[Review Buku]: Helen dan Sukanta Karya Pidi Baiq

“Waktu akan membuat kita lupa, tapi yang kita tulis akan membuat kita ingat.” —Pidi Baiq

Judul Buku            : HELEN dan SUKANTA
Penulis                    : Pidi Baiq
Tahun Terbit          : Cetakan I, Oktober 2019
Penerbit                  : The Panasdalam Publishing
Jumlah Halaman  : 364 halaman
ISBN                        : 978-623-92083-0-1

Sinopsis:

Di restoran Indonesia Lachende Javanaan, Harlem, Belanda, tahun 2000, Nyonya Helen bercerita kepada saya tentang masa lalunya selama dia tinggal di Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia.

“Saya lahir dan tumbuh di Ciwidey. Masa remaja saya, saya habiskan di Bandung, sampai kemudian Jepang datang pada tahun 1942 dan mengubah semuanya.

Nyonya Helen kemudian menceritakan juga kisah asmara yang dia jalin bersama

Sukanta, seorang pribumi. Firasat saya benar, saya menyukai Sukanta. Itulah yang saya rasakan.”

Harus ada yang mengerti bagaimana Nyonya Helen merasakan semua kenangannya. Tidak ada yang tahu sudah berapa banyak rasa rindu menguasai dirinya sejak dia mengucapkan selamat tinggal kepada Indonesia.

“Nah, sekarang, diamlah. Ini cerita saya, dan semuanya benar-benar terjadi.”

Kalau dilihat dari judulnya, kita sudah bisa menebak bahwa ini tentang romance Kisah tentang Helen dan Sukanta. Walaupun latar ceritanya di masa Indonesia sebelum merdeka. Tenang saja, ini bukan kisah klasik kasih tak sampai, seperti umumnya roman angkatan 1920, 1930 dll. Hanya saja ceritanya berbeda…

Helen Maria Eleonora, lahir awal tahun 1924 di Kawasan Tjiwidei (Ciwidey). Seorang keturunan Belanda, namun mencintai Indonesia. Suatu hari, keponakan dari salah satu pegawai Papa-nya berada di rumahnya untuk membantu pamannya. Tak disangka, setelah saling mengamati, lama-lama Helen berteman dengan Sukanta, seorang pribumi yang biasa dipanggil Ukan. Pertemanan yang awalnya biasa saja. Namun suatu hari saudara Papanya yang berkunjung dan sempat tinggal di rumah Helen, tidak menyukai kehadiran Ukan. Papanya Helen pun terpengaruh dan berusaha memisahkan Helen dengan Ukan.

Lihat juga: review buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer 

Ukan berhasil disingkirkan dari kampung dan tidak pernah terdengar kabarnya lagi. Helen tentu saja sangat bersedih. Hingga akhirnya memutuskan untuk pindah sekolah ke Bandung ditemani dengan pegawai setianya yang sejak kecil telah mengurusnya, Siti. Tidak lama setelah Ukan menghilang dari kampungnya, ibunya Ukan meninggal. Helen sangat bersedih. Di Bandung, dia punya teman baru. Bahkan ada beberapa teman pria Belanda yang menyukainya, pernah dekat. Bahkan saat itu ada seseorang yang sangat menyukai Helen datang ke rumahnya, namun dari balik semak  ada seseorang yang mengawasi mereka. Ternyata dia adalah Ukan. Sejak saat itu, Helen dan Ukan seolah tak terpisahkan. Papa dan Mamanya Helen pun merestui hubungan Helen dan Ukan, dan juga hadir di pernikahan anak semata wayangnya. Pernikahan yang sederhana, namun mereka sangat bahagia.

Lihat juga: review buku Pride and Prejudice karya Jane Austen dan Tentang Kamu karya Tere Liye

Sayangnya, tak lama setelah mereka menikah, sebuah peristiwa besar di mana  Jepang datang menguasai Indonesia, membuat  banyak warga negara Belanda yang dipulangkan, termasuk Helen. Saat itu, Helen sedang mengandung anak pertamanya. Akankah Helen dan Ukan bisa bertemu kembali? Apakah Ukan pernah mencari Helen? Bagaimana nasib kandungan Helen? Akankah Helen bisa melupakan Ukan setelah berpisah benua? Bagaimana akhir kisah Helen dan Ukan? Silahkan temukan jawabannya dengan membaca buku ini 🙂

Menikmati Musim Dingin dan Roadtrip di Hokkaido, Jepang

Yang menarik dari novel ini:

  • Sensasi membaca novel ini rasanya antik klasik-lah, kisah klasik masa sebelum merdeka yang ditulis dan rilis di zaman sekarang, tetap menyenangkan untuk di baca.
  • Lihat cover-nya saja, dimata saya terlihat klasik.
  • Lewat novel ini, saya seakan diajak mengenal Ciwidey di masa  belum merdeka. Keindahan alamanya, suasananya, sepertinya melekat sampai sekarang. Bukankah begitu banyak tempat wisata alam yang bisa dikunjungi di daerah tersebut? Sebut saja Kawah Putih yang sangat eksotis di daerah ini. Cerita yang berlatar belakang Indonesia sebelum merdeka di daerah Bandung dan diangkat dari kisah nyata seorang wanita Belanda dan ditulis oleh Pidi Baiq ini sangat menarik. Dengan gaya khasnya Pidi Baiq yang sudah dikenal dengan karyanya Dilan dan sudah diangkat ke layar lebar, membuat novel terbaru karya Pidi Baiq ini tetap layak dinikmati.
  • Saya juga suka, meskipun Helen sangat berpendidikan dan tentu saja didikan orang Belanda, tapi tidak sombong dan sangat merakyat di zaman itu, bahkan ia mau belajar bahasa kesehariannya Ukan di kampungnya. Beberapa penggalan kata dalam bahasa Sunda yang diucapkan Helen membuat percakapannya terasa lucu dan seru. Ukan juga bisa berbahasa Belanda.

Moral of the story, cinta sejati itu tak lekang oleh waktu meski harus dipaksa berpisah oleh keadaan. Helen contohnya. Meskipun berpisah dengan Ukan tanpa mengucap kata perpisahan, namun rasa cintanya kepada Ukan tidak tergantikan oleh siapa pun, hingga akhir hayat.

Buku-buku yang saya baca di tahun 2019

SUBSCRIBE AISAIDLUV

Kalimat-kalimat favorit saya dalam buku Helen dan Sukanta:

  1. Ada banyak hal yang lebih penting dalam kehidupan manusia daripada hanya duduk terus di kamar … halaman 60
  2. Harus aku katakan, pada umumnya, orang-orang di sana adalah orang yang ramah. Mereka bicara dalam keramahtamahan yang bermanfaat, termasuk dengan tetangga. Orangtua dan anak muda saling bersimpati untuk menjalin hidup bersama. Halaman 90
  3. Dimataku, Embu telah menjadi seorang yang rendah hati. Ramah dan bermartabat. Pemikirannya, karakternya, perasaannya dan semua yang ada di dalam dirinnya, menunjukkan bahwa dia adalah seorang Hindia sejati. Aku menemukan semua orang di kampungnya bersimpati kepadanya. (halaman 90)
  4. Di Hindia, pada masa itu, orang kulit putih secara alami menempatkan dirinya di atas derajat penduduk asli, meskipun tidak pernah diucapkan dengan keras, tapi di dalam sikap dan perilakunya semua menunjukkan bahwa orang Belanda merasa memiliki status yang lebih tinggi daripada orang Hindia. Orang kulit putih merasa jelas bahwa mereka berada di antara lapisan atas dan merasa memiliki kendali. (Halaman 93)
  5. Dunia ini adalah sebuah kebun, dan kita adalah bunga-bunga yang ada di kebun itu. Masing-masing hanya bisa melihat diri kita sebagai warga dunia dan ini akan memberi kita rasa kesetaraan (halaman 94) CEK BUKU
  6. Pasti Papa mencemaskan keselamatanku. Baginya, apa yang aku lakukan kemarin malam adalah sesuatu yang benar-benar berbahaya. Papa merasa perlu melindungiku. Keamanana adalah hal utama di dunia warga Belanda. Dan, papà tidak sepenuhnya salah dalam hal itu.
  7. Mama lebih banyak melibatkan perasaannya dan menunjukkan dirinya lebih terbuka. Mama melakukan banyak hal penghiburan Yang bisa dirasakan oleh diriku. Selalu. Selalu (halaman 106)
  8. “Apa yang kita lakukan untuk orang lain adalah hal paling penting dalam hidupmu,” kata mama kepadaku …. (halaman 130)
  9. Kata mama, seseorang harus berbicara dengan hati-hati. Harus dipertimbangkan dengan baik sebelum memberi jawaban, sehingga orang lain dapat menentukan dari itu, apakah kamu berbicara baik atau buruk. (halaman 130)
  10. “Tapi, mama tetap ibumu bukan temanmu. Mama melindungi dirimu, merawat Helen. Itu adalah tugas Mama karena Mama mencintaimu, Helen. (halaman 148)
  11. Baginya, masyarakat yang bukan dirinya sebagai masyarakat dengan kelas lebih tinggi daripada masyarakat pribumi. (halaman 166)
  12. Aku tahu, batinmu pasti tidak baik-baik saja. Karena kebahagiaan yang sebenarnya adalah hidup yang dapat diatur oleh diri sendiri. (halaman 187)
  13. “Masa lalu itu sangat lama, itu tidak akan pernah hilang, tetapi selalu akan menjadi masa lalu,” ….. (halaman 217)
  14. “Kita belajar bagaimana matahari dan hujan menumbuhkan setiap pohon yang menyenangkan untuk dilihat juga baik untuk dimakan,”…. (halaman 288)
  15. Di dalam hidup ini, segala sesuatu memiliki dua sisi, Helen. Ada baik dan buruk, ada terang dan gelap. Di sini juga, malaikat dan iblis ada diantara kita.”(halaman 299)
  16. Pasangan hidup ditentukan berdasarkan pada kesesuaian hati masing-masing. Pernikahan dilaksanakan harus lebih pada karena ada kesempatan dan inisiatif Pribadi yang bersangkutan, bukan ditentukan oleh pendapat orang lain.” (halaman 302)
  17. “Kasih Tuhan selalu ada ketika kau membutuhkannya.” “Jika aku salah, tapi tak ada seorang pun yang sempurna di bumi. Aku memiliki kebebasan untuk memilih. Bagiku Ukan yang terbaik. Dia itu berkah terbesarku. Seorang pria yang tidak ditentukan oleh mantel dan sepatu nya.” (Halaman 317)

Selamat menikmati bukunya.

Note: biar hemat, waktu itu saya beli buku ini pas PO (pre-order). Bisa juga beli di http://www.mizanestore.com atau di toko buku kesayanganmu.

Happy reading! 📚 📖😊

With Love, ❤️💙

SIMAK JUGA SERBA-SERBI BUKU ALA SAYA BERIKUT INI:

19 thoughts on “[Review Buku]: Helen dan Sukanta Karya Pidi Baiq

  1. Ceritanya pasti jauh berbeda dengan Dilan ya. Hehe…

    Sedikit koreksi, Ai. Pada kalimat, “Nyonya Helen kemudian menceritakan juga kisah asrama yang dia jalin bersama.”
    Mungkin maksudmu itu ‘asmara’ ya bukan ‘asrama’.

    Oia, coba lihat sisi lain dari Pidi Baiq di Youtube. Gunakan keyword ‘Pengadilan Musik’ atau langsung ke channelnya bernama DCDC.

    Liked by 1 person

  2. Solehatun Marfuah

    hey, mau tanya. tujuan resensi ini dibhat apa untuj mengikuti lomba resensi dr The Panasdalam Publishing? atau kebutuhan lain? terima kasih🙌

    Like

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s