[Review Buku] Letterbox 110 Karya Lee Do Woo

“Seharusnya kita mewujudkan keinginan kita di kehidupan yang sekarang” (halaman 259)

Judul                    : Letterbox 110
Penulis                 : Lee Do Woo
Penerjemah         : Krisnadiari
Penerbit               : Penerbit Haru
Tahun Terbit       : Cetakan pertama,  Februari 2016
Jumlah halaman  : 492 hlm; 20 cm
ISBN                     : 978-602-7742-72-7

Sinopsis:

Gong Jinsol; seorang gadis yang tidak suka kerumitan dan ingin hidup sederhana.

Lee Geon; seorang program director yang berbakat dengan masa lalu yang rumit.

Gong Jinsol, seorang penulis untuk sebuah acara radio tiba-tiba dipasangkan dengan bos baru bernama Lee Geon. Sialnya, Geon juga seorang penulis. Jinsol tidak terlalu suka bekerja dengan seorang penulis, karena biasanya mereka penuh kritik. Belum lagi, Geon suka seenaknya saja membuka buku agenda Jinsol dan mengajaknya keluar malam-malam dengan alasan agar mereka lebih akrab.

Saat Jinsol mulai betah bekerja dengan bos barunya, muncul sebuah perasaan baru di dalam hatinya. Apakah ini cinta? Namun, mengapa Geon malah terlihat menjauhinya? Apa yang disimpan oleh Geon di dalam hatinya yang paling dalam?

Setelah membaca buku karya Lee Do Woo yang berjudul I’ll Go To You When The Weather is Nice beberapa waktu lalu, saya sempat ragu untuk mencari buku-buku lain karya beliau. Namun, berkat rekomendasi seorang blogger, Kak Na—saya memutuskan untuk membaca buku ini yang sudah memikat saya sejak diberitahu judulnya, asli bikin penasaran.

Tokoh utama dalam buku ini adalah Gong Jinsol, dia seorang scriptwriter untuk radio. Menangani dua naskah, yaitu “Senandung Kereta Bunga” untuk program lagu tradisional dan naskah siaran khusus wanita “Happy Studio.” Dia suka stabilitas, selalu berdiri di sisi aman, dan menghindari  konflik, serta introver. Jinsol saat mengetahui kalau PD yang akan bekerja dengannya dalam program acara “Senandung Kereta Bunga” pintar menulis, dia tidak begitu suka. Menurutnya “Bahkan para PD yang tidak begitu pandai dalam menulis atau tidak tahu bagaimana cara menulis naskah pun tahu cara menilai naskah, dan mereka akan mengomeli para penulis. Jadi, kalau kami harus berhadapan dengan para PD yang bisa menulis dengan baik, kami tidak akan bisa protes sama sekali.” (halaman 20)

Kemudian ada PD (Program Director/Produser) Lee Geon. Penulis buku, penyair berbakat, salah satu PD radio di tempat Jinsol bekerja. Laki-laki ini suka semaunya sendiri, bicara blak-blakan, kadang mengajak Jinsol tengah malam hanya untuk menemaninya makan malam. Dia memiliki kisah cinta yang rumit di masa lalunya. Yang tidak diketahui Jinsol dari Geon, bahwa lelaki ini sudah memperhatikannya lebih dulu sebelum mereka satu tim dalam program acara “Senandung Kereta Bunga.” Dia suka memperhatikan detail, seperti kebiasaan Jinsol yang tanpa make up. Sebenarnya ada hal-hal mengejutkan dari sosok Geon, yang romantis tapi bukan pada kata-kata yang diucapkannya, melainkan tindakan nyata. Meskipun dia mesti bergelut dengan perasaannya yang tidak karuan. Sebenarnya saya penasaran loh, pengen baca  dua buku antologi puisi yang ditulis sama Geon, habisnya baca salah satu kutipan ini saja sudah baper. 😀

Cintaku berjalan perlahan dengan berjinjit

Dia telah masuk ke dalam taman bungaku, bahkan tanpa seizinku.

Masih ada banyak karakter dalam buku ini, yang terbangun dengan apik. Bahkan, Kakeknya Geon yang hanya karakter sampingan, malah membuat saya bersimpati dan suka  sama karakter Kakek Lee Philgwan, bahkan beliau tidak segan menceritakan kisah masa mudanya pada Jinsol saat dia berkunjung ke rumah orangtua Geon. Beliau pun memperlihatkan koleksi topeng yang dibawanya dari Indonesia sekitar tahun 1950-an, yang pada saat itu suku asli Kalimantan membuatkannya untuk beliau.

Kisah cinta Seonu bersama Aeri juga cukup menarik perhatian, meskipun pusat perhatian pembaca tentu lebih dominan pada Jinsol dan Geon. 🙂 🙂

“Cintaku sempurna, karena cintaku pun sempurna.”

Awalnya, saya kira novel ini akan membahas tentang surat menyurat antara tokoh utamanya, tapi ternyata tidak. Saya pikir, kenapa judulnya Letterbox 110, ya? Apakah kamu yang sudah membaca buku ini berpikiran sama dengan saya.

Baiklah, saya berasumsi bahwa surat lamaran yang dikirimkan ke radio oleh Kakeknya Geon dan dialamatkan ke kotak surat nomor 110, dan diterima oleh Jinsol,  merupakan awal bersemi dan berkembangnya hubungan Geon dan Jinsol. Coba kalau malam-malam itu Kakek Lee Philgwan tidak memaksa datang ke stasiun radio, mungkin Jinsol tidak akan tahu bahwa beliau adalah kakeknya Geon. Setelah keributan itu, akhirnya Jinsol mengetahui tempat tinggal keluarganya Geon.  Bahkan Geon mengajak Jinsol untuk menemui kakeknya di suatu akhir pekan, untuk mencari koran referensi yang dimiliki kakeknya Geon. Saya juga senang, Jinsol pernah menghabiskan waktu bersama Kakek, tanpa sepengetahuan Geon karena waktu itu hubungan mereka sedang renggang. Kalau saja Kakek masih hidup, beliau akan bahagia dengan akhir cerita novel ini.

Karakterdalam buku ini: Gong Jinsol, PD Lee Geon, Senior Choi, Ahn Heeyeon, Jang Ilbong, PD Lee Seonyeong, Reporter Han Karam, Go Jongryeol, Hong Heonpyo, Kim Seonu, Aeri, Kakek Lee Philgwan, Tae Jinha (penyanyi), Hwang Haejo, Kim Myeong, PD Jang, PD Kim.

Yang menarik dari buku ini:

  • Judulnya membuat saya penasaran. Walaupun awalnya saya pikir akan ada tentang surat menyurat, ternyata isinya tidak, tapi ceritanya tetap menarik untuk dibaca.
  • Cover-nya minimalis nan cantik. Sederhana, tapi terlihat elegan. Gemas! 🙂
  • Nama-nama program acaranya menarik, seperti Midnight Soundtrack, Happy Studio, World Music, Desa Penyair.
  • Novel ini ditulis dengan detail sekali, meski terkesan alurnya lambat (saking detailnya), justru disinilah letak keistimewaan novel genre romance ini. Pembaca seakan bisa merasakan suasana di stasiun radio tempat Jinsol dan Geon bekerja, saat-saat mereka rapat atau bahkan sekedar memilih lagu untuk siaran berikutnya, dan tentu saja kisah cinta Jinsong dan Geon. Team work antara sesama penulis, PD, reporter, hingga teknisi pun terbangun dengan baik. Jadi kayak lagi nonton drama dalam versi buku -__-
  • Novel ini juga punya magnet yang akan membawa pembacanya seakan ditarik ke dalam lingkungannya (setting tempat-tempat di dalam buku ini asli bikin saya sangat penasaran, serasa dibawa jalan-jalan bareng Jinsol dan Geon,  *mulai halu*) :D. Kemudian pergantian musim yang silih benganti dari musim semi, musim panas, musim gugur hingga musim dingin yang menghangatkan. Selain itu suasana keluarganya juga sangat terasa, apalagi ketika Jinsol mengunjungi keluarganya Geon.
  • Dan yang saya sukai dari novel ini punya kesan yang sangat kental. Joke-nya dapat, persahabatannya juga dapat, suasana dalam pekerjaan juga sangat terasa. Kisah cinta yang akan membuat pembaca memahami kerumitan yang dialami Geon, serta kesederhanaan berpikir Jinsol, dan kisah mereka yang rumit tapi pada akhirnya solutif. Dan tentu saja kisah cinta Jinsol dan Geon, yang tidak terkesan buru-buru, tapi menikmati setiap momen perubahan perasaan yang mereka alami. Mulai dari rasa suka, rasa senang, kerumitan cintanya Geon, saling menyakiti satu sama lain, hingga akhirnya mereka mampu meyakinkan diri tentang perasaan masing-masing. Sebenarnya di ending saya berharap bukan mereka yang datang ke resepsi Hong Heonpyo, melainkan merekalah yang mengadakan resepsi pernikahan, hehe. Pokoknya Jinsol sangat beruntung memenangkan hatinya Geon, sebab dia pria yang sangat baik, tidak memanfaatkan Jinsol hanya untuk rasa suka semata, dia memikirkan dan menyadari banyak hal sebelum melabuhkan hatinya pada Jinsol.
  • Saya senang di buku ini ada footnote untuk menjelaskan arti beberapa kata bahasa Korea, sehingga sedikit-sedikit tahu, seperti panggilan pada kakak laki, panggilan pada kakak perempuan dan sebagainya. Juga nama-nama makanan khas Korea. Terjemahannya juga nyaman dibaca.
  • Buat kamu yang suka buku genre romance, siap-siap baper saja, tapi sekedar menginfokan bahwa buku ini konsumsi bacaan untuk kamu yang sudah dewasa. Satu hal yang kurang nyaman dari buku ini tulisannya kecil-kecil dan kertasnya juga, selebihnya menarik.

Penulis buku ini—Lee Do Woo adalah lulusan program studi creative writing. Beliau pernah bekerja sebagai scripwriter di radio dan copywriter. Novelnya yang berjudul Letterbox 110 terus mempertahankan posisinya sebagai steady seller, dengan nuansa ceritanya yang hangat dan mengharukan.

Beberapa kutipan favorit saya dalam buku Letterbox 110:

  1. Hal yang paling ingin dihindari oleh penulis adalah PD yang pintar menulis. (halaman 10)
  2. “Apa pun yang akan terjadi nanti, mulai sekarang mari kita bekerja dengan baik.” (halaman 19)
  3. “Cinta yang telah lalu itu adalah perasaan yang meskipun dipikirkan kembali tetap saja sulit untuk dimengerti. Apakah perasaan yang kita rasakan itu benar-benar cinta atau bukan? Terkadang kita juga merasa kalau hal itu bukan hal yang begitu penting.” (halaman 45)
  4. “Itu karena kau lebih menikmati perjalananmu sampai ke tempat tujuan … dibandingkan sampai di tempat tujan itu sendiri, kan?” (halaman 83)
  5. “Tidak usah dipikirkan. Memang apa pentingnya itu? Yang terpenting kan saling berbagi.” (halaman 160)
  6. … Karena tak seorang pun bisa menjadi kekasih yang sempurna. Yang pasti aku akan bersikap bagaikan angin dan tidak membiarkannya kesepian. (halaman 170)
  7. “Kau tidak membuka hatimu kepada orang lain. Kau memagari perasaanmu dengan kokoh dan tidak mau menunjukkannya kepada orang lain.” (halaman 206)
  8. “Ya, benar. Kau harus berhenti menghakimi orang lain.” (halaman 212)
  9. Tapi biasanya meskipun dua orang dipertemukan saling tertarik satu sama lain, masing-masing pasti memiliki tingkat ketertarikan yang berbeda. (halaman 263)
  10. Tapi ingatlah satu hal, jangan sampai cinta kalian tidak setara. Semuanya harus setara. Jangan sampai bisnis cintamu rugi. Selama cintamu masih bertepuk sebelah tangan, tidak akan ada hal baik yang terjadi. (halaman 263)
  11. Makanya, aku tidak suka memaksanya untuk melakukan hal yang dibencinya. Karena aku pun tidak suka kalau dipaksa. (halaman 279)
  12. Menyatakan cinta bukan hal yang terpenting dalam mencintai. Cinta itu mempunyai banyak wujud dalam kehidupannya, sebab cinta yang dimiliki oleh setiap orang tidak mungkin memiliki bentuk dan warna yang sama. (halaman 283)
  13. Meski yang namanya pekerjaan tetaplah pekerjaan, di mana pun kita berada kita tetap tidak akan dapat menghindari hubungan antarmanusia yang terjadi di dalamnya. (halaman 290)
  14. “Kita harus hidup dengan saling melengkapi. Aku harus melengkapi orang itu, begitulah seharusnya kau berpikir. Maksudku …. Kau harus melengkapi bagian yang tidak dimiliki oleh anak itu.”—Kakek Lee Philgwan (halaman 394)
  15. Yang namanya persahabatan itu tidak akan rusak begitu saja hanya karena sebuah perkelahian. (halaman 439)

Buku ini saya beli di sini

Baca juga:

Happy reading! 😍

With Love, ❤️

Baca juga review buku-buku literatur Korea:

12 thoughts on “[Review Buku] Letterbox 110 Karya Lee Do Woo

  1. Yeay! Akhirnya kelar baca dan diulas 😊 Seperti biasa, ulasan dari Mbak Ai selalu lengkap dan saya setuju dengan ulasan Mbak Ai 🤗

    Tentang judulnya, saya juga pernah baca ulasan di goodreads. Ada yang berpikiran, bahwa ceritanya berhubungan dengan surat-menyurat tapi ternyata bukan dan cukup kecewa karena tidak sesuai perkiraannya. Saya malah nggak terlalu mempermasalahkan judulnya saat awal tahu dan membacanya tapi sekarang saya juga jadi penasaran, alasan diberi judul Letterbox 110 😁 Kalau judul bahasa Koreanya panjang ya walaupun ada kata Letterbox 110 juga.

    Saya juga suka karakter Kakek Lee Philgwan. Walaupun sudah kakek-kakek tapi jiwanya masih muda. Dan seringnya bikin Jinsol kualahan harus bersikap seperti apa ke beliau dan bikin Lee Geon alergi dengan lagu kesukaannya tapi beliau memang baik, tulus, dan bikin kangen juga. Saya merasa seperti Kakek Lee Philgwan benar-benar hidup.

    Bangga nggak sih Mbak, waktu menemukan kata Kalimantan dan Indonesia? Rasanya pas menemukan kata itu, saya spontan “oh penulisnya tahu Indonesia?”, padahal kalau dipikir lagi, tahu Indonesia ya mungkin karena beliau riset 😁 tapi tetap membuat saya bangga 😄

    Mari baper berjamaah Mbak Ai 😆 Sekarang, saya punya teman yang baper juga dengan kisah Jinsol dan PD Geon 😍 karena selama ini, sepertinya jarang yang bahas novel ini, termasuk novel underrated menurut saya.
    Oh ya saking bapernya, saya pernah bertanya-tanya “ada nggak ya orang seperti PD Geon di dunia nyata?” 😆

    Novel ini pernah dibuat radio dramanya, Mbak. Sudah lama, saya lupa tahun berapa tapi pernah disiarkan di Radio KBS. Waktu novel I’ll Go to You When the Weather is Nice akan dibuat drama, saya berharap banget Letterbox 110 pun juga dibuat dramanya tapi sayangnya, penulisnya tidak memberikan izin untuk dibuat tv drama, cukup radio drama saja.

    Saya juga setuju dengan Mbak si bahwa suasana di radio dan siapa saja yang bekerja dalam sebuah program digambarkan dengan baik, mengingat penulisnya pernah bekerja sebagai scriptwriter, copywriter, dan juga penyiar radio. Dari novel ini, saya jadi dapat info baru tentang kantor stasiun radio.

    Liked by 2 people

    1. Terima kasih, Kak Na 😍😍😍
      Kalau kak Na gak kasih rekomen, mungkin saya belum baca buku ini.

      Iya, Kak. Biasanya kan judul itu berhubungan dengan isi cerita. Jadinya penasaran gitu 😅 karena novelnya bagus, ya saya tidak mempermasalahkan, hanya tetap saja memepertanyakan , apa saya kelewat baca 😆 wow lagi-lagi Kak Na, tau. Saya pikir judulnya sama persis dengan versi di Korea.

      Yes! Toooossss Kak Na. Suka banget interaksi Kakek dan Jingsol, kayaknya lebih sabaran Jingsol ketimbang cucunya sendiri 😅 dan mereka tuh kompak banget ya, suka sama lagu yang justru bikin Geon alergi. Iya, sama. Saya juga kok ngerasa karakter kakek ini bener-benar hidup.

      Bangga banget, Kak. Jarang sekali loh, menemukan hal seperti ini. Bisa jadi kak, penulisnya riset tentang Indonesia. 🥰

      Ayo, kak Na. Saya temenin 😆 underated di sini kali ya, Kak? Soalnya ini buku sudah susah sekali, kan kalau cetak ulang, gak bakal susah nyarinya ☺️ atau mungkin karena alurnya terkesan lambat banyak yang kurang tertarik. Tak apa kak, saya suka buku ini. 😍
      Mungkin ada Kak, tapi seribu satu kali, ya 😂

      Wow, sudah dibuat radio drama. Oh penulis tidak berkenan diangkat ke tv drama. Tak apa kak, baca bukunya saja sudah serasa nonton drama karena penulisnya detail banget menyajikan suasana dan settingnya terasa real. Ini buku yang baru saya baca dengan mengangkat latar di stasiun radio. Kreatif banget, apalagi penulisnya pernah bekerja di bidang yang diangkat ini. Jadi nambah pengetahuan juga. Saya jadi pengen ke lantai 17 😆 apalagi bisa dari tempat kerja Jinsol dan Geon bisa memandang Sungai Han.
      Saya sampai mikir apa ini novel based on true story? Ingat bagian Jinsol mau nulis buku, gak Kak? 😃

      Liked by 1 person

      1. Kembali kasih, Mbak Ai. Saya juga kalau buku yang saya rekomendasikan sesuai selera Mbak Ai 🤗

        😄😄😄
        Judul asli Koreanya kan ada di bawah tulisan Letterbox 110, Mbak… tapi ternyata kalau diterjemahkan ke bahasa Inggris juga sama 😁

        Kakek Lee penggemar Jinsol garis keras 😆 Iya, lebih sabaran Jinsol memang dan kompak. Apalagi waktu Kakek dan Jinsol jalan berdua, rasanya hati saja jadi ikut menghangat 😍 Soal lagu mungkin karena Jinsol sudah terbiasa dan terpatri di ingatan, banyak kenangan juga dengan lagu itu. Gimana nggak alergi kalo setiap Kakek mabuk nyanyinya lagu itu terus 😅

        Iya, underated di sini maksudnya. Iya, bisa jadi karena alurnya yang lambat, nggak banyak orang yang tertarik. Kalau dibandingkan dengan novel genre romance terbitan Penerbit Haru yang sudah cetak ulang beberapa kali, saya jadi berpikir ‘apa buku ini pasarnya kurang bagus ya? Kok sudah beberapa tahun nggak cetak ulang?’ Tapi mungkin juga karena kontrak lisensi dengan penerbit Korea sudah habis dan harus memperbaharui kontrak kalau mau cetak ulang. Dan prosesnya pasti tidak sederhana. Untuk novel Letterbox 110 di Korsel sendiri, diterbitkan oleh 2 penerbit yang berbeda. Kalau yang diterbitkan oleh Penerbit Haru itu dari penerbit lama, sedangkan yang sekarang diterbitkan oleh penerbit yang sama dengan yang menerbitkan novel I’ll Go to You When the Weather is Nice.

        Hahahaha…. kalau seribu satu, nanti yang dapat seperti Lee Geon adalah yang seperti Jinsol 😂

        Kalau buat saya, bukan seperti nonton drama Korea tapi mendengar kisah nyata dari Jinsol dan Lee Geon. Karena tulisan yang detail banget dalam menyajikan suasana dan settingnya itu, saya jadi suka dengan tulisan beliau.
        Dari lantai 17 bisa lihat Sungai Han dan jembatan Mapo sambil menikmati sunset di musim gugur, membayangkan saja sudah terasa indahnya 😍

        Based on true story, mungkin sih Mbak. Dari pengalaman penulis sendiri atau teman/sahabat/kerabat/keluarga. Kalau tentang nama tokohnya, saya ingat Mbak tapi kalau Jinsol mau nulis cerita seperti apa, sepertinya harus baca lagi bagian ini 😄

        Saya jadi penasaran dengan novel beliau yang lain, judulnya Wearing Pajamas. Oh ya, Penulis Lee Do Woo juga menerbitkan buku esai pertamanya, tahun lalu, Mbak. Kalau Mbak Ai lihat covernya pasti langsung suka 😍, judulnya Night’s a Good Time to Talk. Dari judulnya pun menarik ya? 😄

        Liked by 1 person

      2. Kuterharu, Terima kasih Kak Na 🤗

        Oh, ternyata ada di bawahnya 😆 ketauan banget gak bisa bahasa hangul 😂

        Hahaha, iya. Setuju banget Kak 😆 karakter Kakek itu menyenangkan, menghibur, dan menghangatkan 😊 Kalau Kakek masih hidup, terus bawa Jinsol liburan keluarga ke New Zealand, bisa jadi Geon senewen lihat keakraban Kakek dan Jinsol, karena Kakek sungguh menyita perhatian Jinsol 😁

        Iya, Kak. Tidak banyak orang yang kurang tertarik alur lambat. Padahal sebenarnya banyak pesan bagus dari novel ini.
        Wow, saya takjub dengan pengetahuan Kak Na. Terima kasih infonya, Kak.
        Biasanya kalau pasarnya bagus, banyak peminat, maka akan cetak ulang.

        Nah, itu dia Kak. Ada, tapi jarang. Dan kisah Geon sama Jinsol memang kategori ada tapi langka 😁

        Iya ya, bener juga Kak. Kayak lagi denger kisah nyata yang dituliskan. Iya, karya penulisnya memang menyajikan suasana dengan detail. Sepertinya saya jadi pengen baca karya-karya penulisnya.

        Toosssss! Sama, Kak. 😁 Saya juga penasaran loh, pengen baca buku Wearing Pajamas. Sudah diterjemahin belum, Kak?
        Aduh, ini kok judulnya menarik banget. 😍😂 link cover mohon dishare Kak 😆

        Like

      3. 🤗🤗🤗

        Iyaaa… 😁

        Iya, setuju Mbak Ai.
        Hehehe… Kalo soal perpanjangan kontrak dengan penerbit, dulu Penerbit Haru pernah sharing. Kalo soal beda penerbit novel Letterbox 110 versi Korea, itu hasil riset kecil-kecilan saya karena saking sukanya dengan novel ini dan penulisnya 😆 Iya Mbak, karena itu saya bertanya2 kan, apa kurang baik ya respon dari pembaca? Sampai lebih dari 3 tahun nggak cetak ulang. Kadang, kalo buku lain dari penulis yang sama mau diterbitkan, buku yang pernah terbit dicetak ulang.

        Sama-sama, Mbak Ai 😊
        Wearing Pajamas belum diterjemahkan, Mbak. Saya malah agak pesimis bakal diterjemahkan dan diterbitkan di sini hehe.. tapi semoga saja diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia juga 🙏
        Untuk novel I’ll go to you when the weather is nice diterbitkan saja, saya masih nggak percaya 😁

        Iya kan, dari judulnya sudah menarik banget. Saya kira dulu novel baru ternyata buku esai 😄

        Ini linknya ya, Mbak http://m.yes24.com/Goods/Detail/89827405

        Ini link cover lain novel Letterbox 110
        http://m.yes24.com/Goods/Detail/24912652

        Ini yang Wearing Pajamas
        http://m.yes24.com/Goods/Detail/86938499

        Oh ya, kalo Mbak Ai mau follow akun instagram penulisnya bisa ke @bookbutler. Semoga Mbak Ai tidak bosan dengan bahasan saya ya 😁

        Liked by 1 person

      4. Iya, Kak. Awalnya saya pikir I’ll Go To You When The is Nice buku pertama yang diterjemahkan, ternyata sebelumnya ada Letterbox 110. Menurut saya kedua buku ini bagus, banyak moral lesson-nya. Dan terkadang buku bagus tidak selalu menjamin disukai semua pembaca, karena selera baca tiap orang berbeda 🙂
        Saya tetap happy bisa baca buku ini dan bisa diskusiin bareng Kak Na🥰🥰

        Iya, ya Kak. Kalau dua buku sebelumnya laris manis, optimis Wearing Pejamas diterjemahkan, tapi kalau gak cetak ulang, saya juga pesimis buku ini diterjemahkan.

        Iya, kreatif banget deh, dari judul bukunya saja bikin penasaran😄 meskipun esai saya tetep penasaran isi bukunya Kak 😄

        Terima kasih untuk infonya Kak Na. Hmmmm cover-nya kece! Terus warnanya soft banget, bikin mata adem 😍😍

        Sudah follow Kak, meski gak ngerti bahasanya 😆

        Sama sekali enggak boson, Kak Na. Malahan seneng dan menanti rekomendasi buku lainnya untuk menambah daftar panjang buku yang pengen dibaca 🙈😁

        Like

      5. Iya, setuju Mbak Ai. Label bagus pun relatif ya, tergantung selera tadi 😁

        Saya juga, senangnya bisa ngobrolin buku ini sama Mbak Ai 🤗

        Untuk saat ini hanya bisa berharap dan ada keajaiban bukunya bakal diterjemahkan 🙏

        Iya kan? Manis banget warna dan desainnya 😍 Kembali kasih, Mbak Ai 😊
        Oh ya, di esai ini ada sisipan cerita pendeknya juga.

        Alhamdulillah kalo Mbak Ai nggak bosan 😁

        Lihat-lihat postingan instagram penerbit atau toko buku online, bikin daftar panjang buku yang pengin dibaca hahahaha…. Kapan hari itu, ada terjemahan buku Korea yang dibuka PO-nya, dari judul dan blurbnya saya tertarik, akhirnya checkout. Eh setelah itu, muncul buku baru lagi dari penerbit yang sama 😅 tapi untungnya belum terlalu pengin, jadi masih aman 😂
        Sepertinya makin ke sini, penerbit makin gencar menerbitkan buku-buku terjemahan Jepang dan Korea ya?

        Like

      6. Iya, Kak Na. Kembali ke selera 😁

        Semoga keajaiban itu tiba 😁

        Iya Kak Na, manis banget desainnya 😍 dan makin penasaran sama isinya🤩
        Wih, menarik dan kreatif kalau esai dipadu cerita pendek.
        Kak Na, kalau buku non fiksi di negeri ginseng itu diistilahkan esai, ya?

        Godaan banget ya, Kak. 😆 Beli Buku zaman sekarang tinggal checkout ga perlu pergi langsung ke toko buku. Beruntung kalau masih bisa nahan karena belum tertarik baca. Ini kalau sudah kepengen pakai banget, jadi beli deh 😁

        Iya, Kak. Pangsa pasarnya sudah ada, pembacanya mungkin bertambah, makanya penerbit gencar menerjemahkan buku-buku dari negara tersebut. Apalagi masa pandemi ini banyak orang gak bisa traveling ke negeri Sakura dan negeri ginseng, mungkin baca buku bisa jadi hiburan, apalagi secara kualitas banyak juga buku-buku bagus dari dua negeri tersebut. Tak bisa dipungkiri, dengan banyaknya penggemar anime, kpop, kdrama, mereka juga mulai tertarik dengan buku yang berasal dari dua negeri ini 🙂

        Like

      7. Aamiin 🙏

        Saya kurang tahu juga sih, Mbak, tapi kebetulan beberapa buku yang sudah terbit di Indonesia, yang di sini dikategorikan sebagai buku self improvement, di katalog toko buku online Korea, masuk kategori esai dan kategori esai pun masih ada sub kategori lagi. Misalnya esai bergambar, esai makanan, esai traveling, dll. Mungkin tetap ada kategori self development tapi buku-buku apa saja yang masuk kategori ini, saya kurang tahu.

        Betul! Jadi harus lebih pilih-pilih mana buku yang lebih penting atau ingin dibaca banget 😁
        Kalo nggak bisa kontrol, bisa-bisa dompet jebol terus 😂

        Iya, setuju Mbak Ai 😊 karena pandemi juga, minat baca dan orang-orang yang jajan buku pun bertambah. Selalu ada hikmah di balik suatu peristiwa 🙂

        Liked by 1 person

      8. Terima kasih untuk infonya, Kak Na. 😊

        Istilahnya unik-unik, dan terperinci ya, Kak. 🤩

        Iyaaa, Kak. Makin harus selektif saja memilih buku yang dibeli. Kalau ngikutin maunya sih, bisa-bisa kalap jajan 😐😐
        Haha, iya setuju, Kak. Bisa-bisa dompet jebol terus 🤫😬

        Iya, Kak Na. Saya setuju, selalu ada hikmah dibalik suatu peristiwa 😊

        Like

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s