souvenir juga ada, kalau mau beli coklat kebanggaan Swiss yang tersohor itu bisa mampir ke toko Lindt Chocolate Heaven. Ini di gunung apa di mall, yak? Kok serba ada! Hahha, pikir saya. Gimana gak bikin betah coba? Tapi yang bikin mikir adalah harganya pasti lebih mahal dong!


Sebetulnya masih ada tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi. Mr Reno menawarkan kami untuk ke Ice Palace, namun karena sudah lelah kemudian kondisi istananya licin, sehingga kami tidak ke sana.
Berhubung sudah puas dan sudah kedinginan main di luar Plateu alias di Jungfraujoch. Saya tidak masuk, mungkin kapan-kapan kalau ke sini lagi ya? Aamiin. Tapi lebih tepatnya hari sudah menjelang sore takut ketinggalan kereta, kereta paling telat pukul 16.00. Ternyata kami berada di sana tiga jam. Pukul 15.30 kami antri naik kereta. Kalau mau tidak antri kita bisa bayar lebih tapi harus reservasi dulu (saya tahunya juga pas di sana, di tengah antrian panjang, ada orang yang bisa langsung naik kereta tanpa antri, ternyata mereka rombongan dan sudah reservasi sebelumnya dan mungkin ada addictional cost juga). Baiklah, kami pun menunggu hingga giliran tiba, untuk turun dengan Jungfraubahn si ketera merah, menuju Kleine Scheidagg.

Saat itu keretanya penuh, saya tidak kebagian tempat duduk, alhasil nagkring dan senderan ke tiang dekat pintu. Kemudian ada petugas yang memberikan kami coklat Lindt. Coklatnya enak banget! Saya kira, apakah pemberian coklat ini berhubungan dengan hari dimana waktu itu bertepatan dengan hari natal, atau mungkin saja setiap orang yang habis naik ke Jungfraujoch memang mendapatkan coklat tersebut. Yang jelas, saya bahagia sekali dapat coklat 😀

Rute yang kami lewati pulang dan pergi sama saja, yaitu : Grindelwald – Kleine Scheidagg – Jungraujoch. Padalah sebetulnya bisa ambil rute berbeda saat pulang dan pergi. Namun karena kami membawa kendaraan, sehingga lebih praktis dengan penggunakan tiket pulang pergi satu rute.



Sesampainya di Kleine Scheidagg, sambil menunggu kereta yang akan turun ke Grindelwald, sekitar tiga puluh menit kami menghabiskan waktu di sana untuk berfoto dan menikmati senja yang indah, kemunculan warna jingga dibalik gunung-gunung yang berbalut salju abadi menambah eksotisnya pemandangan yang bisa saya saksikan langsung, pengalaman yang sangat luar biasa dan saya dapatkan hari itu. Setelah seharian penuh cuaca alhamdulillah cerah, ditambah menyaksikan senja yang indah ini. Sungguh berkah luar biasa hari itu.
Di sini juga terdapat banyak restoran dan hotel, tinggal pilih saja mau yang mana. Hanya saja terlintas dalam pikiran saya, berapa dana yang harus dikeluarkan untuk menginap di sana. Sudahlah, bisa ke sana saja saya sudah sangat bersyukur, bisa menyaksikan pemandangan yang luar biasa spektakuler rasanya seperti mendapatkan banyak kejutan di hari itu. Dan lagi-lagi selama perjalanan ke sana, saya tidak menemukan sampah berserakan, salut banget! Bikin saya jadi semakin betah.



Sekitar pukul 17.03 kereta membawa kami dari Kleine Scheidagg menuju Grindelwald. Setelah menyasikan sunset dan pemandangan magis yang terlihat disepanjang perjalanan naik dan turun kereta, sebelum tiba di statiun Grindelwald, sempurna sudah malam membungkus kota, yang tersisa hanya cahaya lampu di kereta, menjelang statiun Gindelwald ditambah dengan cahaya rumah –rumah penduduk. Tiba di statiun Grindelwald, sementara setelah menurunkan penumpang kereta masih melaju melanjutkan perjalanan, maka kami mampir ke toilet, habis itu naik kendaraan menuju kota Lucerne.
Sayangnya, perut sudah bernyanyi riang, rasa lapar sudah menggerogoti kami, sebelum sampai di Lucerne, kami mampir di Restaurant Stalden dan akirnya nyobain salah satu kuliner wajib ketika berada di Swiss yaitu: Cheese Fondue. Cheese fondue ini adalah keju yang dicairkan dan dimakan atau dicocol bersama roti, kentang, atau daging. Satu porsi bisa buat sekeluarga. Harap berhati-hati memesan dan pastikan kalau tidak ada campuran alkoholnya di dalam keju. Rata-rata restoran tidak mencantumkan ini di detail menunya. Tapi originalnya cheese fondue ini dimasak bersama wine. Untungnya Mr Reno ngasih tahu dan saat memesan meminta agar cheese fondue ini tanpa alkohol. Pokoknya kalau ragu akan kehalalan, tinggal tanya saja atau pilih menu vegeratarian itu juga lebih baik.

Pukul 19.22 menuju hotel. Jarak dari Grindelwald ke Lucerne kurang lebih 1,5 jam. Naik kereta rata-rata 35 menit, total waktu yang ditempuh naik keteta dari Grindelwald ke Jungraujoch pulang pergi sekitar dua jam. Alhamdulillah kami tiba di hotel dan bersyukur atas hari indah yang telah kami lewati bersama. Momen abadi yang tak kan terlupakan
Thank you for this amazing journey. Jungfraujoch, you rock my world. Thank you for the best experience, best moment, best time. One thing that i can remember: Jungfraujoch, It was like Paradise on Earth.
Ini dia videonya :
Kesan yang mendalam mengenai pengalaman ke Jungfraujoch
Benar-benar bahagia sekali impian ingin ke Jungfraujoch alhamdulillah terwujud. Puji syukur kepada Allah yang telah mewujudkan impian tersebut. Once in a lifetime, mengunjungi tempat tersebut sangat worth it! Bisa merasakan, melihat dan menikmati langsung megahnya alam ciptaan Allah SWT. Rasanya saya semakin kecil, melihat betapa besarnya karya Sang Maha Pencipta. Pengalaman yang saya dapatkan, sungguh tidak terbatas akan kekaguman alam yang bisa saya saksikan. Saya pun mengagumi kepada pencetus ide, serta para pekerja yang telah membangun Jungfau Railways. Tak cukup keindahan alam, saya pun mengagumi akan konstruksi pembangunan yang sejak dulu dan pemeliharaan hingga sekarang yang terawat dengan baik sekali. Tak tampak bahwa terowongan yang menembus gunung tersebut telah dibangun ratusan tahun yang lalu. Salut. Jadi, kalau masih penasaran apakah Switzerland itu salah satu destinasi wisata yang mahal? Jawabannya, tentu saja masih mahal. Tapi sekarang saya paham, walaupun mereka mahal, tapi fasilitasnya sangat bagus, sesuai-lah sama pengalaman yang didapat, dan tak akan menyesal deh memasukan Switzerland dalam bucketlist impian. Nah, apakah setelah ini kapok ke negara ini? Tentu saja tidak. Malah kalau bisa ingin sesering mungkin datang ke sana. Hahah 😀
Jadi, siapa pun yang membaca artikel ini, jangan pernah takut untuk bermimpi. Meskipun perjalanan ini sangat mahal, teruslah bermimpi dan mewujudkannya. Hingga akhinya kamu tiba di sana!
Baca juga persiapan traveling di musim dingin

Tips traveling ke Jungfraujoch:
- Pastikan sudah membeli tiket ke Jungfraujoch, kalau bisa jangan on the spot apalagi kalau lagi musim liburan.
- Sangat disarankan untuk memakai jaket tebal serta perlengkapan musim dingin, kapan pun kamu datangnya, entah di musim panas, semi, gugur hingga dingin. Saat saya ke Jungfraujoch bulan Desember 2018 lagi musim dingin, memang dinginya berlipat. Musim panas saja kalau mengunjungi Jungfraujoch masih minus, apalagi kalau musim dingin. Jadi, pastikan kita pakai bajunya yang tepat. Kalau saya pakai baju berlapis-lapis, mulai dari longjohn, sweater, hingga baju tebal ala musim dingin dengan ditutup topi berbulu, plus syal. Tak lupa pakai sarung tangan dan sepatu boots yang di dalamnya berbulu biar hangat sekali pun kondisi cuaca ekstrim.
- Selain Jungfraujoch, ada juga Sphinx Terrace di ketinggian 3.571 m dan Aletch Glasier yang menjadi tempat snow fun, bermain yang bisa dikunjungi dalam tur ini. Namun berhubung saya manusia tropis yang belum bisa main ski pula, alhasil hanya tur di tempat yang paling top diantara semuanya, yaitu Jungfraujoch top of Europe.
- Jangan khawatir kelaparan, karena di atas sana banyak jajanan, banyak restoran, dan cafe, yang penting banyak bawa uang dalam bentuk Swiss Franc saja 😀 atau bawa kartu buat gesek selama kamu jajan di sana.
- Kalau bisa, tinggallah di kota-kota yang dekat dengan kawasan Jungfraujoch, misalnya kota Lauterbrunnen. Agar bisa menghemat waktu dan puas bermain seharian di sana.
- Kalau kamu memilih untuk tinggal di kota yang jauh seperti saya yang menginap di kota turistik yaitu di Lucerne, usahakan berangkat pagi. Karena saya menggunakan kendaraan roda empat, sehingga bisa lebih fleksibel mengatur waktu. Namun kalau misal kita akan menggunakan kereta otomatis jangan lupa untuk mengecek jadwal kereta agar tidak ketinggalan.
- Pastikan kamu enjoy selama di sana. Ingat tiketnya saja sudah mahal. Jangan sia-siakan waktu selama di sana dengan hanya sibuk lihat smartphone. Mendingan sibuk foto-foto saja, update status belakangan, hahah! Sayang banget kan, sudah ke sana jauh-jauh, masih sibuk dengan smartphone. Tenang saja, sinyal di atas sana ok, kok! Tapi kalau saya memilih untuk enjoy the time, dan sibuk foto landsekap yang kece.
- Bawa kamera. Banyak tempat kece yang bisa kamu abadikan lewat kamera. Atau kalau tidak mau ribet seperti saya, pastikan space smartphone kamu tersedia lebih banyak, agar bisa ambil foto dan video sampai puas! Sampai mati rasa kedinginan kayak saya, tapi tetap happy! 😄
- Pastikan kamu sehat. Atau kalau kurang sehat terus terlanjur pesan tiket, jangan lupa bawa obat yang biasa kamu minum.
- Karena suhu udara tipis dan sangat dingin sekali ketika sampai di Jungfraujoch. Maka kamu harus banyak minum. Oh iya biar bibir tidak kering jangan lupa pakai lip balm.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. With Love from Jungfraujoch
Berikut beberapa artikel tentang perjalanan saya ke beberapa negara di bawah ini:
- Thailand : trip to Bangkok, makan Durian montong di Thailand
- Jepang : menikmati Jepang di musim gugur
- Hongkong : Trip Hongkong
- China: Mampir di Restoran Modern Toilet di kota Shenzen
- Singapura : Mengunjungi Universal Studio Singapore, Singapore Flyer
- Saudi Arabia: My Amazing journey at Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Jeddah
- UAE (United Emirate Arab): Pesona kota Dubai
- Inggris: I eft my heart in London
- Prancis: Lost in Paris
- Turki : petualangan yang spektakuler di Turki
- Australia : menikmati musim panas di Sydney
- New Zealand: liburan di Queenstown, dan terpikat keindahan alam Mount Cook
- Spanyol : Musim dingin yang terasa hangat di Barcelona
- Switzerland : Liburan di Swiss (part 1), Jungfraujoch top of Europe
Happy Traveling
With Love,
Benar-benar keren🥰🥰😍😍
Duluuuu…waktu masih muda,,, aku pernah bermimpi ingin ke Switzerland karena nonton film India yg lokasi shooting disana.
Tapi lama-lama,,, memang mimpi itu semakin terkubur dalam2 menyadari siapa diri ini.
Membaca ini jadi teringat😁😁😁🤭
LikeLiked by 2 people
Terima kasih Mba 😊😊
Wah, judul filmnya apa Mba? Dulu waktu SD saya juga suka nonton film India, cuma kalau ada yg shooting di Switzerland, saya belum pernah nonton.
Jangan mengubur impian Mba, karena kita tidak pernah tau kapan impian itu bisa terwujud. Terus bermimpi Mba, semoga bisa kesampaian ke Switzeland. Aamiin 😇😇
LikeLiked by 1 person
Lupa apa judulnya, sudah lama kali😁😁😁
Iya juga sih,,, harus bermimpi ya he he eh
LikeLiked by 2 people
Padahal saya pengen nonton 😄
Iya Mba, keep dreaming 😇😊
LikeLiked by 1 person
keren” mbak
kalo bisa reques bikin tulisan kayak tips, atau planning untuk berlibur ke luar negeri mbak
LikeLiked by 3 people
Terima kasih Kak 😊
Terima kasih untuk request-nya. Untuk tips di artikel ini sudah ada (di bagian bawah). Kalau planning untuk berlibur di luar negeri, mohon maaf mungkin tidak utk saat ini 😊
LikeLiked by 1 person
Very interesting post (Thanks to Google translator… 🙂 )
LikeLiked by 2 people
Thank you 😊😇
LikeLiked by 2 people
View elok dan debur adrenalin menuju Jungfraujoch terasa dari postingan ini. Saat berkunjung saya hanya menjejak Alpen melalui Titisse.
Salam mbolang
LikeLiked by 1 person
Wah, Terima kasih sudah membaca postingan ini, Mbak 😇😇
Saya juga pengen ke Titisse, sepertinya semua sudut di Swiss itu ingin saya jelajahi Mbak 😂
Insha Allah berikutnya semoga bisa mengunjungi Jungfraujoch. Aamiin
Salam mbolang Mbak 😎
LikeLike