“Dunia ini sederhana, dan hidup ini juga sederhana.” Namun, membuatnya tetap sederhana itu tidak mudah, dan di sanalah hari-hari biasa yang kita lewati akan menjadi ujian bagi kita. (halaman 302)
Judul : Berani Bahagia
Penulis : Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
Penerjemah : Agnes Cynthia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama.
Jumlah halaman : 310 halaman
ISBN : 978-602-06-4771-5
Sinopsis:
Bagaimana bila satu pilihan sederhana bisa menguak takdir Anda?
Buku yang membuka mata dan mudah dipahami ini memaparkan pengajaran yang kuat dari Alfred Adler, salah satu tokoh besar psikologi abad kesembilan belas, lewat percakapan yang gamblang antara seorang filsuf dan seorang pemuda.
Tiga tahun setelah percakapan pertama mereka, si pemuda merasa kecewa karena mendapati bahwa gagasan Adler hanya bekerja dalam teori, bukan praktik keseharian. Namun, lewat dialog mendalam antara sang filsuf dan pemuda itu, mereka memperdalam pemahaman mereka tentang pengajaran Adler, mempelajari sarana-sarana yang diperlukan untuk menerapkannya dalam kekacauan hidup sehari-hari.
Entah dibaca sendiri atau melengkapi buku bestseller sebelumnya, Berani Tidak Disukai, buku ini mengungkap cara berpikir dan menjalani hidup yang baru dan berani, memberdayakan Anda untuk melepaskan belenggu trauma masa lalu dan ekspektasi orang lain, menggunakan kebebasan ini untuk menciptakan kehidupan yang benar-benar Anda dambakan.
Berani Bahagia akan menyalakan api yang menerangi hidup Anda dan mencerahkan dunia. Temukan keberanian untuk memilih menjadi bahagia.
Buku ini saya beli bersamaan dengan buku pertamanya Berani Tidak Bahagia karya penulis yang sama. Buku terjemahan yang pertama kali terbit pada bulan Oktober 2020, dan diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama ini merupakan buku internasional bestseller yang sudah terjual lebih dari satu juta eksemplar.
Edisi ini adalah sekuel dari The Courage To Be Dislike—Berani Tidak Disukai, yang telah ditulis Ichiro Kishimi bersama Fumitake Koga.
Sejak The Courage To Be Dislike–Berani Tidak Disukai diterbitkan pada tahun 2013, berbagai tulisan dan pernyataan tentang Adler serta pemikirannya di negara penulisnya sudah melalui suatu transformasi yang luar biasa mengagumkan. Sebelumnya, ketika membicarakan Adler dalam ceramah di berbagai seminar, universitas dan semacamnya, mereka harus selalu mengawalinya dengan, “Seratus tahun lalu, ada seorang pemikir bernama Adler.” Namun saat ini, ke mana pun penulisnya pergi di Jepang, penulis tak perlu lagi menyampaikan tentang dirinya dengan cara demikian.
Dalam buku Berani Tidak Disukai adalah semacam peta yang memberitahu orang-orang tentang keberadaan psikologi Adler, dan secara ringkas menggambarkan ide-ide Adler. Buku tersebut adalah sebuah peta besar yang disusun oleh Ichiro Kishimi dengan rekannya, Fumitake Koga, dalam kurun waktu beberapa tahun, dengan maksud menciptakan sebuah pengantar definitif pada psikologi Adler.
Buku Berani Bahagia, di sisi lain, adalah semacam kompas untuk dapat betul-betul mempraktikan gagasan Adler dan menjalani kehidupan yang bahagia. Buku ini juga dapat dianggap sebagai sekumpulan panduan perilaku yang menunjukkan bagaimana kita bisa melangkah maju menuju sasaran yang ditetapkan di buku pertama.
Berkenaan dengan teori psikologinya, Adler menyatakan: “Memahami manusia bukanlah hal yang mudah. Dari semua bentuk psikologi yang ada, psikologi individual barangkali adalah psikologi yang paling sulit dipelajari dan dipraktikkan.”
Dan meskipun kita mungkin telah mengumpulkan keberanian serta mengambil langkah pertama, hal itu tidak ada gunanya kalau kita hanya berhenti di situ. Ambillah langkah-langkah kecil tanpa henti itulah yang kita sebut perjalanan. Dengan memegang peta (membaca buku pertama) dan kompas (membaca buku kedua yang ini), jalan seperti apa yang akan Anda lalui mulai sekarang?
Baca juga: review buku Suteru Gijutsu Seni Membuang Barang
Pemuda yang tiga tahun lalu datang, mengalami kegelisahan setelah mencoba mempraktikan teori Adler. Dia bertanya kepada filsuf apakah dia harus melepaskan Adler. Sang filsuf bilang “Tapi aku tidak mengatakan bahwa Adler adalah satu-satunya kebenaran yang bersifat mutlak dan kekal. Bisa dibilang yang kulakukan adalah memberikan resep kacamata kepada orang lain. Aku yakin ada banyak orang yang bidang penglihatannya menjadi luas karena kacamata itu. (halaman xix).
Sasaran perilaku dan sasaran psikologi yang dikemukakan oleh teori psikologi Adler:
- Menjadi mandiri
- Hidup harmonis dengan masyarakat
Dan ada dua sasaran psikologi yang mendukung perilaku-perilaku tersebut:
- Kesadaran bahwa aku memiliki kemampuan
- Kesadaran bahwa orang-orang adalah kawan seperjuanganku.
Menurut penulis Fumitake Koga, Adler tidak memilih psikologi untuk bisa menganalisis pikiran manusia. Saat terinspirasi untuk berkecimpung di dunia medis karena kematian adik laki-lakinya, hal utama yang dipikirkannya selalu “Apakah arti kebahagiaan bagi manusia?” Dan di awal abad kedua puluh, ketika Adler masih hidup, pendekatan yang mempelajari manusia dan menyelidiki bentuk sejati dari kebahagiaan yang saat itu paling maju kebetulan adalah psikologi.
Adler mengemukakan hal berikut ini: “Bagaimana kalau aku memiliki hati dan hidup yang sama dengan orang ini?” (halaman 38)
Empati adalah suatu keterampilan, sikap yang dimiliki seseorang saat berjalan dan berdampingan dengan orang lain.” (halaman 40)
Baca juga: The Life Changing Magic of Tidying Up Seni Beres-Beres dan seni merapikan
Apakah kamu pernah merasa minder? Saya pun demikian. Selama ini kata ‘minder’ di mata banyak orang dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Padahal nyatanya tidak. Saya suka penjelasa penulis yang disampaikan lewat dialog filsuf dengan pemuda di halaman 142-143.
PEMUDA: Semua orang memulai perjalanan sebagai makhluk yang tidak sempurana, jadi setiap orang pernah merasa minder. Itu sudut pandang yang cukup pesimistis.
FILSUF: Tidak semuanya buruk. Perasaan minder itu, ketimbang menjadi hambatan, justru selalu menjadi stimultan bagi upaya untuk bertumbuh dan berkembang.
PEMUDA: Hmm, bagaimana bisa begitu?
FILSUF: Kalau kaki manusia bisa berlari secepat kuda, kereta kuda tidak akan pernah ditemukan, dan barangkali kendaraan bermotor juga. Kalau kita bisa terbang seperti burung, pesawat udara tidak akan pernah ditemukan. Kalau kita punya bulu beruang kutub, pakaian musim dingin tidak akan pernah diciptakan, dan kalau kita bisa berenang seperti lumba-lumba, kita juga tidak akan membutuhkan kapal laut atau kompas laut. Peradaban adalah hasil dari kebutuhan menebus kelemahan biologis manusia, dan sejarah umat manusia adalah sejarah tentang keberhasilannya dalam mengatasi perasaan rendah diri.
Bukankah percakapan mereka terlihat masuk akal? Jadi, mulai sekarang mari melihat perasaan minder dari sisi positifnya, agar kita bisa bertumbuh jadi lebih baik lagi.
Baca juga: melepaskan buku-buku koleksi
Yang menarik dari buku ini:
- Konsepnya masih sama dengan buku pertama, di mana ada pemuda dan filsuf yang terlibat diskusi tentang teori psikologi Adler yang diterapkan dalam kehidupan. Kalau di Berani Tidak Disukai lebih ke pengantar definitif pada psikologi Adler, di buku ini semacam kompas untuk dapat betul-betul mempraktikan gagasan Adler dan menjalani kehidupan bahagia.
- Di buku pertama, pembaca diajak untuk mengenal teori psikologi Adler. Di buku ini jauh lebih terperinci (silahkan simak diskusi antara pemudan dan filsuf dan awal sampai akhir. Kalau di buku pertama terbagi dalam lima malam. Nah di buku ini mereka hanya terlibat satu malam diskusi panjang).
- Dalam buku ini tidak menggunakan kata malam lagi untuk membedakan bab satu dengan bab berikutnya seperti dalam buku pertama. Karena dalam buku Berani Bahagia akan menjadi dialog terakhir filsuf dan pemuda, apapun pun hasilnya.
- Jika di buku pertama Berani Tidak Disukai, pemuda berprofesi sebagai pustakawan yang bekerja di perpustakaan, dia memutuskan untuk beralih profesi menjadi pendidik, mengajar di sekolah. Dia menemukan konflik yang pelik saat menggeluti profesi barunya, sehingga dia kembali berdiskusi dengan filsuf terkait teori Adler yang tiga tahun lalu pernah mereka bahas. Diskusi cukup menegangkan dibanding buku pertama. “Pemuda: Kaulah yang membawaku pada Adler. Tentu saja membuat keputusan akhir adalah tugasku. Tapi kalau kau hanya memberikan beberapa larangan—‘Kita tidak boleh melakukan ini’, ‘Kita tidak boleh melakukan itu’, dan seterusnya—tanpa menyiratkan pilihan lain, aku akan bingung memikirkan apa yang harus dilakukan. Melihat situasinya, aku tidak bisa kembali pada pendidikan menggunakan sistem imbalan dan hukuman, tapi aku juga belum siap menaruh kepercayaan total pada pendidikan gaya Adler. Seperti biasa, filsuf selalu memberikan jawaban atas pertanyaan, dan masukan atas kegelisahan juga kegalauan yang dialami pemuda. “Aku ingin mengatakan ini kepadamu sebagai seorang teman. Seharian ini kau sudah bicara tentang pendidikan, tapi bukan di situ letak kesulitanmu. Kau belum bisa memiliki keberanian berbahagia. Dan kau tidka memilih jalan sebagai pendidik karena ingin menyelamatkan anak-anak. Kau ingin diselamatkan lewat tindakanmu menyelamatkan mereka.” (halaman 160)
- Topik utama diskusi penulis dalam buku ini adalah teori kebahagiaan. Itu adalah pertanyaan yang secara konsisten terus diajukan oleh Adler: “Apakah arti kebahagiaan bagi manusia?”
- Dialog yang tersaji di buku ini bahkan lebih berapi-api daripada buku sebelumnya, mengeksplorasi teori pendidikan, teori organisasi, teori kerja, teori sosial, dan bahkan melebar hingga teori kehidupan sebelum sampai pada kesimpulan tentang tema agung “cinta” dan “kemandirian”.
- Buku terjemahan ini nyaman dibacanya. Penerjemahnya sama seperti di buku pertama, Agnes Cynthia. Terima kasih kepada penerjemah yang sudah membuat saya sebagai pembaca asik menikmati buku terjemahan ini.
- Buku ini pas jika dibaca oleh para pendidik, atau kamu, atau siapa pun yang suka buku kategori self improvement. Dalam sampul buku, buku ini usia 16+.
- Buku pengembangan diri yang sangat bergizi! 🙂
Pesan moral dari buku ini: Siapa pun bisa bahagia kalau kamu memutuskan untk berani bahagia. Karena bahagiamu tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan oleh dirimu sendiri. Kunci kebahagiaan sejatimu ada di dalam dirimu sendiri, bukan orang lain.
Menurut saya, jika kamu tertarik untuk membaca buku Berani Bahagia, maka sebaiknya kamu lebih dulu membaca buku Berani Tidak Disukai dulu 🙂
Baca juga: review buku Ikigai Rahasia Hidup Bahagia dan Panjang Umur Ala Jepang
Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya dalam buku Berani Bahagia:
- Siapa pun bisa bahagia sejak saat ini dan seterusnya. (halaman xxii)
- Jangan takut kalau orang lain melihatmu, jangan memperhatikan penilaian orang lain dan jangan mencari pengakuan dari orang lain. Pilih saja jalan yang terbaik dan kaupercayai. Selain itu, kau tidak boleh mengintervensi tugas-tugas orang lain, dan tidak boleh membiarkan orang lain mengintervensi tugas-tugasmu pula. (halaman 13)
- Orang tua lebih dulu menghormati anak-anak dan atasan lebih dulu menghormati bawahannya. Sedemikian rupa, sehingga orang yang berperan “mengajar” memiliki rasa hormat pada orang “yang diajar”. Tanpa rasa hormat, tidak ada hubungan interpersonal yang bisa terwujud dengan baik, dan tanpa hubungan yang baik, perkataan kita tidak akan bisa sampai pada orang lain. (halaman 23)
- Rasa hormat yang kita miliki tidak dibatasi hanya pada orang-orang tertentu, melainkan semua orang, dari sanak saudara dan handai taulan sampai orang-orangasing yang sekedar lewat, bahkan orang-orang di negara lain yang tidak akan pernah kita temui seumur hidup kita. (halaman 23)
- Tidak berupaya mengubah atau memanipulasi orang lain yang ada tepat dihadapanmu. Menerima orang itu secara tulus dan apa adanya. Tidak ada penghormatan yang lebih besar daripada ini. Lalu, saat diterima “sebagaimana adanya” oleh orang lain, kita mungkin akan mendapatkan keberanian yang besar. Dan menghormati juga dapat dipandang sebagai titik awal untuk menyemangati. (halaman 25)
- Hormat berarti peduli bahwa orang lain sebaiknya bertumbuh dan berkembang sebagaimana adanya dirinya.” (halaman 34)
- Dimulai dari dirimu. Meski tidak ada yang memahami datapun mendukungmu, kaulah yang pertama kali harus menjadi obor penerang serta menunjukkan keberanian dan rasa hormat. (halaman 43)
- Apapun yang terjadi di masa lampau tidak menentukan masa kini. Trauma masa lalu juga tidak. Ini karena manusia tidak digerakkan oleh “penyebab” di masa lampau, melainkan hidup menurut “tujuan” di masa kini. (halaman 47)
- “Masa lalu tidak menentukan “masa kini”. “Masa kini”lah yang menentukan masa lalumu. (halaman 56)
- Yang dibutuhkan dari kita orang dewasa bukanlah teguran, melainkan didikan. Disertai penjelasan yang logis, tanpa emosi atau nada suara yang meninggi. Kau bukanlah orang yang tidak bisa melakukannya. (halaman 75)
- Esensi dari kebahagiaan adalah perasaan telah berkontribusi. (halaman 117)
- Letakkan prinsip bekerja sama dengan orang, dan bukan prinsip bersaing dengan orang lan, sebagai yang teratas. (halaman 134)
- Tak masalah jika ada perbedaan dalam hal pengetahuan atau pengalaman atau kemampuan antara diri kita dan orang lain. Semua orang setara, terlepas dari prestasi akademis atau kinerja yang dimiliki. (halaman 136)
- Hubungan yang perlu kau ciptakan dengan muridmu adalah hubungan pertemanan. (halaman 168)
- Orang yang hidup sebatang kara di bumi pasti akan menjalani kehidupan yang benar-benar datar dan tak sepenuhnya berwarna, tanpa persoalan ataupun kegembiraan. (halaman 177)
- Justru karena kita memandang pendidikan sebagai sebuah profesi dan bukan karena kita memandangnya sebagai suatu kesenangan atau aktivitas amal itulah kita bisa melaksanakan tugas-tugas professional kita secara bertanggung jawab. (halaman 184)
- “Bekerja benar-benar merupakan tugas kehidupan.” (halaman 189)
- “Semua profesi itu mulia”. (halaman 190)
- “Kaulah yang seharusnya mulai. Tanpa mempedulikan apakah orang lain kooperatif atau tidak”. (halaman 224)
- Kita harus menjaga agar hati kita tetap berkelimpahan, dan memberikan apa yang kita miliki kepada orang lain. Kita tidak boleh minta dihormati orang lain, melainkan harus menghormati dan memercayai mereka. Kita tidak boleh menjadi orang yang berjiwa miskin. (halaman 228)
- “Belajarlah mencintai, jadilah mandiri, dan pilihlah hidup!” (halaman 292)
- Jadi, ada satu hal yang bisa kita lakukan, yakni mencurahkan upaya yang tak kenal lelah dalam seluruh perjumpaan kita dan seluruh hubungan interpersonal kita, untuk mewujudkan perpisahan yang terbaik. Itu saja. (halaman 297)
- “Hiduplah dengan sungguh-sungguh di sini pada saat ini.” (halaman 298)
- Mulailah mencintai. Dan berupayalah dengan tak kenal lelah mewujudkan perpisahan terbaik dengan orang-orang yang kita kasihi. Tak ada perlunya mengkhawatirkan batas waktu atau hal-hal semacam itu. (halaman 299)
Sebetulnya, masih banyak kutipan-kutipan bagus dan berenergi dalam buku ini, tapi saya tidak akan mencatat semuanya di sini, lebih asyik jika kamu membacanya sendiri sambil merengkuh manfaat yang bisa kamu ambil dari buku ini. Ini merupakan buku dan bacaan yang sangat bergizi untuk otak. Selamat membaca.
Buku ini saya beli di : Gramedia.com
Baca juga: buku bajakan rugikan diri sendiri dan banyak pihak
Happy reading! 📖📚😊
With Love, ❤️
Baca juga review buku literatur Jepang:
- The Life Changing Magic of Tidying Up Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan karya Marie Kondo
- Goodbye Things Seni Hidup Minimalis Ala Orang Jepang karya Fumio Sasaki
- Suteru Gijutsu Seni Membuang Barang karya Nagisa Tatsumi
- Ikigai Rahasia Hidup Bahagia dan Panjang Umur Ala Orang Jepang
- Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
- Berani Bahagia karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
- The Book of Ikigai karya Ken Mogi
- Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan karya Tsuneko Nakamura dan Hiromi Okuda
- Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino
- Pulau Sae karya Mizuki Tsujimura
- Convenience Store Woman | Gadis Minimarket karya Sayaka Murata
- The Traveling Cat Charonicles karua Arikawa Hiro
- Your Name karya Shinkai Makoto
Waah buku dari Jepang lagi…
Makin lama semakin banyak. Baguslah..
LikeLiked by 1 person
Iya mbak 😊😊
Seneng, makan lama semakin banyak buku dari Jepang yang diterjemahkan
LikeLike