[Review Buku] The Traveling Cat Chronicles Karya Arikawa Hiro

Terima kasih atas kerja kerasmu sampai sekarang. Dedikasimu dalam menolongku tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.—Nana  (halaman 15)

“Nana kan penurut, jadi kau bisa tetap jadi anak baik kan sesudah ini?”—Satoru (halaman 323)

Judul                    : The Traveling Cat Chronicles
Penulis                 : Arikawa Hiro
Penerjemah         : Laticia Helmi
Penerbit               : Penerbit Haru
Tahun Terbit       : Cetakan ke-1, Juni 2019. Cetakan ke-3, Juni 2020
Jumlah halaman : 368 halaman
ISBN                      : 978-602-53858-5-8

Sinopsis:

Aku adalah seekor kucing.

Dia adalah pemuda penyuka kucing.

“Kau selalu tidur di sini?”

Memang. Banyak yang bilang begitu.

“Boleh kusentuh?”

Maaf saja, tidak boleh.

Kukira dia hanya akan jadi satu dari sekian banyak orang yang cuma lewat dalam kehidupanku sebagai kucing liar. Akan tetapi, dia menyelamatkan nyawaku. Sebagai gantinya, aku biarkan dia memeliharaku, karena aku kucing yang manis.

Setelah lima tahun kami bersama, Satoru harus mencari orang untuk mengadopsiku karena satu dan lain hal.

Maka, kami berdua pun memulai sebuah perjalanan panjang mengendarai mobil wagon perak kesukaanku ke berbagai penjuru negeri untuk menemui teman-teman lama Satoru.

Akan tetapi, ada satu jal yang Satoru sembunyikan dariku…

Kisah ini bermula sejak Satoru menyelematkan kucing liar yang terluka. Kemudian dia memberikan nama Nana.  Kucing ini mengingatkan dia akan kucing pertamanya bernama Hatchi, yang sudah meninggal setelah diadopsi saudara jauhnya saat dia masih SMP. Singkat cerita, Nana dipelihara oleh Satoru. Setelah lima tahun tinggal bersama Satoru, mereka melakukan perjalanan panjang mengunjungi teman-teman SD, SMP, SMA, juga teman kuliahnya Satoru untuk mencari adopter, atau yang mau mengadopsi Nana. Satoru selalu berusaha sekeras mungkin untuk pencari pemilik baru untuk Nana, tapi kucing ini tahu kalau Satoru selalu merasa lega setiap kali membawa Nana pulang setelah gagal diadopsi. Kucing pintar ini seperti sudah punya firasat, bahwa apa pun yang terjadi, dia tidak akan meninggalkan pemiliknya yang begitu menyayangi Nana.

Baca juga: review buku Berani Tidak Disukai dan Berani Bahagia karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga

Mereka melakukan perjalanan darat dengan kendaraan wagon perak dari Tokyo hingga ke Hokkaido. Nana adalah kucing yang sangat beruntung, bisa merasakan traveling bersama Satoru.

Di dunia ini, lebih banyak pemandangan yang takkan bisa dilihat kucing sampai akhir hidupnya. (halaman 164)

Sebelum sampai di Sapporo, mereka berdua sempat mengunjungi beberapa teman baik Satoru. Kira-kira Satoru punya rahasia apa yang disembunyikannya dari Nana? Kenapa Nana dicarikan orang  yang mau mengurusnya, memang ada apa dengan Satoru? Bukankah hubungan Satoru sebagai pemilik kucing dengan Nana sangat dekat? Untuk mengetahui jawabannya, silakan baca bukunya 😉

Aku tidak akan melupakan pelangi yang muncul untuk memberkati akhir perjalanan kami. (halaman 275)

Karakter: Miyawaki Satoru, Hatchi (kucing pertama Satoru), Nana (kucing keduanya yang dirawat Satoru), Sawada Kousuke, Yoshimine Daigo, Chatoran (kucingnya Yoshimine), Sugi Shuusuke dan istrinya Chikako, Momo (kucingnya Chikako), Toramaru (anjinganya Sugi), dan Kashima Noriko.

Yang menarik dari buku ini:

  • Buat kamu penyuka binatang kucing, buku ini seru dan mengasyikan untuk dibaca.
  • Narasi dan sudut pandang dalam buku ini adalah aku, tapi bukan orang, melainkan dari sudut pandang hewan. Penulis seolah mengajak kita untuk menjadi Nana (kucing campuran) yang berpikir seperti manusia. Duh Nana sang kucing cerdas ini karakternya sungguh menggemaskan. “Lagi pula, kucing itu, kan, makhluk yang harus punya gaya.”—Nana (halaman 16). Gemes banget nih sama kucing ini >.<
  • Alurnya maju mundur, cukup sulit ditebak jalan ceritanya. Tapi ending-nya meskipun sedih, ini membuktikan hubungan pemilik kucing yaitu Satoru dengan Nana sangat dekat sekali. Sungguh indah hubungan yang mereka jalin. Satoru sangat menyayangi Nana, bahkan dia rela mencarikan orang yang mau mengadopsi kucing kesayangannya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman-teman baik dalam kehidupannya.
  • Selalu gemas sama Nana, setiap kali Satoru mengunjungi temannya untuk mengupayakan tempat yang bisa dipercaya untuk bisa mengadopsinya Nana, nyatanya kucing ini seakan tak pernah bisa lepas dari Satoru.
  • Buku ini tentang kisah kucing yang setia pada majikannya, dan mereka mengukir kenangan indah saat melakukan perjalanan mengunjungi berbagai kota di Jepang. Kucing yang setia menamani pemiliknya hingga tutup usia -__-
  • Hubungan kucing dan pemilik kucing ini kisahnya mengharukan 🙂 Senang sekali sebelum akhir hayat bisa mengunjungi orang-orang yang berarti dalam kehidupan, sehingga saat menutup mata pun orang yang ditinggalkan memiliki kenangan baik terhadap orang yang sudah meninggalkan lebih dulu.
  • Asli buku ini bikin saya kangen sama Jepang, kangen salju di Hokkaido. Sungguh baca buku ini saat pandemi yang belum bisa traveling, rasanya bagai obat penawar dahaga dan kangen akan negeri sakura.

Baca juga: review buku Suteru Gijutsu Seni membuang Barang karya Nagisa Tatsumi

Penulisnya Arikawa Hiro lahir di Perfektur Kouchi, debut dengan karyanya yang berjudul Shio no Machi. Dia telah menulis berbagai macam novel. Selain karyanya banyak diangkat menjadi sebuah film atau drama, dia juga membentuk sebuah teater bernama Sky Rocket, mengolah sendiri beberapa karyanya menjadi drama panggung. The Traveling Cat Chronicles adalah karya pertamanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Baca juga: roadtrip Hokkaido, Jepang

Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya dalam buku ini:

  1. Bagi anak-anak, saudara jauh yang nyaris tidak pernah ketemu itu tidak lain halnya dengan orang asing. Padahal, hubungan pertemanan masih jauh lebih dekat daripada itu. Kenapa orang dewasa bahkan tidak mengerti hal semudah itu?
  2. “Menurutku, sebaiknya aku mencoba selagi ada kesempatan. Kalau tidak, rasanya aku tidak akan pernah tahu seumur hidupku.” (halaman 121)
  3. Kalau dia jadi anak yang tidak membuat repot, setidaknya suasana hati orangtua dan suasana di rumah juga tidak akan menjadi buruk. (halaman 135)
  4. Namun, yah, perkembangan mental itu kan memang berbeda-beda di setiap individu. (halaman 137)
  5. Kenangan itu adalah sesuatu yang tidak akan bisa kudapatkan jika tidak bertemu dengan Satoru. Bahkan, jika Satoru meninggal terlebih dahulu daripada aku sekalipun, aku pasti akan tetap jauh lebih bahagia bila bertemu dengannya daripada tidak sama sekali. (halaman 319)
  6. “Satoru bilang. Katanya tolong jaga Nana, karena Nana adalah kucing yang berharga baginya.” (halaman 325)

Baca juga: buku bajakan rugikan diri sendiri dan banyak pihak

Note: Buku ini merupakan novel U15+
 
Happy reading! 📚 📖😊

With Love, ❤️💙

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s