Tahukah kamu, jika kamu perhatikan dengan teliti peta negara Italia, maka dalam peta negara tersebut mirip dengan bentuk sepatu boots (saya tahu hal ini, berkat nonton program anak, berjudul Go Jetters yang tayang di TV Cabel). Negara yang terkenal dengan makanan khasnya yang sudah mendunia seperti Pizza, Pasta dan Gelato. Atau brand-brand-nya yang mendunia, sebut saja Prada, Gucci, Georgio Armani, Dolce and Gabbana, dan lain-lain. Dari semua nama yang saya sebutkan. Lalu, adakah yang saya banget? Tentu saja ada, yaitu Pizza. 😀 Ok, saya suka Pizza, jadi suatu saat saya bermimpi bisa mengunjungi negaranya, dan alhamdulillah kesampaian. Saya bersyukur, meski bukan pengguna barang branded yang fasionable (oh karena memang tak sanggup beli, haha), tapi di negara tersebut saya bisa menikmati gelato terlezat di dunia (boleh kan saya bilang begitu? sebab saat itu saya mencicipinya di negara asal gelato, yang kini lagi-lagi sudah mendunia), bisa datang ke tempat-tempat bersejarah, mengunjungi salah satu kota mode yang menjadi kiblat dunia mode yaitu kota Milan, mengunjungi markas Inter Milan dan AC Milan di San Siro, mengunjungi Menara Pisa, mampir ke Piazzale Michel Angelo di Florence. Hingga mengekspor kota Roma, Ibukota negara Italia.

Awalnya, yang saya tahu ketika mendengar negara Italia adalah pizza, pasta, gelato dan kopinya yang sangat terkenal. Namun, setelah road trip dan mengeksplornya selama 5 hari di beberapa kota, sungguh Italia punya banyak kejutan. Berikut ini pengalaman saya selama berada di Italia. Italia mejadi penutup perjalanan dari rangkain Euro Trip di musim dingin pada bulan Desember 2018. Dan di negara ini pula, kami menghabiskan waktu lebih lama dibanding negara-negara sebelumnya yang kami kunjungi.
- Liburan ke Swiss #inlovewithSwitzerland (part 1)
- Jalan-jalan ke Italy part 1
- Jalan-jalan ke Italy part 2
- Jalan-jalan ke Italy part 3
- Jalan-jalan ke Italy part 4
Perjalanan kami selama belasan hari ini, sebetulnya bisa mengunjungi lebih banyak negara di Eropa seperti banyak ditawarkan oleh paket tur dari travel agen, misalnya satu hari di negara A, kemudian hari berikutnya hanya mampir di negara B. Namun, kami lebih memilih tidak banyak negara yang dikunjungi, namun tetap menyimpan jejak kenangan yang mengesankan di masing-masing kota yang kami kunjungi. Tidak terburu-buru, dan sangat menikmati perjalanannya.
Baca juga: Liburan di Jepang 2020
Rabu, 26 Desember 2018
Setelah melakukan perjalanan dari Kota Lucerne menuju Kota Milan yang berjarak 243 kilometer, kami berenam terdiri dari Om, Tante, tiga adik sepupu, juga adik saya, ditambah satu orang guide, total bertujuh tiba di hotel pukul 19.30. Memasuki kawasan pusat kota Milan, ada sesuatu hal yang baru saya rasakan. Ketika di tol, jalan masih terasa mulus, namun saat di pusat kota, guide kami Mr. Reno yang menemani kami sejak di Spanyol, Swiss, hingga Italia, sekaligus mengemudikan mobil selama road trip mulai dari Swiss hingga tiba di Italia, dengan lihai membawa mobil di tengah hiruk pikuk pusat kota. Dengan jalan yang sedikit tidak rata, tidak semulus jalan tol, dan di samping kiri kanan dipenuhi toko-toko, hotel-hotel, juga para turis. Tapi itulah ciri khasnya. Baru saat itu saya merasakan sensasi berada di pusat kota dengan jalanan yang unik, kayak semacam melewati jalanan yang bergelombang, pokoknya sedap deh! Hahaha. Hotel kami sebenarnya tidak jauh dari landmark kota Milan, sepuluh menit jalan kaki, bisa sampai ke Duomo di Milano.
Sesampainya di hotel, guide kami langsung check in. Kami menginap di Hotel Del Cavalieri Milan****. Kamar kami ada di lantai 8, ternyata sudah disediakan berbagai macam buah-buahan yang terdiri dari anggur hijau, apel, berry, dan jeruk. Mantap! Malam itu, kami sudah sangat lelah, sehingga makan malam di hotel, setelah dipesankan makanan oleh guide kami, yaitu menu ayam crispy sama kentang goreng, mirip KFC tapi beda brand. Selesai bersih-bersih dan shalat, saya pun istirahat.
Baca juga: Jungfraujaoch top of Europe #inlovewithswitzerland (Part 2)
Kamis, 27 Desember 2018 : City Tour di MILAN
Sepertinya saking capek, saya bisa tidur nyenyak. Sekitar jam 05.00 sudah bangun, saat itu waktu shalat subuh pukul 05.57. Masih dalam suasana musim dingin, pukul 07.37 pagi matahari mulai terbit. Pukul 08.30, kami tiba di restoran dan disambut sapaan hangat selamat pagi dalam bahasa Italia, oleh staf hotel. Mereka bilang, “buongiorno – selamat pagi.” Aksennya enak didengar dan terdengar ramah. Restorannya dipadati oleh tamu-tamu juga. Tapi ada rasa hangat di pagi itu, meskipun kami tidak saling mengenal para tamu, tapi suasana sarapan pagi itu sangat menyenangkan. Makanannya juga enak-enak. Seperti biasa, kalau minuman saya suka sekali dengan cammomile dicampur madu. Untuk makanan biasanya setelah makan buah-buahan, maka saatnya mencari makanan berat. Ada menu berbagai macam roti. Ada nasi, telor orak-arik, telur rebus.

Sebetulnya banyak makanan lain, tapi saya cari aman saja, yang saya yakin makanan tersebut halal. Saya sangat suka roti diolesi nutella. Nutella di Italia itu sangat enak sekali, berbeda dengan nutella di negara lain. Info dari Mr Reno yang sudah berkelana mengunjungi berbagai kota-kota di negara Eropa, menurutnya, nutella dari Italia jauh lebih enak, karena di Italia juga sangat terkenal dengan kacang-kacangan berkualitas, salah satunya kacang almond. “Kalau saya pulang ke Amsterdam, biasanya saya akan beli banyak nutella dari sini,” ungkap Mr Reno. Tak mengabaikan kesempatan ini, jadi tiap sarapan di hotel selama di Italia, saya selalu membawa beberapa nutella sebagai olesan untuk roti, dan rasanya memang mammamia lezato. Kumpulin yang banyak saja, mumpung sarapan di hotel, hahaha. 😀
Baca: Jalan-jalan di Barcelona
San Siro
Milan merupakan salah satu kota adibusana di dunia, seperti New York atau Paris. Produk terkenal dari kota ini adalah kue natal yang manis bernama Panettone. Perusahaan terpenting di Milan ada Giorgio Armani, Dolce & Gabbana, Prada, Bugati, Gianni Versace, dan lain-lain. Klub besar yang terkenal di kota ini adalah AC Milan dan Inter Milan yang bermarkas di San Siro.
Pukul 10.30, kami keluar hotel, dan menuju destinasi utama yang harus dikunjungi terutama buat kamu penggemar sepakbola. Saya bukan penggemar bola, Om dan adik-adik sepupu saya pecinta bola, maka saya hanya ikut kecipratan rezeki, mumpung ke Milan, sekalin ke stadium bola, menemani mereka. Dari hotel lumayan jauh, dan pagi itu kami mulai mengekplor kota Milan. Berbeda dari kota yang sebelumnya saya kunjungi yaitu kota Barcelona, kota Lucerne, dan kota Zurich. Kota Milan menyimpan pesonanya tersendiri yang khas.
Dalam mobil, pandangan saya mulai menyisir setiap sudut kota yang terlihat sangat padat, karena memang kami pun menginap di pusat kotanya. Mr Reno bilang bahwa di Italia itu kekeluargaannya sama seperti di Indonesia, mereka sangat mementingkan keluarga. Mereka senang makan di luar, beda dengan di Swiss yang lebih senang makan di rumah. Kemudian biasanya suami yang bekerja dan istri yang mengurus rumah tangga. Mereka tidak sekaku di Swiss. Guide kami mulai berbagi pengetahuan dan pengalamannya. Di usianya yang sudah lebih dari lima puluh tahu, guide kami tampak masih seperti usia empat puluhan. Mungkin karena bekerja dalam dunia traveling, sebagai guide sering menamani para tamu tour di kota-kota Eropa, Menurut guide kami, pokoknya di Italia itu secara kekeluargaan kurang lebih mirip dengan di Indonesia.
Tiba di Stadion San Siro, suasananya belum ramai. Setelah guide kami berhasil memarkirkan mobil. Kami bertujuh membeli tiket, kemudian masuk ke dalam stadion bola terbesar di kota Milan, harga tiket masuknya 15 Euro. Selain dunia fashion, Milan juga sangat terkenal dengan dunia sepakbola. AC Milan dan Inter Milan adalah dua klub besar yang memiliki penggemar di seluruh dunia. Kedua klub tersebut bermarkas di stadion yang sama yaitu di San Siro atau Giuseppe Meazza. AC Milan biasanya menggunakan nama San Siro. Dan Inter Milan lebih condong memakai Giuseppe Meazza sebagai bentuk penghormatan klub kepada sang legenda pemain. Stadion ini milik pemerintah. Menurut saya, dilihat dari luarnya saja, setelah sebelumnya mampir ke Camp Nou, maaf tidak semegah stadion tersebut, dan kurang terawat dengan baik, namun dalam stadionnya sih ok. Tapi buat penggemar bola dan pecinta club AC Milan juga Inter Milan, tempat ini tetap rekomen kok. Awalnya guide kami tidak mau ikut karena penilaiannya akan stadion ini, mungkin karena sering juga keluar masuk stadion jadi punya pendapat sendiri sehingga bisa membandingkan beberapa stadion. Namun, karena harus mengantar kami, dan sebagai penggemar sejati akhirnya masuk juga dan terlihat enjoy!
Dari pintu masuk, kita akan tertuju langsung pada ruang ganti pemain AC Milan. Lorong menuju ruang ganti sangat sangat kental dengan nuansa Rossoneri alias merah hitam. Di ruang AC Milan, setiap pemain mendapatkan tempat duduk. Di tengah ruangan terdapat logo AC Milan.
Kemudian, bergerak sedikit, hanya beberapa ratus meter, kita akan sampai ke ruang ganti pemain Inter Milan. Tidak berbeda jauh, ruang ganti Inter Milan didominasi warna biru hitam. Di sini, kita bisa melihat dengan mudah beberapa pemain Inter Milan ketika meraih treble winners pada musim 2009/2010. Hanya saja, suasana ruang ganti pemain Inter Milan berbeda dengan pemain AC Milan. Di ruang Inter Milan, tidak ada kursi empuk yang diduduki pemain yang ikut bertanding. Semua pemain duduk sama rata di bangku melingkar yang tersedia.
Kami pun kemudian memasuki tribun. Dalam tribun, untuk pertama kalinya saya melihat alat besar di atas rumput-rumput, entah untuk apa fungsi alat itu, mungkin menghangatkan rumput hijau yang kedinginan, atau alat untuk merawat rumpur tersebut. Entahlah, saya tidak tahu. Saya juga sempat naik, ingin merasakan suasana di tribun atas, namun sayangnya saya mendapati kursi stadion yang cukup usang. Keluar dari stadion, kami masuk ke San Siro store. Tempatnya cukup nyaman, dan kamu bisa borong pernak pernik atau pun jearsey Duo Milan. Toko resmi ini berada di pelataran stadion. Berhubung saya tidak membeli hanya mengantar saja,sehingga saya tahu perbandingan harganya lebih mahal atau tidak, tapi setahu saya meski hanya melihat sekilas, rata-rata kalau belanja jearsey di store aslinya sebuah klub, itu pasti mahal, apalagi kalau jearsey-nya mau ditambahin dengan nama dan nomor tanggal lahir misalnya, pasti ada additional cost.
Chatedral Duomo di Milano
Puas berkeliling stadion San Siro, pukul 14.00 mengunjungi landmark-nya kota Milan yaitu Chatedral Duomo di Milano. Duomo ini sudah menjadi icon bagi kota Milan, dan merupakan salah satu Chatedral terbesar di dunia. Memiliki gaya arsitektur ghotic dan unik. Chatedral ini sanggup menampung 40 ribu orang. Ingin rasanya masuk ke Chatedral-nya yang dari luar saja sudah tampak megah, penasaran dengan interior di dalamnya. Sayangnya, melihat antrian yang mengular tak ada habisnya, dan penuh banget, dan melunturkan semangat sehingga kami pun tidak masuk. Dari pada waktu terbuang hanya untuk menunggu giliran masuk tiba berjam-jam, maka kami hanya menikmati keindahan arsitektur chatedral tersebut dari luar saja. Akhirnya, saya bisa menatap langsung chatedral tersebut, setelah selama ini hanya sering melihat lewat akun instagram para traveler. Selain menikmati landmark yang dikunjungi, jangan lupa untuk foto buat kenang-kenangan, dan bisa sharing juga di jejaring social media. Nah enaknya, habis difoto langsung di sharing baik WA grup keluarga, lewat Ig Story, atau posting di akun sosial media yang kita punya. Tak hanya foto, kita juga bisa tetap lancar komunikasi lewat WA, Line, atau balas email, dan lain-lain. Untuk koneksi internet luar negeri, selain paket roaming, sewa travel wifi dari Indonesia merupakan salah satu yang dapat menghemat cost karena bisa patungan atau tethering sampai 5 gadget. JavaMifi bisa jadi alternatif solusi buat sewa wifi di Italia karena selain keuntungan di atas, baterainya juga awet sampai 15 jam. Untuk sewa bisa langsung ke www.javamifi.com. Pokoknya urusan wifi lancar, jalan-jalan pun jadi makin menyenangkan.
Setelah berfoto, melihat sekeliling yang ramai, menyaksikan burung-burung yang menggemaskan, saya hanya bisa menatap bangunan yang ada di hadapan saya. Satu hal yang pasti, selain mengagumi keindahan arsitekturnya, kita harus tetap waspada dengan tas dan barang bawaan, selalu simpan tas di depan, jangan di belakang atau di samping, agar tidak mengundang para pencopet. Seperti biasa, guide kami pun kembali sering mengingatkan untuk hati-hati dengan tas, karena memang banyak copet yang sudah pro. Jangan mau kalau ditawarin orang asing makanan seperti jagung dan roti untuk burung-burung yang banyak beterbangan di pelataran chatedral. Kalau sampai ambil makanan tersebut kemudian kasih ke burung-burung, maka itu artinya sama saja harus bayar. Saat itu pengunjungnya padat sekali, bahkan untuk memasuki chatedral, antriannya sangat panjang. Sebetulnya, kalau saja tidak terlalu padat, memandang arsitektur chatedral di Milano, dan banyaknya burung-burung yang beterbangan serta berseliweran bahkan sibuk memunguti makanan di pelataran yang diberikan orang-orang, bila menikmatinya dalam keadaan santai dan tidak padat, itu akan jauh lebih menyenangkan. Hanya saja, sepuluh menit berdiri di sana sudah cukup, hanya memandang ke berbagai penjuru, berfoto, kemudian kami memilih untuk memasuki gedung sekaligus mencari restoran untuk makan siang. Guide kami mengajak kami memasuki Galleria Vittorio Emmanuelle II, yang terletak di Piazza Del Duomo, dan buka 24 jam.
Baca juga: Lake Lugano di perbatasan Swiss dan Italy
Biffi Restaurant

Kami makan siang di Biffi Restaurant yang beralamat di Ugo Foscolo 3 Milano dan telah dibuka sejak tahun 1867. Karena ingin mencoba makan spaghetti di Italia, tentu kami memesan spaghetti voncole, tagliatelle bolognese, risotto funghi porcini, ossobuco, filetto al pope verde. Kalau dilihat dari nama-namanya, terdapat menu khas yang berasal dari negara Italia, tak hanya Pizza, Italia dikenal dengan makanan-makanan khas lainnya seperti risotto yang merupakan hidangan nasi campur khas Italia Utara, yaitu beras yang dimasak dengan kaldu sehingga lengket menyerupai krim, risotto adalah cara paling lazim memasak nasi di Italia. Di Italia, risotto biasanya disajikan sebagai primo (hidangan pembuka), disajikan sebelum hidangan utama. Kemudian spaghetti ini juga merupakan makanan yang berasal dari Italia. Spaghetti merupakan salah satu jenis pasta yang berbentuk panjang, tipis, silindris, dan padat, jika diperhatikan menyerupai mie pada umumnya. Nah, mumpung lagi di Italia, jadi sekalian saja coba spaghetti di negara asalnya.
Setelah makanannya dihidangankan, benar-benar bikin ngiler, dan rasanya lezat-lezat. Saya tidak memesan sendiri takut nggak habis karena posrsinya banyak. Kami jadinya sharing menu saja, jadi coba-coba menu biar habis dan tahu macam-macam, sebab kalau pesan satu porsi sendirian kan cuma tahu satu rasa, hehe. Suasana di dalam restorannya menyenangkan, pelayanannya ramah, tapi kalau urusan harga, karena ini di pusat kota, pasti mahal. Mau gimana lagi, toh saya makannya dibayarin sama Om, jadi tidak terlalu memusingkan harga, yang penting makan secukupnya saja. Jadi kalau pas lagi jalan-jalan di Milan, muterin Chatedral Duomo, terus pengen spaghetti, mampir ke sini saja, makananya enak-enak, dan pastikan agar yakin, tanyakan saja apakah ini mengandung babi atau tidak.
Sudah kenyang, maka siang itu perjalanan kami lanjutkan, mengitari pusat perbelanjaan di Galleri Vittorio.
Galleria Vittorio Emmanuelle II
Galleria ini menurut info dari guide kami merupakan asal muasal mall dibangun di seluruh pelosok dunia. Galleria Vittorio Emmanuelle II di Milano merupakan salah satu pusat belanja bertua di dunia. Namun sebetulnya, pusat perbelanjaan terbesar dan tertua di dunia masih dipegang oleh Grand Bazar di Istanbul.
Buat para pecinta wisata belanja, tak lengkap rasanya ke Milan kalau tidak ke tempat ini, menginjakkan kaki di pusat perbelanjaan ikonik ini. Landmark kota Milan ini memiliki ratusan butik fashion mulai high end brands sampai street fashion dari merek Italia dan dunia. Dilihat dari arsitekturnya klasik, megah dan indah bangunannya. Benar-benar surga buat penggemar wisata belanja.

Sayangnya pas saya ke sana lagi rame sekali. Apa mungkin memang setiap hari tempat tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan dari penjuru dunia? Kelihatannya sih begitu. Lagi-lagi kami harus selalu berjaga dan hati-hati dengan barang bawaan, karena copet mengintai dimana-mana, dan mereka biasanya tidak sendirian dan penuh trik serta berdandan necis. Guide kami, terus menerus mengingatkan.
Kami menyusuri setiap sudut pusat belanja tersebut, tadinya memasuki Mall namun penuh sesak, dan susah gerak. Setelah barang yang dicari tidak ada, maka kami memutuskan untuk berjalan-jalan ke tempat lain. Sambil fokus lihat jalan, sering sekali tanpa diminta di depan mata melihat para pasangan yang ah sudahlah. Saya hanya bisa buang muka kalau lihat adegan yang tidak di sensor ini, saking seringnya, pusing pala berbie lihatnya. Kalau di tv atau di bioskop mendingan masih bisa tutup muka, kalau depan mata? Duh! lelah, hahaha. Ngemall dan window shopping kali ini memang tidak santai, kawan!
Untuk sejenak, guide kami membawa kami keluar sebentar dari kerumunan orang, saat keluar saya melihat ada semacam patung parfum channel No.5, tak jauh dari situ berdiri dengan gagah Patung Leonardo Da Vinci di Monument to Leonardo da Vinci. Sang seniman kelahiran Firenze Italia ini sangat terkenal, kemudian pindah dari kotanya dan tinggal di Milan. Untuk mengenang sang legenda, dibangun sebuah monumen di pusat kota Milan, letaknya dekat dengan pusat kota. Banyak yang berkunjung mengabadikan dan berfoto dengan patung Leonardo da Vinci yang sangat terkenal dengan karyanya, salah satunya lukisan Monalisa disimpan di Louve Paris, kemudian saya malah teringat salah satu novel-nya Dan Brown berjudul Da Vinci Code.
Tak lama berada di situ, kemudian kami menyusuri kembali pusat perbelanjaan. Ada banyak butik bertebaran, seperti Prada, Gucci, Versace, atau brand internasional seperti Luois Voitton, Swarovski, atau juga pilihan butik lain seperti Zara, H & M.
Kami pun masuk ke butik Prada, lebih tepatnya saya mengantar Tante. Berhubung saya tidak tertarik dan bukan saya banget, ya iyalah kan saya memang tidak punya brand milik Prada, jadi cukup masuk butiknya saja terus duduk bareng adik-adik sepupu, diajak lihat-lihat, saya tak paham,mendingan duduk saja sambil nunggu tante. Lagian masuk butiknya saja sudah seneng, bukan pengguna saja saya sudah pernah masuk, keren gak? Haha. Masuk ke store resminya Ferrari, kali ini giliran Om, lagi-lagi saya memilih duduk manis saja bersama adik-adik sepupu. Keluar dari sana, hari sudah mulai gelap.
Cioccolati Italiani
Selain butik, Galleria juga memiliki berderet restoran dan cafe karena di sini merupakan tempat meeting point favorit warga Milan. Restoran fast food seperti McDonald’s juga ada di sini. Saat melanjutkan jalan-jalan, kami lihat ada cafe yang jual gelato, terus jajan gelato di negara asalnya. Tempatnya rame banget, antriannya panjang, alhasil tidak kebagian tempat duduk, dan saya menunggu di luar saja bersama adik-adik sepupu, sementara tante yang membelikan. Saat ditawari saya langsung jawab “mau” kalau urusan pilihan rasa saya serahkan ke tante, karena tante paling jago. Akhirnya setelah menunggu lama, kedinginan pula maklum masih dalam musim dingin yang menggigil. Tibalah gelato di tangan saya, itu merupakan gelato pertama yang saya coba beli di Cioccolati Italiani, rasanya benar-benar enaaak banget. Gelato merupakan makanan berupa es krim pada umumnya. Teksturnya lebih padat dan diolah dengan proses khusus sehingga perkara rasa tak perlu diragukan lagi. Gelato biasanya disajikan dengan bahan campuran seperti biskuit, buah-buahan dan berbagai jenis kacang. Nama gelato berasal dari bahasa Italia yang artinya “beku”, merupakan es krim khas negara Italia. Jadi, kalau ke Italia, jangan lupa makan makanan khasnya, salah satunya gelato.

Pokoknya kalau kamu lagi jalan-jalan di Milan, silahkan mampir ke sana dan cobain gelato seperti yang saya foto ini. Harus saya akui itu merupakan gelato terenak yang pernah saya coba! Malam itu, di tengah suhu dingin, hidung sudah meler, saya menghabiskan gelato sendirian satu porsi, badan menggigil pun, ku tak peduli. Kapan lagi bisa makan gelato selezat itu! Hari yang indah jalan-jalan wisata bola dan wisata belanja hari itu ditutup dengan makan gelato. “Makan gelato di Italiano, mamma mia lezato!”

Hari itu temanya adalah full day city tour di Milan, puas menemani yang belanja sambil jalan-jalan dan menambah referensi juga pengetahuan dunia wisata belanja. Meskipun saya bukan pecinta wisata belanja (ini berkaitan dengan ku tak sanggup bayar, jadi saya lebih senang wisata alam saja yang banyak gratisnya, kalau wisata belanja ya mana ada gratisnya, kecuali kalau tidak beli seperti saya, cukup cuci mata saja dan upgrade ilmu pengetahuan tentang dunia belanja). Saya senang, kalau diajak jalan-jalan sama Om dan Tante, saya jadi banyak pengetahuan tentang dunia belanja. Meskipun saya bukan anak gaul, tapi paling tidak saya malah justru pernah datang ke tempat-tempat gaul, alhamdulillah. Setelah puas kami memilih kembali ke hotel, dan adik sepupu yang bungsu sudah lelah, sampai ke hotel sekitar pukul 20.00
Tiba di hotel, badan saya tambah kedinginan. Adik-adik sepupu makan MC D, berhubung saya butuh kehangatan. Maka saya memutuskan untuk menyeduh pop mie rasa kari ayam, setelah lama tak bertemu pop mie, dimakan selagi hangat saat kedinginan, rasanya sungguh sangat nikmat. Penutupnya saya minum tolak angin. Mungkin efek makan gelato pas musim dingin, rasanya dingin, dimakan pas kedinginan pula, makan di luar karena di dalam penuh sesak dengan orang-orang yang antri mau beli. Pokoknya makan gelato di Italiano, mammamia lezato! Pengalaman makan gelato terenak dengan suhu saat itu satu derajat, sungguh bikin saya ketagihan ingin merasakan gelato yang sama, dan di tempat yang sama. Ini versi video-nya:
Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi, siap-siap packing, kemudian sarapan. Sarapan yang sangat menyenangkan. Sejak hari pertama sarapan di restoran, saya sangat senang dengan pelayanan staf hotelnya yang ramah, dan saya mulai familiar mendengar mereka bercakap dalam bahasa Italia, saat kami tiba di restoran akan disambut dengan kata “buongiorno – selamat pagi.” Aksennya enak di dengar. Tak lupa selesai sarapan mereka akan bilang “Grazie – terima kasih.”
Walaupun saya tidak punya barang-barang bermerek Prada, tapi alhamdulillah berkat Tante yang menggunakan brand tersebut, saya jadi mampir ke Prada di Milan. Nah, belum tentu semua yang menggunakan merek tersebut sudah ke sana, sementara saya sebaliknya *kemudian saya diplototin, hahaha.* Enaknya diajak jalan-jalan sama Om dan Tante, salah satunya pengetahuan dan pengalaman saya alhamdulillah bertambah. Karena mereka senang belanja, otomatis saya juga jadi ikut masuk dari satu toko ke toko yang lain, untunglah saya kuat, yang gak kuat itu kalau mereka sampai ngajak saya ke toko buku, pastilah bakalan nyangkut, untungnya toko buku bukan prioritas utama saat mereka traveling, jadi saya bisa save my money *gaya, haha*
Jumat, 28 Desember 2018 : MILAN
Sekitar pukul 10.30, kami check out dari hotel dan melanjutkan perjalanan menuju Menara Pisa, kemudian akan bermalam di Kota Roma.
Tips: Kalau kamu suka wisata belanja, Milan ini rekomen untuk dikunjungi, tapi ingatlah untuk terus wapada dan hati-hati, agar perjalananmu tetap aman, nyaman dan tidak kehilangan apa pun. Tetap berdoa dimana pun kamu berada.
Baca juga: persiapan traveling di musim dingin
Berikut beberapa artikel tentang perjalanan saya ke beberapa negara di bawah ini:
- traveling ke Australia
- travelling ke New Zealand
- traveling ke Jepang pertama,kedua
- traveling ke Inggris
- traveling ke Prancis
- traveling ke Spanyol
- traveling ke Italia
- traveling ke Vatican
- traveling ke Swiss
- traveling Singapore
- Traveling ke Turki
- Perjalanan umrahku
- traveling ke Dubai
- traveling ke Hongkong dan Shenzhen (China)
- traveling ke Thailand
Happy traveling!
With Love
http://prankprofit.wordpress.com
Sempat liat menara pissa kk?
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah sempat, Kak. Setelah dari Milan baru menuju ke Menara Pisa
LikeLiked by 1 person
Ok. Makasih udah mau balas kk
LikeLiked by 2 people
Sama-sama, Kak.
LikeLiked by 1 person
Komplit nih mbak Ai, jelajah Milan. Kami hanya sejenak di Katedral plus tentunya Galleria Vittorio Immamuella. Bener pesan waspada, scam modus gelang perdamaian marak banget. Salam
LikeLiked by 1 person
Terima kasih, Bu Prih ☺️
Alhamdulillah sempat menjelajah Milan.
Mantap bu, kan yang penting sudah ke Chatedral di Duomo dan Galleria Vittorio Bu, karena belum ke Milan Kalau tidak mengunjungi dua icon kota Milan tersebut 😊
Betul sekali Bu Prih, di sana kita harus selalu waspada.
Salam
LikeLiked by 1 person