
“Remember that happiness is a way of travel-not a destination.”–Roy M. Goodman
Setelah mengunjungi Perfektur Osaka, Perfektur Wakayama, Perfektur Nara, Perfektur Hokkaido, maka kami melanjutkan perjalanan ke Perfektur Aichi kemudian mengunjungi Perfektur Gifu, tepatnya kami bertujuh (saya dan keluarga berenam, beserta satu tour guide) akan menuju Shirakawa-go.
Day 7 in JapanSenin, 13 January 2020 : Hokkaido – Shirakawa go – Matsumoto
Kami check out dari hotel Noboribetsu Manseikaku pukul 07:00 pagi. Perjalanan dari hotel menuju bandara New Chitose Airport ditempuh selama satu jam. Ada rasa rindu yang tiba-tiba muncul ketika akan meninggalkan kota di perfektur Hokkaido ini. Rasanya masih pengen di Hokkaido, sementara jadwal perjalanan sudah menanti untuk dituntaskan. Sepanjang perjalanan menuju bandara, sisi kiri dan kanan jalan masih bertumpukkan salju. Sentimentil sekali rasanya, ketika saya akan meninggalkan Hokkaido. Sebagai pelipur rindu, saya menghibur diri. Tenang saja Ai, nanti di Shirakawa-go ketemu salju dan main salju lagi, pikir saya dengan pedenya >.< (karena saya kira di Shirakawa-go sudah turun salju, kirain tuh salju merata di bagian tengah negara Jepang ini). Pagi itu, saya khilaf ngecek aplikasi Weather tentang cuaca di tempat tujuan wisata berikutnya, Shirakawa-go.
Tak berasa, kita sudah sampai di bandara, dan pamitan sama driver selama di Hokkaido. Sesampainya di bandara New Chitose Airport kami langsung check in. Kemudian terbang dengan pesawat Japan Airlines menuju Nagoya Airport yang berada di Perfektur Aichi. Kami tiba pukul 10:55. Setelah selesai mengambil koper, kami terus mencari tempat makan. Sebelum memulai perjalanan, kami memutuskan untuk makan siang lebih awal. Kami makan di Subway yang masih ada di kawasan airport. Selesai makan siang, pukul 12:14 kami jalan dari bandara menuju Shirakawa-go dengan kendaraan roda empat yang dibawa oleh Bapak driver yang baru kami kenal di bandara saat menjemput kami. Bapak driver-nya berbicara bahasa Jepang yang tektokan langsung dengan guide kami. Beliau merupakan driver ketiga selama road trip kami di Jepang. Bapak ini sudah memasuki usia senja, wajahnya sangat khas Jepang sekali, aslinya dari Nagoya, namun beliau gesit dalam berkendaraan. Di Jepang, bila kita road trip dan menyewa kendaraan, biasanya setiap dua jam sekali, driver akan istirahat (ini merupakan salah satu peraturan yang sudah ditetapkan). Meski saya tak paham bahasanya, dari gesture-nya Bapak driver sangat ramah dan baik sekali.
Perjalanan dari Nagoya Airport dengan rute tercepat melewati tol, jaraknya 155 km ditempuh sekitar 2 jam 10 menit. Meskipun perjalanan darat ini ditempuh cukup lama, namun tak sedikit pun rasa kantuk menghampiri saya. Untuk sesaat, saya menyaksikan kota Nagoya, jadi di perfektur Aichi ini saya hanya numpang lewat, padahal pengen banget sebenarnya eksplor perfektur ini 😥 *semoga kapan-kapan bisa ke sini lagi, ya, aamiin). Selebihnya, kami melewati mulusnya jalan tol dan saya sangat menikmati pemandangan yang tersaji. Baru kali ini lewat perjalanan darat saya melewati banyak terowongan bawah tanah. Kontur jalanan yang melewati banyak perbukitan dan juga pegunungan membuat kami banyak menyusuri jalanan yang menembus baik pegunungan maupun perbukitan, eksotis sekali. Awalnya saya masih semangat menghitung hingga belasan terowongan sudah dilewati (rata-rata terowongan kecil, namun ada juga beberapa terowongan yang panjang). Namun saking banyaknya, saya lupa ada berapa total terowongan yang dilewati 😀
Kami sempat berhenti untuk istirahat di Hirugana Kogen rest area (outbond), sebuah perhentian di jalan tol, tempat ini buka 24 jam, beralamat di 3694-340 Takasucho Washimi, Gujo, Gifu 501-5302 Japan. Kami juga sempat jajan, saya memilih untuk beli dorayaki sama mineral water. Kami juga jajan mochi rasa green tea. Kurang lebih kami istirahat 30 menit di sini. Kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba pukul 14:44.
“Shirakawa-go merupakan perkampungan yang adat istiadatnya masih dijaga dengan baik, terutama dalam hal gotong royong,” ujar guide kami menjelaskan. Beberapa puluh tahun sekali, sekitar 30 tahun sekali ketika rumah diperbaiki, maka penduduk di sekitarnya akan membantu dan bergotong royong untuk membuat rumah. Rumah yang masih dipertahankan ciri khasnya dari dulu hingga sekarang.
Shirakawa-go merupakan sebuah desa tradisional bersejarah yang terletak di Perfektur Gifu. Sudah cukup lama saya bercita-cita ingin mengunjungi desa ini. Tak disangka, saat liburan ke Jepang kali ini, Om memasukan tempat ini di itinerary. Rencana awalnya tidak ke sini, namun beberapa minggu menjelang keberangkatan, akhirnya memutuskan untuk mengunjungi tempat ini, alhamdulillah 🙂
Menikmati musim dingin dan rod trip ke Hokkaido, Jepang
Tidak hanya menyajikan pemandangan alam yang indah, di desa ini juga terkenal dengan rumah pertanian tradisional yang dikenal dengan Gasshō-zukuri. Beberapa bangunan Gasshō-zukuri di Shirakawa-go ada yang berusia lebih dari 250 tahun. Bangunannya pun masih berdiri tegak hingga sekarang. Menurut wikipedia, model rumah Gasshō-zukuri, atau “konstruksi tangan berdoa” dicirikan dengan bentuk atap rumah yang miring dan melambangkan tangan orang yang sedang berdoa. Desain rumah ini sangat kuat dan memiliki bahan atap yang unik yang menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini akan diliputi salju yang sangat tebal pada musim dingin. Rumah desa Shirakawa-go sangat besar dengan 3 sampai 4 tingkat di bawah atap yang sangat rendah, sehingga menjadi tempat yang cukup untuk satu keluarga.
Desa bersejarah Shirakawa-gō dan Gokayama adalah salah satu situs warisan dunia yang berada di Jepang. Situs ini berada di lembah sungai Shokawa (Desa Shirakawa) terletak di perbatasan perfektur Gifu dan perfektur Toyama di wilayah Tokai-Hokuriku, Honshu. Shirakawa-gō, “Distrik Sungai Putih,” berlokasi di desa Shirakawa, di perfektur Gifu. Gokayama, “Lima Gunung” terletak di wilayah yang terbagi antara desa Kamitaira dan desa Taira di luar wilayah kota Nanto di perfektur Toyama.
Senang sekali akhirnya sampai di lokasi, kemudian pak driver memarkir mobil dan kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyebrangi jembatan. Tempat ini juga terkenal dikalangan wisatawan.




Jungfraujoch top of Europe, di Switzerland
Setelah melewati jembatan ini, maka selamat datang dan selamat menikmati wisata sejarah, yang sudah terdaftar dalam situs warisan dunia UNESCO, sejak 9 Desember 1995. Shirakawa go tidak hanya menyajikan wisata sejarah, namun dengan pesonanya, desa ini juga menyajikan wisata alam berupa pemandangan yang sangat eksotis sekali. Sungai besar, sungai-sungai kecil yang menyerupai parit di dekat bangunan-bangunan, pepohonan rindangan dibalut pegunungan yang pesonanya terlihat magis. Desa Shirakawa terletak di lembah di mana mengalir sungai Shōkawa.


Meskipun kami datang saat musim dingin, rupanya salju belum tiba di sini pada saat pertengahan Januari. Antara senang dan bersyukur karena bisa ke sini ditambah kenyataan yang tak seindah harapan, di mana yang saya saksikan langsung asli tanpa berselimutkan salju. Ya sudahlah, terkadang dalam beberapa hal, kenyataan bisa saja tak sesuai dengan ekspektasi. Harapan ingin main salju di sini, sirna sudah. Yang tersisa hanyalah, ya sudah, nikmati sajalah 😀
Katakanlah saya kali itu belum beruntung, tapi dasar emang seneng jalan-jalan, mau gimana lagi, masa saya harus bete *duh buang-buang energi* 😀 Maka, saya pun tetap menikmati keindahan Shirakawa-go. Hikmah yang saya dapatkan, berada di tempat ini, saya langsung teringat (alm.) Kakek, Nenek dan juga Bapak saya. Merekalah yang mengenalkan saya dalam dunia pertanian, karena mereka petani hebat di mata saya dan keluarga, tanpa perjuangan mereka, kami tak kan menikmati hasil panen di sawah. Meskipun belasan tahun saya merantau ke kota, cinta pertama saya tetap masih suka main di sawah hingga sekarang. Melihat Shirakawa-go tanpa salju, saya tetap suka cita menikmati setiap detik selama berada di sana.
Mengunjungi The Wizarding of Harry Potter di USJ, Osaka
Apa yang membuat Shirakawa-go spesial di mata saya? Sebelumnya, saya punya cita-cita memang ingin melihat Shirakawa-go saat sedang bersalju. Kalau saja saya melihat dalam balutan salju, saya tidak akan melihat keeksotisan aslinya. Setelah dipikir-pikir, yang membuat tempat ini spesial adalah masyarakatnya yang masih tinggal menetap di sana, bangunan yang tersaji masih terlihat dan sangat tradisional dan mempertahankan kesederhanaannya, meskipun saya mengenal Jepang sejak SD sebagai negara yang sangat maju. Dari sini saya belajar, bahwa menjadi negara maju tak berarti meninggalkan akar budaya. Saya bersyukur, perjalanan kali ini membawa saya ke Shirakawa-go, di mana saya menemukan arti menjadi sederhana, meskipun negara ini sangat maju, dengan sarana dan prasarana yang merata, di mana sepanjang road trip mengunjungi banyak kota, jalannya mulus di semua yang saya lewati. Dan yang paling spesial di Shirakawa-go ini masyarakatnya masih mempertahankan budaya gotong royong. Sesuatu yang sudah sangat langka, bukan? Tapi mereka justru masih menjaga dan melestarikannya, saya sangat salut. 👍👍🤩🤩🤩
Walaupun awalnya saya kira bisa berburu salju sampai Shirakawa-go, yang ada saat kami datang ke sana, ternyata salju belum turun. Jadilah harapan main salju menguap begitu saja, ketika yang saya lihat dan saksikan saat itu tak seindah bayangan. Waktu terbaik ke Shirakawa-go untuk yang suka salju, pada saat musim dingin , itu pun bisa jadi saljunya baru datang sekitar bulan Februari. Saat saya datang di pertengahan bulan Januari, salju belum turun. Meskipun sedikit sedih, tapi yang namanya perjalanan, kadang kita tak bisa memprediksi, jadi ya dinikmati saja 🙂 Meskipun tidak bisa menyaksikan magical-nya salju di Shirakawa-go, tapi saya tetap senang menyaksikan Shirakawa-go di musim dingin mesti tanpa berbalut putihnya salju. 😊😊
Perjalanan ke Shirakawa-go ini, seperti reminder buat saya pribadi, bahwa kesederhanaan selalu tanpak indah jika kita memandang dengan hati lapang dan terbuka. Ini dia foto-foto keindahan alami yang saya nikmati dan saksikan selama di Shirakawa-go.












NOTE: sebagian besar foto-foto kece di Shirakawa-go ini dari Om saya dan diambil pakai Iphone 11 Pro Max, yang entah kapan saya bisa upgrade Iphone saya ke tipe ini >.< *ngimpi aja sih, Ai*–asli kameranya bikin ngiler 😀


Jajan es krim sebelum pulang (toko yang menjual es krim ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari jembatan).

Kalau mau melihat desa Shirakawa-go secara keseluruhan, maka jangan lupa mengunjungi spot Omigichi Castle Observation Deck. Sayangnya kami tak sempat ke sana, karena sudah turun hujan, jadi kami mempercepat kunjungannya. Semoga lain waktu bisa mengeksplor tempat ini lagi. Jika ingin menikmati salju, datang ke tempat ini saat musim dingin sekitar Februari atau pertengahan, mendekati akhir musim dingin, agar bisa melihat tumpukan salju yang menyelimuti bangunan ini. snow ❄️ ⛄️
Pukul 16:45 kami meninggalkan Shirakawa-go dan melanjutkan perjalanan menuju hotel di kota Matsumoto yang ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Sebelum sampai hotel, kami mampir restoran dulu untuk makan malam.
Restoran Royal Host di Matsumoto
Sepanjang perjalanan yang cukup sepi malam itu, kami sudah lapar. Meski sudah malam, lagi-lagi saya tak bisa memejamkan mata. Meski gelap, dari balik kaca, entah berada di wilayah apa namanya, di sisi kiri kanan jalan, saya lihat eh malah sudah ada tumpukan salju, tiba-tiba ingat Shirakawa-go yang belum ada saljunya. Haha rupanya belum bisa move on dari harapan lihat salju di Shirakawa-go 😀 😆
Tiba di restoran, kami senang sekali, tempatnya nyaman dan alhamdulillah bisa makan enak, setelah menempuh perjalanan udara juga perjalanan darat ratusan kilometer 😀 Saya suka tempatnya, makanannya, juga stafnya yang ramah 🙂

Selesai makan, kami lanjut ke hotel yang jaraknya sudah dekat dari tempat tersebut. What a great day! 🙂
Happy traveling! 🙂
Apakah kamu suka traveling saat winter?
Baca juga:
- traveling ke Australia
- travelling ke New Zealand
- traveling ke Jepang pertama,kedua
- traveling ke Inggris
- traveling ke Prancis
- traveling ke Spanyol
- traveling ke Italia
- traveling ke Vatican
- traveling ke Swiss
- traveling Singapore
- Traveling ke Turki
- Perjalanan umrahku
- traveling ke Dubai
- traveling ke Hongkong dan Shenzhen (China)
- traveling ke Thailand
With Love,
Wow wow wow🍦
LikeLiked by 1 person
Terima kasih
LikeLiked by 1 person
Saya doakan Semoga mbak bisa balik lagi kesana buat main salju .😉
LikeLiked by 1 person
Aamiin Aamiin Aamiin YRA.
Terima kasih untuk doanya, Mbak Adhya ☺️🥰
LikeLike