[Review Buku] : Berhenti Di Kamu Karya dr. Gia Pratama, Kisah Inspiratif Perjalanan Mendapatkan Jodoh

Judul Buku          : #BERHENTIDIKAMU
Penulis                : dr. Gia Pratama
Penerbit              : Mizania
Tahun Terbit        : Desember 2018
Jumlah Halaman : 284 halaman

“Apapun kondisi kita, di langit ketujuh atau di palung terdalam, kita semua berhak dicintai, oleh pasangan yang tepat.”

Sinopsis:

“Tuhan, semoga Engkau setuju bahwa saya sudah cukup usia untuk mengemban tanggung jawab lebih.Bukan hanya tanggung jawab kepada diri saya saja, tapi juga kepada seseorang yang Engkau percayai kepada saya hatinya … entah siapa dia.

Berikan petunjuk kepada siapa hati ini harus menjaga …. Saya siap menjaganya … dia yang entah ada di mana saat ini, yang akan kau titipkan untuk menjadi istri saya ….” Aku sempat menjadi manusia yang kecewa dengan takdir.Tentang sesuatu yang kuinginkan, tentang dia yang selama ini memenuhi relung hati.Kepergiannya menghancurkan semua harapan.

Tapi, dunia berputar dengan cepat saat aku sadar, jika menerima takdir ini adalah hal yang paling benar.Dan saat itu pula aku menemukan ketenangan jiwa, poros yang sebenarnya Tuhan telah gariskan untukku.Rasa sakit yang harus kudapatkan, menempa hati menjadi pemilik hak cintanya.  Dan saat itu juga aku dipertemukan dengan belahan jiwa yang sesungguhnya.

Di akhir tahun 2018, ada satu lagi buku romance inspiratif  karya dokter Gia, siap-siap bikin pembacanya, seperti saya, jadi baper! 😁 Buku yang akan beredar di toko buku seluruh Indonesia mulai 8 Desember 2018 ini, jadi salah satu buku rekomendasi saya, yang must read!  Saya ikutan PreOrder (edisi ttd dan original soundtrack), alhamdulillah bisa membaca buku ini sebelum hadir di tobuk. Buat kamu penggemar genre romance, bersiaplah, buku ini akan memberi kejutan yang berbeda dari kebanyakan genre yang sama yang sudah beredar. Buku ini ada soundtrack-nya, dan  liriknya itu indah sekali ❤️ silahkan cek di YouTube : Gia Story.  Enjoy! 😉
Baca review buku PERIKARDIA Karya dr. Gia Pratama 

Buku autobiografi yang ditulis oleh dokter Gia ini, menurut saya termasuk buku fenomenal karena dalam waktu 9 hari masa Pre Order, sudah dipesan oleh ribuan orang.  Kamu yakin,

gak baca buku ini? 😜 

Berawal dari perjalanan dokter Gia berumrah bersama keluarganya.  Kemudian bertemu wanita cantik bernama Elsa, saat umrah, mereka  satu travel.  Hubungan mereka berlanjut setelah umrah.  Mereka punya kesamaan: sama-sama suka baca buku dan sepak bola.  Kemudian mereka bersama keluarga masing-masing, pergi berlibur kelima negara di benua Eropa, yaitu : Inggris, Perancis, Swiss, Austria, dan German hingga Amsterdam.  Harusnya saat liburan ini, mereka lebih dekat.  Sayangnya hubungan kandas, saat Elsa memutuskan sang dokter tepat di Mount Titlis.  Bagian ini, rasanya saya ikutan sakit sekali Ya Allah 😂  Rupanya, hikmah dibalik itu, sang dokter justru dipertemukan dengan jodoh yang sesungguhnya, jodoh yang tepat, jodoh dunia akhirat, yang kini menjadi istri dan pacarnya, selamanya.  Wanita cantik, sederhana, kalem, dan lembut itu bernama Fira. 

Penasaran gimana cara mereka bertemu? Bagaimana dokter Gia kembali mengulang perjalanan ke Eropa bersama istri dan keluarganya, bahkan mengunjungi tempat yang dulu sempat membuat beku hati sang dokter, dan mengunjungi kembali bersama istrinya? Temukan kelanjutan kisahnya dalam buku Berhenti Di Kamu.  Grab it fast at the bookstore 📚👍

Silahkan, baca juga review buku SDK Karya Adham T. Fusama 

Menurut saya, selain ceritanya menarik, cover-nya juga keren.  Awalnya sempat berpikir, judulnya saja sudah bikin baper, kok gak ada sosok “kamu”nya?  Kenapa covernya pria yang menatap gunung bersalju?  Kok gak ada perempuan?  Well, ini cover pastinya relate dengan ceritanya.  Nah, saya baru paham, setelah baca bukunya.   Jadi kamu, silahkan baca bukunya 😊

Selain cerita tentang perjalanan menemukan jodoh, penulis yang juga hobi traveling akan mengajak kita lewat ceritanya ke benua Eropa dan perjalanan umrahnya.  Ada banyak info yang bisa saya dapatkan dari buku ini, seperti tempat-tempat wisata, salah salah satunya ada library keren di Austria (jadi mupeng pengen ke sana hahaha).  Saya pribadi, lewat buku ini, jadi kangen dengan perjalanan umrah saya, kangen Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Quba, London, juga Paris.  Kemudian, juga ada cerita tentang pengalaman dokter Gia dalam menangani pasien-pasiennya.  Bagian ini, ada yang lucu, sedih, dan miris, jadi tahu beberapa istilah kedokteran dan bagaimana dokter menangani pasien.  Terus ada ilustrasi berupa gambar-gambar, pokoknya mantap betul! Buku yang bagus, dan kalau suka genre romance, buku ini jangan sampai terlewatkan untuk dibaca.
Baca juga: Resensi buku Komet Minor, Komet, serta Ceros dan Batozar karya Tere Liye

Moral of the story yang bisa saya dapatkan dari buku ini, yang namanya jodoh itu kita tidak tahu dengan siapa.  Misteri.  Hanya Allah  yang tahu.  Jodoh juga tidak ditentukan oleh lamanya menjalin hubungan. Bahkan saat kita merasa bahwa seseorang itu, katakanlah pacar yang sudah dekat sekali pun, belum tentu jodoh kita.  Perjalanan panjang mencari dan mendapatkan jodoh, mungkin kita akan menemukan berbagai macam pengalaman, salah satunya rasa sakit akibat diputuskan.  Sekali pun sudah berbuat dan melakukan yang terbaik dalam memperjuangkan hubungan, bila salah satu pihak memutuskan, kita tidak bisa memaksakan.  Rasa sakit, perih, pedih, terluka, hampa, jika bisa dilalui dengan keikhlasan untuk menerima kenyataan, jutru titik baliknya, akan dipertemukan dengan seseorang yang tepat, dan diridhoi-Nya. Bukankah Allah selalu menyayangi orang-orang sabar? Yang terpenting, jangan berhenti berbuat baik, hingga akhirnya hal-hal baik akan datang menghampiri orang baik, tepat pada waktunya, seperti kisah dokter Gia. Walaupun bikin mupeng, tapi saya ikut berbahagia dengan kisah inspiratif dokter Gia dan Fira.  Semoga mereka menjadi pasangan yang bahagia dan menjadi jodoh dunia akhirat.  Aamiin  Jadi, buat para pencari cinta yang sedang memperjuangkan jodoh, buku ini sangat bergizi. Yuk, baca bukunya! 

Horeeee dapat ttd penulisnya! 😊

Silahkan, baca juga review buku Serial Bumi  dan Hal-Hal Menarik Serial Bumi karya Tere Liye

Baca romance : buku klasik Pride and Prejudice karya Jane Austine

Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya, dari buku Berhenti Di Kamu: 

  1. Menjadi pilot seperti Papa sendiri sudah sangat luar biasa, bisa keliling dunia, bisa membawa sekian ratus penumpang terbang ribuan kilometer dengan selamat, lalu turun dari kokpit dengan baju seragam yang gagah.  Kami pun sekeluarga selalu bangga pada beliau.  Papa sangat cinta pada profesinya ini.  Saking cintanya, beliau bahkan memberi saya nama Gia, singkatan dari Garuda Indonesia Airways, maskapai terbesar di Indonesia tempat beliau mengabdi sampai masa pensiunnya.  (halaman 12-13)
  2. Saya pikir, saatnya memohon petunjuk dari Allah dan meminta diberikan jodoh yang tepat untuk diri saya.  (halaman 15)
  3. Keanggunan Ka’bah mengalahkan semua pemandangan indah di muka bumi yang pernah saya saksikan.  Tidak ada yang sanggup menandinginya.  Bagi saya dan umat Islam yang menatapnya secara langsung, berdiri berhadapan seperti itu rasanya begitu dahsyat.  Ditambah pemandangan tujuh menara gagah yang menjulang tinggi di sekeliling kami membuat jantung saya berdegup lebih kencang.  (halaman 20)
  4. Ya Allah, semoga Engkau setuju bahwa saya sudah cukup usia untuk mengenban tanggung jawab lebih.  Bukan hanya bertanggung jawab kepada diri saya, tapi juga kepada seseorang yang Engkau percayai kepada saya hatinya, entah siapa dia.  Berikan petunjuk kepada siapa hati ini harus menjaga…. Saya siap menjaganya, ya Allah.  Dia yang entah ada di mana saat ini, yang akan kau titipkan untuk menjadi istri saya.  (halaman 26)
  5. Ada perasaan yang berbeda saat masuk ke Masjidil Haram dan masuk gerbang pelataran Masjid Nabawi.  Ketika masuk Masjidil Haram, saya diliputi kemegahan dan keagungan yang menakjubkan.  Sementara itu, memasuki Masjid Nabawi memberikan perasaan tenteram, damai, dan keanggunan yang menyejukkan.  (halaman 36)
  6. Akhirnya, saya tiba di dalam Raudhah.  Segera saya shalat dua rakaat dengan khusyuk, kemudian berdoa.  Meminta keselamatan dunia dan akhirat, meminta agar usia saya bermanfaat, dijauhkan dari sifat sombong dan kikir, meminta jodoh.  Saat berdoa jodoh itu, wajah dan sosok Elsa terbayang-bayang di pelupuk mata.  Ingin diri ini menyebut namanya dalam doa, tapi saya tak ingin mendahului ketetapan Allah.  Wanita mana yang dikehendaki-Nya menjadi pendamping saya kelak adalah yang terbaik menurut-Nya.  Apakah Elsa atau bukan?  Masih misteri.  (halalaman 42)
  7. Bagaimana kita tahu bahwa seseorang adalah jodoh kita?  Terus terang …. saya tak tahu jawabannya. (halaman 51)
  8. Maklumlah, saya dibesarkan dalam keluarga yang konservatif.  Kedua orang tua saya selalu mengatakan jika saya menyukai seorang wanita, itu harus ditujukan untuk menikah, bukan pacaran.  Itulah tujuan umrah saya kemarin, meminta Allah mengirimkan calon istri yang siap dipinang.  Karena saya berpikir untuk mencari istri, saya harus memastikan perasaan saya terhadap Elsa.  Sebelum saya bertindak, saya harus berpikir matang-matang.  Sebelum menembak, saya harus yakin kalau she is the one, the chosen one.  Tapi siapa yang berhak memilih?  Pilihan saya atau pilihan-Nya? (halaman 53)
  9. Obrolan itu bertambah asyik ketika kami memasuki topik buku dan sepak bola.  Kalau sudah membicarakan kedua hal tersebut, kami susah dihentikan.  Semakin seru karena kami adalah fans kesebelasan berbeda.  Dia penggemar Liverpool, sedangkan saya Manchester United sejati.  (halaman 65)
  10. Saya dibesarkan keluarga yang konservatif, jarang bergaul, kutu buku, enggak pernah ikut ajang pencarian bakat, dan kalau ada waktu luang, saya lebih senang bikin kegiatan bakti sosial.  (halaman 68)
  11. “Pa, Aa tuh sampai umur segini belum pernah dugem, lho.”  Dunia saya sejak kecil hanyalah rumah dan sekolah.  Setiap hari pukul 21.00 saya sudah mengantuk dan tidur.  Saya tak pernah bermalam mingguan di luar layaknya anak muda lain.  Saya bukan anak gaul seperti Elsa.  Kedua orang tua saya lebih suka teman-teman saya yang main ke rumah.  (halaman 69)
  12. Kami bisa betah berdiam diri seraya membaca buku masing-masing.  Itu kami lalui berjam-jam, kemudian kami lanjutkan dengan mendiskusikan isi buku yang kami baca.  (halaman 79)
  13. Setiap saat saya menanti waktu untuk berjumpa dengan Elsa.  Itu adalah momen yang bisa memancing energi saya.  Ibarat batere HP, saya merasa di-charge full setiap bertemu dia. (halaman 80)
  14. Saya juga paling anti-pamet ketidakpastian di hadapan orang banyak.  Namun dengan Elsa …. entahlah.  Saya begitu riang gembiranya.  Semangat saya selalu menyala-nyala setiap bersamanya, atau setiap ingat sosoknya.  I am totally in love with her.  It’s not lust.  I can guarantee you, Ari.  It is love … pure love.  (halaman 84)
  15. Mengenai perbedaan yang selalu diungkit teman-teman dekat saya, saya yakin bisa mengubahnya menjadi lebih baik.  Saat dia menjadi istri saya kelak, saya akan mendidiknya sebaik mungkin.  Saya akan berusaha menjadi imam yang baik baginya.  Imam yang menuntunnya dalam kehidupan beragama yang lebih baik.  (halaman 85)
  16. Pikiran saya tak bisa berhenti memikirkan liburan bareng ini.  Bayangkan …. bulan depan pada hari kelahiran saya akan dilewati bersama pacar saya, calon istri saya, sepulang liburan itu saya akan melamar Elsa menjadi istri saya.  (halaman 99)
  17. I have to treat her like a queen.  Perjalanan ini untuk kamu, Elsa.  (halaman 110)
  18. Peristiwa itu seperti menampar kami para dokter di rumah sakit.  Kami merasa ditegur dengan keras oleh Allah bahwa “Nyawa itu di tangan Allah.”  (halaman 120)
  19. Saya baca pesan-pesan kami hingga sebulan terakhir.  Nadanya memang biasa saja, tidak mesra dan hangat.  Kalaupun ada kehangatan di sana hanya sejenak.  Selebihnya datar.  (halaman 125)
  20. Konon, belum ke London kalau belum merasakan kehujanan di sana.  Anehnya saya lihat kehujanan di London itu malah bikin kita terlihat elegan, hehe.  (halaman 144)
  21. Tapi, kenapa kamu dingin?  Bahkan ketertarikanmu rasanya tak sampai 10% dari kebahagiaan yang aku rasakan.  (halaman 156)
  22. Alhamdulillah, kami semua tak kecopetan.  Barang-barang kami aman.  Mama juga selalu menginagtkan kami agar tak lepas zikir setiap saat, sehingga kami selalu berada di dalam lindungan Allah.  (halaman 166)
  23. Suasana Arc de Triomphe tak mampu mengembalikan keceriaan kami berdua.  Tepi sungai Seine yang tampak romantis pada malam hari pun tak mampu mencairkan suasana hati saya.  (halaman 167)
  24. Ah, tempat ini cocok juga untuk melamar.  Kalau suasana di Eiffel sangat kelam dan membuat saya lost, saya berharap Swiss akan menawarkan warna baru yang cerah dan ceria.  Hawa sejuk yang terasa, saya hirup sepuasnya.  Tak setiap hari saya ke sini, maka saya ingin merasakan momen itu. (halaman 171)
  25. Dia menatap mata saya dalam-dalam dan berkata, “Kayaknya kita temenan aja, deh…”  Jantung saya berhenti beberapa detik.  Napas saya tercekat.  Rasanya seperti terkena lima buah tombak yang menusuk sekaligus.  (halaman 173)
  26. Astagfirullah, sakit banget, ya Allah.  Maafkkan hamba bila pernah enyakiti hamba-Mu yang lain, mungkin aku memang pantas menerima ini, aku ikhlas.  (halaman 176)
  27. Begitu mudahnya dia melepaskan saya.  Sedangkal itu pula rupanya cintanya kepada saya.  Duka … Nestapa … Pilu … Hancur lebur …. Semua mewarnai sisa perjalanan ini.  Suasananya awkward total! Elsa clearly enjoys the trip without me!  She doesn’t need me anymore by her side.  (halaman 183)
  28. Ketika saya mengeluh itu, Anne cuma menatap mata saya dengan tajam, lalu dia berkata, A …. Aa jangan berubah, ya.  Aa tetap harus maksimal baiknya ke pasangan.  Ini cuma masalahnya pasangannya belum tepat aja, A.”  Saya terkesima dengan ucapannya.  Gianne bahkan tak menghakimi Elsa.  Dia menilai Elsa tak cukup layak untuk saya misalnya, atau mengatakan saya terlalu baik untuk perempuan itu.  Dia hanya mengatakan Elsa belum tepat untuk saya.  (halaman 188)
  29. Wanita yang telah memutuskan kekasihnya pada hari ulang tahunnya, mereka kembali ke Indonesia.  Sementara saya melanjutkan perjalanan ke Amsterdam, Belanda.  Sejak itu kami lost contact.  No WhatsApp, no Line, no SMS, whatsover.  Gone … hilang bak ditelan bumi. (halaman 189)
  30. Putus cinta, merasa disia-siakan, hati yang tercabik-cabik karena merasa tak dihargai perjuangannya, merupakan hal-hal yang takkan terjadi bila kita tidak mencari jodoh.  (halaman 202)
  31. Man, sooner or later you will realize it’s over and it’s better sooner.  Stand up, get back to your feet, and do what you must do to get what your heart desire: a wife.”  (halaman 205)
  32. You must have dignity!  Have a goal, know what you want, and show commitment!  Siapa pun istri kamu nanti, pasti akan setia sama kamu.”  Kalimat itu membangunkan saya, seperti cahaya matahari membelah awan tebal otak saya, pencerahan yang sesungguhnya.  “Thanks, Wayne.  Thank you so much.” (halaman 207)
  33. Amsterdam, kau tak terlupakan.  Kaulah titik balikku.  Tempat aku merintih sepuas hati.  Terima kasih telah menjadi temanku beberapa hari belakangan ini.  Terima kasih telah mendengarkan jeritan hati dan duka laraku.  Sampai jumpa lagi, Amsterdam.  Harapanku, aku bisa kembali ke sini dengan seseorang yang membuat hatiku merekah lagi.  (halaman 209)
  34. Sebelumnya, saya sempat bertanya kepada Papa, “Pa, bagaimana kita bisa yakin bahwa seseorang itu jodoh kita sesungguhnya?”  Papa tersenyum dan menjawab, “You just know! (halaman 219)
  35. Sejak dialog dengan Papa, hati saya terus mencerna.  Dialog batin terus terjadi.  Rasanya inilah pencarian terbesar dan terumit dalam hidup saya, yakni pencarian jodoh, pencarian cinta sejati. (halaman 219)
  36. Jodoh ….  Belahan jiwa yang terus aku cari, dengan harta, waktu, gelar, dan status sosial hanya menghasilkan ruang hampa …. “Gi, if you want to find your soulmate, you must be a soul ….”  Saya lupa bahwa bila kita ingin mencari belahan jiwa, kita harus terlebih dahulu menjadi jiwa, jujur terhadap diri sendiri, kejernihan tujuan, dan berserah kepada Sang Pemilik Jiwa.  Maka, jodoh akan hadir, bukan hanya sesuai keinginan kita, melainkan akan datang sesuai kebutuhan, dan tidak akan pergi karena kekurangan kita (halaman 219)
  37. Ada yang berubah pada diri saya, terutama setelah patah hati yang begitu parah.  Saya menjadi diri saya yang baru.  Saya jadi lebih kalem, tenang, lebih bisa melihat sesuatu dengan lingkup yang lebih besar.  (halaman 230)
  38. Saya datang dari Jakarta sudah siap dengan banyak sekali pertanyaan.  Dalam dua hari seluruh pertanyaan saya targetkan agar terjawab semuanya.  Tentu tidak dalam bentuk interogasi ala polisi, tapi lebih seperti pedekate tingkat tinggi.  (halaman 235)
  39. “Kalau kamu disuruh pilih, kamu pilih yang mana? Kamu dapat 10 juta rupiah setiap hari selama setahun, atau pilih dapa 10 ribu rupih aja tapi dikali 2 setiap harinya selama 30 hari ke depan.  Jdi hari ini dapat 10 ribu, besok 20 ribu lusa jadi 40 ribu, dan seterusnya.”  Fira tersenyum sebentar lalu menjawab, “Aku pilih yang kedua.  Kesabaran adalah kunci.”  Saya terkesima.  (halaman 237)
  40. Ternyata benar, lust dan love rasanya berbeda.  Rasa sayang yang muncul kepada Fira sepertinya berbeda dengan rasa sayang saya dulu kepada Elsa.  Bersama Fira, saya seperti merasakan kenyamanan dan ada perasaan aman.  (halaman 238)
  41. Padahal, jika diibaratkan, saya dan Fira itu layaknya langit dan bumi.  Banyak perbedaan di antara kami.  Saya suka membaca buku, dia tidak.  Saya penggemar sepak bola, dia bukan.  Saya suka jalan-jalan dan traveling, Fira orang rumahan.  (halaman 240)
  42. Itulah hidup.  Latar belakang pendidikan dan garis kehidupan ke depan tidak harus berbanding lurus.  Tapi, yakinlah tidak ada yang sia-sia.  Apa yang telah kita ambil dan raih sebelumnya, menjadi bekal di kehidupan selanjutnya.  Meskipun entah apa kaitannya kimia dengan bank.  Paling tidak, zat kimia Fira berhasil melarutkan hati saya.  Hahaha …. gawat nih, saya mulai gombal. (halaman 240)
  43. Benar kata orang, mungkin jodoh kita sebetulnya dekat.  Bahkan yang merasa baru pertama berjumpa, bisa jadi sebelumnya pernah berpapasan, atau mungkin pernah satu sekolah, tapi tidak saling mengenal.  (halaman 242)
  44. Fira jika tulisan ini mengganggumu, hapuslah …..  Jika puisi ini mengusikmu, sirnakanlah.  Tapi izinkan aku mengungkapkan rasa hati yang muncul dari dasar luka yang tersembuhkan di antara ketakutan dan kecemasan …. Izinkan aku menjadi kekasih halalmu di dunia, lalu bersama, jadilah bidadariku di alam keabadian nanti…. (halaman 247)
  45. “Aku sangat mengerti dengan apa saja yang baru kamu alami.  Aku juga sudah menyerahkan jodohku kepada Allah Ta’ala, dan hari ini aku sangat merasakan keseriusanmu, yang aku artikan sebagai tanda dari Yang Mahakuasa.  Jadi, aku tidak kuasa menolaknya.  Aku mau menjadi kekasih halalmu di dunia dan menjadi bidadari di surga nanti.”  (halaman 248-249)
  46. Ya Allah, Ya Tuhanku, yang Maha Mencintai.  Hari ini telah kutetapkan pilihanku.  Sesuai petunjuk-Mu.  Teguhkanlah hatiku, setiakan jiwaku.  Matikanlah ketertarikanku pada wanita lain, dan izinkan aku membahagiakannya sepanjang hidupku.  Today, i’m officially enganged to Syafira.  (halaman 264)
  47. Kami seperti seiya sekata dan sepakat bahwa yang terpenting adalah kehidupan setelah pernikahan, bukan pesta pernikahannya.  Yang luar biasa, persiapan ini kamu lakukan dalam kondisi LDR.  Saya merasa bahwa jarak menjadi tidak berarti dengan komunikasi yang sehati.  (halaman 265)
  48. “A, Papa restui pernikahan kamu besok bersama seluruh doa Papa untuk kebaikan rumah tangga kalian. Papa pesan untuk kamu, definisi laki-laki itu tanggung jawab.  Kalau tidak bisa bertanggung jawab, enggak usah jadi laki-laki.  Terserah kamu mau jadi apa, yang pasti bukan laki-laki.  Pernikahan itu penuh dengan tanggung jawab, A. Kamu siap jadi laki-laki yang sesungguhnya?”  Saya berkaca-kaca mendengarnya, “Aa, siap, Pa.”  Lalu beliau memeluk saya erat-erat.  (halaman 266)
  49. I have waitid this moment my whole life …. and when it finally comes .. I smile.  (halaman 267)
  50. Sebuah bisul mungki terkesan remeh. Tapi, pelajarannya ialah jangan pernah meremehkan hal kecil sekali pun.  Karena siapa tahu hal remeh-temeh tersebut membawa kehidupanmu menjadi lebih baik.  Saya berutang pada bisul.  (halaman 267)
  51. Tidak ada pernikahan yang sempurna, yang ada hany pernikahan yang sehat, dan seperti tubuh manusia, sehat butuh usaha, tidak terjadi otomatis.  Ketahuilah bahwa cinta itu kata kerja bukan kata benda.  (halaman 272)
  52. Jodoh itu bukanlah datang dengan segala kelebihannya, tapi yang tidak akan pergi dengan segala kekurangan kita.  Suami adalah pakaian istri, dan istri adalah pakaian suami, keduanya ada untuk saling melindungi martabat pasangannya, keduanya ada untuk saling memperindah kehidupannya.  Dicintai sepenuh hati oleh seseorang memberikan kita kekuatan, dan mencintai seseorang sepenuh hati memberikan kita keberanian.  Keduanya diperlukan agar kita menjadi orang yang lebih baik dari segi fisik, mental, skill, maupun finansial.  Sekarang saya paham, mengapa Allah membuat skenario ini.  (halaman 273)
  53. Dan untuk Elsa, terima kasih untuk keputusan baikmu, walaupun saat itu saya tidak mengerti di mana baiknya.  Terima kasih sudah pergi pada waktu yang tepat, walaupun saya merasa saat itu waktu yang tidak pantas.  Terima kasih sudah menunjukkan bahwa sebagai manusia, kita hanya berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan.  Terima kasih atas keputusanmu pada hari ulang tahunku ketika itu.  Kini, saya mengerti peranmu, yaitu mengajarkan aku tentang keikhlasan.  Tuhan pun menunjukkan dia yang selama ini ada di belakangmu, seseorang yang bukan hanya mengajarkan cinta, melainkan juga kecintaan menjalani cinta.  Yang memperlihatkan bahwa cinta adalah penyatuan sekaligus pembebasan.  (halaman 275)
  54. Dan tentang masa lalu, saya tidak bisa menghapusnya.  Saya percaya bahwa kepedia itu memang harus terjadi.  Yang bisa saya lakukan hanya menulis ulang cerita baru di atas cerita kepedihan.  Saya menulis ulang sejarah di Kota London dan Paris, kedua itu kembali indah.  Terakhir, 13 September pada tahun itu menjadi hari yang amat membahagiakan.  Saya kembali ke Gunung Titlis, gunung tempat saya membeku.  Bedanya, sekarang saya bersama wanita yang kehangatan hatinya mampu mencairkan seluruh salju di gunung itu, Syafira.  Seorang istri yang juga merangkap pacar seumur hidup saya.  (halaman 277)

Baca: resensi buku Si Anak Badai

Benar-benar buku yang bikin saya super baper!  Dan tentunya para  book lover, buku ini recommended!   Silahkan simak OST-nya 🙂

Sumber foto: Instagram dan koleksi pribadi.  Sumber Video: Youtube 

Baca juga : jodoh tak ke mana

Happy reading! 📚📖😊

With Love, 💙

20 thoughts on “[Review Buku] : Berhenti Di Kamu Karya dr. Gia Pratama, Kisah Inspiratif Perjalanan Mendapatkan Jodoh

    1. Iya, dr Gia yang fenomenal, itu akhirnya bukunya keluar juga. Bukunya launching tanggal 8 Desember Mbak. Diadakan di Gramedia Matraman jam 16.00 – 18.00 silahkan kalau sempat bisa datang, sekalian beli buku ber ttd penulisnya, siapa tau bisa foto dengan penulisnya 😀

      Like

    1. Wah mantaaap, pada pernah baca kultwitnya. Kalau udah baca kultwitnya, tinggal baca versi bukunya 👍
      Iya, ceritanya kayak di sinetron Mas, tapi itu true story. Mengharukan, tapi alhamdulillah happy ending 😊

      Like

    1. *sodorin tissue*
      Jadi gini, itu baru potongan kalimat-kalimat inspiringnya di buku tsb. Aslinya mesti baca bukunya Kak, biar puas 👍Habis itu kita baper berjamaah 😂
      Point 36, huhuhu *pengen nangis*

      Like

  1. Pingback: Yuk, Blogwalking di WordPress Mall – Once Upon a Time

Leave a comment