“Never go on trips with anyone you do not love.” –Ernest Hemingway
Setelah menempuh perjalanan darat selamat 3,5 jam dari kota Matsumoto, pukul 14.44 kami tiba di Tokyo. Kami turun di Ginza 6, tepat di depan Uniqlo–salah satu brand asal Jepang, yang sudah membuka banyak cabang di Indonesia juga.
Travel brings power and love back into your life__Rumi
Setelah menghabiskan waktu beberapa hari di Osaka, maka kali ini kami akan road trip ke Hokkaido untuk pertama kalinya. Hokkaido merupakan salah satu pulau terbesar di Jepang, terletak di bagian utara Jepang. Saya sangat senang sekali, bisa mengunjungi perferkture Hokkaido. Selama ini, saya mengenal Hokkaido dengan kuenya yang enak-enak. Salah satunya, Hokkaido Cheese Cake, yang biasa sering dibeli tante saya di Pondok Indah Mall. Juga artikel yang pernah saya baca di blog-nya Mbak Novriana.
Road trip ke Hokkaido kali ini ternyata saya banyak jalan kakinya juga banyak jajannya 😀 Selain jajan, alhamdulillah yang lebih senang lagi bisa mengeksplor kota-kota di Hokkaido yang punya pesona alam luar biasa cantiknya dibalut putih salju di musim dingin yang lembut. Sebagai anak tropis, berada di suhu dingin yang super dingin selama di Hokkaido, tak membuat hati saya membeku atau mengkerut kedinginan. Malah pengen jalan-jalan terus main salju. Kebahagiaan yang mengalir selama perjalanan bersama keluarga, rupanya mampu mengubah hawa dingin yang menyelimuti tubuh dan berhadapan dengan suhu minus. Kehangatan dan rasa syukur kami selama di perjalanan bisa menghangatkan dan mengukir kenangan indah selama di Hokkaido.
Traveling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.” –IBNU BATUTAH
Secara personal, Jepang merupakan negara favorit saya, sebab seluruh hiburan semasa kecil berasal dari negara ini. Film-film kartun seperti Sailormoon, Magic Girls, Wedding Peach, Ninja Hattori, Doraemon, Dragon Ball, Captain Tsubasa, hingga karakter superhero lewat robot-robot seperti Sekai Ninja Sen Jiraiya, Satria Baja Hitam, Jiban, Ultraman, Winspector juga Power Ranger sempat menghiasi tontonan masa kecil saya. Bahkan artikel pertama yang saya gunting dari Majalah Bobo pemberian Om saya yang di tempel di buku diary pemberian Mamah saya adalah tentang negara Jepang. Sebuah perjalanan panjang yang manis untuk dikenang, ketika menyadari bahwa ternyata saya sudah lama mengagumi negara ini. Continue reading “Liburan di Jepang (Part 1): Mengunjungi Osaka dan Menikmati The Wizarding World of Harry Potter di Universal Studios Japan”→
Masih ingatkah daftar tujuh keajaiban dunia terbaru? Diantaranya ada Christ The Redeemer di Rio de Janeiro, Brasil. The Great Wall di Cina, Machu Picchu di Peru, Petra di Yordania, Pyramid at Chichen Itza di Meksiko, Roman Collosseum di Italia, serta Taj Mahal di India. Belum satu pun dari ketujuh keajaiban dunia tersebut, saya kunjungi. Hingga akhirnya kesempatan itu datang ketika Euro Trip 2018, saat berkunjung ke Roma, maka jangan sampai melewatkan kunjungan ke salah satu dari tujuh keajaiban dunia terbaru.
Jumat, 28 Desember 2019
Setelah impian untuk melihat Menara Miring Pisa terwujud, dilanjutkan menuju kota Florence dan berhenti di Piazzale Micheleangelo, pukul 18.20 kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kota Roma dan bermalam di sana untuk beberapa malam. Pukul 21.30 kami sampai di Kota Roma, Ibukota Italia, dan menginap di hotel NH Collection****. Saya sekamar dengan adik sepupu yang perempuan. Kamarnya luas jika hanya untuk kami berdua. Karena sudah lelah, malam itu kami tidur nyenyak, jam lima saya sudah bangun kembali.
Jumat, 28 Desember 2018: Piazzale Michelangelo – FLORENCE
Rencana awal, dari Kota Pisa kami akan lanjut ke kota Roma, Namun Om mengusulkan kalau bisa, selagi ke Italia mampir sebentar ke Kota Firenze atau Florence. Beliau sebelumnya sudah pernah ke Florence, dan ingin mengajak kami untuk mampir sebentar sebab kotanya sangat cantik, kapan lagi coba. Mumpung lagi Italia dan sekalian saja mampir, meski sebentar. Setelah berdiskusi dengan Mr Reno, dan disepakatinya usulan Om, akhirnya kami akan mampir ke Kota Florence.
Dengan waktu kunjungan singkat karena perjalanan akan berlanjut ke Kota Roma, maka guide kami menyarankan untuk mengunjungi salah spot terbaiknya, yaitu sebuah bukit tempat berdirinya patung Michelangelo, seorang seniman terkenal dari Florence, yang salah satu karya masterpiece-nya terdapat di Basilica Santro Petrus, Vatican City.
Pukul 18.00, gelap sempurna membungkus kota, kami berhenti di kota Florence atau Firenze, tepatnya di Piazzale Michelangelo. Jika berkunjung ke kota Florence, memang sangat disarankan untuk mengunjungi tempat ini menjelang sunset, agar bisa menikmati cantiknya kota Florence di malam hari. Bagi penduduk setempat, salah satu tempat tertinggi di kota Florence ini memang dikenal memiliki sudut pandang terbaik untuk melihat keseluruhan kota terutama pada saat menjelang malam hari, demi menikmati suasana Continue reading “Jalan-Jalan di Italia (Part 3) : Menikmati Cantiknya Kota Florence di Malam Hari dari Piazzale Michelangelo”→
Saat SD, saya mengenal Menara Pisa dalam sebuah mata pelajaran, sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Maka, entah kenapa sejak kecil saya bermimpi bisa mengunjungi tempat tersebut. Dalam daftar tujuh keajaiban dunia lama, seingat saya diantaranya ada Candi Borobudur di Indonesia, Ka’bah di Mekah, Tembok Raksasa di Cina, Menara Eiffel di Prancis, Colosseum di Italia, Menara Pisa di Italia, Taj Mahal di India. Sebelumnya, alhamdulillah saya sudah pernah ke Candi Borobudur tiga kali, mengunjungi Ka’bah dan melihat Menara Eiffel, dan di tahun 2018 saya berkesempatan menambah dua tempat lagi dalam daftar tersebut. Kalau dipikir-pikir, dulu waktu Sekolah Dasar di kampung, kok bisa-bisanya ya, dengan pedenya punya mimpi seperti itu. Namun, jika diresapi, perjalanan impian tersebut telah tertanam sejak lama, dan saya tidak pernah mempedulikan tentang siapa saya, karena saya yakin Tuhan akan memberi rezeki dari arah yang tak pernah kita duga, seperti keberuntangan saya kali ini diajak liburan oleh Om dan Tante. Seperti kata Andrea Hirata “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.”
Perjalanan ke Italia untuk yang pertama ini, merupakan sebuah kesempatan untuk menggenapkan banyak impian masa kecil yang akhirnya bisa terwujud, salah satunya mengunjungi Menara Pisa.
Pukul 10.30, kami meninggalkan hotel, berangkat dari Kota Milan menuju Pisa, sebuah kota di Toscana, Italia tengah. Pisa merupakan ibu kota Provinsi Pisa. Kota ini paling dikenal sebagai tempat terletaknya Menara Miring Pisa. Perjalanan dari Milan menuju kota Pisa ditempuh dengan jarak 290 kilometer. Waktu tempuh sekitar 4,5 jam, karena road trip kali ini, kami memang tidak diburu-buru waktu. Kami menggunakan private tour, sehingga waktu jadi lebih fleksibel, dan guide yang merangkap bawa mobil, juga sangat menyenangkan, mungkin paham karena kami berenam rombongan keluarga, sehingga lebih mengutamakan kenyamanan bersama. Normalnya waktu tersebut bisa di tempun sekitar 3,5 jam.
Dalam perjalanan tersebut, secara alam memang tidak terlalu spesial, terlihat biasa saja. Tidak banyak membuat saya kagum sampai melongo melototin keindahan alam, landscape alamnya sangat berbeda dengan yang saya temukan saat di Swiss. Seperti biasa, perjalanan jauh pun tak mendatangkan kantuk sama sekali. Sambil ngemil, memandang dari jendela mobil ke luar, dengerin musik yang diputar sama Mr Reno, bercanda dan ngobrol dengan adik-adik sepupu, saya kebagian duduk di belakang, bersama dua adik sepupu. Tidak banyak yang saya videokan, beberapa tempat yang saya anggap menarik baru saya videokan. Kami pun banyak melalui terowongon, sehingga beberapa hari road trip di negara sebelumnya, kami pun bisa melihat terowongan-terowongan di Italia yang kami lewati cukup berbeda dengan terowongan di Swiss yang tampak terawat dengan baik.
Pukul 15.00, akhirnya kami tiba di tujuan, guide kami tidak menemani kami, karena ingin memastikan kendaraan aman, sebab banyak barang di mobil, koper-koper besar dan kawan-kawannya, sedikit riskan, jadi lebih baik menunggu mobil, sementara kami berjalan menuju lokasi wisata. Sebelumnya, kami mampir di Mc Donald’s untuk makan siang. Ada yang menarik, baru kali itu untuk pertama kali saya melihat bagaimana cara memesannya, karena berbeda dengan di Indonesia yang langsung bisa menuju kasir, sementara saat itu kita memilih menu pada sebuah layar, kalau menu sudah ok tinggal bayar dan datang ke kasir, lebih praktis. Mungkin di sana memang sistemnya sudah seperti itu, sementara saya baru tahu. Jangan harap ada menu nasi, karena memang tidak ada. Kami hanya memesan, kentang goreng, nugget, ayam, sandwich, dan mineralwater. Lima belas menit kemudian kami selesai dan langsung keluar restoran menuju tempat yang sangat ingin saya lihat dari dekat dan telah memimpikannya sejak lama.
Menara Miring Pisa (Leaning of Tower Pisa)
Ciao, Field of Miracles! 🙂
Pisa pada abad ke tiga belas hingga abad ke lima belas adalah kota pelabuhan yang disegani di Italia. Kota ini bersaing dengan Genoa dan Venesia dalam perdagangan laut. Kota yang terletak dekat mulut sungai Arno ini menjadi sangat kaya lewat monopoli perdagangannya yang menggunakan kekayaannya untuk membangun bangunan monumenal seperti Duomo, Continue reading “Jalan-Jalan di Italia (Part 2): Mengunjungi Menara Miring Pisa”→
Tahukah kamu, jika kamu perhatikan dengan teliti peta negara Italia, maka dalam peta negara tersebut mirip dengan bentuk sepatu boots (saya tahu hal ini, berkat nonton program anak, berjudul Go Jetters yang tayang di TV Cabel). Negara yang terkenal dengan makanan khasnya yang sudah mendunia seperti Pizza, Pasta dan Gelato. Atau brand-brand-nya yang mendunia, sebut saja Prada, Gucci, Georgio Armani, Dolce and Gabbana, dan lain-lain. Dari semua nama yang saya sebutkan. Lalu, adakah yang saya banget? Tentu saja ada, yaitu Pizza. 😀 Ok, saya suka Pizza, jadi suatu saat saya bermimpi bisa mengunjungi negaranya, dan alhamdulillah kesampaian. Saya bersyukur, meski bukan pengguna barang branded yang fasionable (oh karena memang tak sanggup beli, haha), tapi di negara tersebut saya bisa menikmati gelato terlezat di dunia (boleh kan saya bilang begitu? sebab saat itu saya mencicipinya di negara asal gelato, yang kini lagi-lagi sudah mendunia), bisa datang ke tempat-tempat bersejarah, mengunjungi salah satu kota mode yang menjadi kiblat dunia mode yaitu kota Milan, mengunjungi markas Inter Milan dan AC Milan di San Siro, mengunjungi Menara Pisa, mampir ke Piazzale Michel Angelo di Florence. Hingga mengekspor kota Roma, Ibukota negara Italia.
Perjalanan ke Lake Lugano memang tidak ada dalam itinerary. Bahkan, saya sendiri baru tahu karena dikasih tahu oleh guide kami, bahwa menjelang kota Milan ada sebuah danau indah yaitu Lake Lugano. “Mau mampir atau tidak?” guide kami menawarkan. Tentu saja kami serempak menjawab “Mauuuu.” Kapan lagi coba, belum tentu ke Swiss dan Italy dalam waktu dekat. Jadi sambil menyelam minum air, mumpung sekalian lewat, jadi mendingan mampir saja. Mumpung ditawarin pula sama guide-nya 😀 (rasa-rasanya kok kayak semacam aji mumpung, hahaha). Baiklah, katakanlah saat itu kami beruntung. Apalagi sepanjang perjalanan di musim dingin tersebut, cuaca sangat bersahabat dan cerah, meskipun suhu dingin tak bisa kami abaikan, meski tidak minus, suhu satu hingga dua derajat, tetaplah membuat tubuh ini mesti dibalut berlapis-lapis baju khas musim dingin.
Setelah menikmati eksotisnya negara Switzerland, alamnya, pegunungan, danau, hingga puncak Jungfraujoch. Dengan berat langkah, karena masih betah. Kami melanjutkan road trip kami. Pukul 12.40, di tengah suhu dingin nol derajat, kami berangkat dari kota Lucerne menuju kota Milan. Jarak yang ditempuh 243 kilometer, bisa di tempuh sekitar 3,5 jam.
Mr Reno tetap setia menjadi guide sekaligus yang membawa mobil, mengurus dan menemani perjalanan kami. Kami berenam tentu saja duduk dan menikmati pesona di sepanjang jalan yang dilalui, sambil ngemil, mendengarkan musik. Guide kami ternyata bawa banyak camilan juga dari Amsterdam dan kami disuruh untuk makan, dan kami juga bawa, sehingga kami pun sharing camilan.
Bermimpilah! Karena kita tidak akan pernah tahu jalan indah apa yang diberikan oleh Allah, bisa lewat perantara yang terpilih untuk membuat impian tak lagi serasa mimpi, namun berubah menjadi kenyataan. Terima kasih telah membuat impian berada di Jungfraujoch menjadi nyata. Mimpi ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Seperti layaknya keindahan yang tersaji sepanjang perjalanan menuju Jungfraujoch, yang rasanya seperti berada di antara surga dan bumi. It’s like paradise on earth!
You must be logged in to post a comment.