Memaknai Hal yang Tidak Biasa, Menjadi Terasa Istimewa

Mari kita tengok keadaan tahun lalu saat ramadhan dan lebaran tiba. Kita sedang bersama siapa? Di mana? Dan melakukan apa? Mudik atau tidak mudik? Ngabuburit atau tidak pada saat buka puasa? Dan sebagainya.

Kata “mudik” memang identik di negara Indonesia, meskipun di belahan bumi lain yang mayoritas penduduknya muslim, saat lebaran tidak ada tradisi mudik. Bagi para perantau atau memiliki orang tua dan keluarga baik di luar kota bahkan berbeda pulau dan provinsi, momen lebaran selalu dijakan ajang bersilaturahmi berkumpul bersama keluarga. Meskipun sebenarnya, tidak semua muslim yang merayakan lebaran mudik pulang kampung. Tapi sepertinya mudik itu sudah melekat menjadi tradisi bagi penduduk yang terdiri dari ribuan pulau ini, bahkan saya pribadi juga mudik untuk bertemu orangtua dan berkumpul bersama keluarga di kampung.

Tahun lalu saat lebaran, rata-rata kita lagi senang-senang berkumpul bersama keluarga, melaksanakan salat idul fitri di masjid, bersalaman, berpelukan dengan keluarga, makan bersama, menerima banyak tamu, masak dan menikmati beraneka panganan khas lebaran. Bahkan yang tidak mudik pun, masih bisa bebas bepergian, entah itu ke mall, dan lain-lain.

Tapi keadaan itu berubah seratus delapan puluh derajat di tahun 2020, saat pandemi covid 19 melanda seluruh dunia. Bagi para muslim di seluruh dunia, ramadhan tahun ini akan selalu dikenang sebagai ramadhan paling berat. Tapi bila memandangnya dengan pandangan positif, ramadhan kali ini paling istimewa yang kita hadapi bersama di tengah kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah dengan bebas di masjid. Tidak bisa salat jumat, tidak bisa taraweh bersama di masjid, bahkan tidak ada salat idul fitri di masjid. Semua itu dilakukan sebagai bentuk taat pada peraturan demi memutus mata rantai virus covid 19.

Kenapa istimewa? Karena banyak hal yang tidak biasa, namun harus bisa membiasakannya. Seperti beribadah cukup di rumah saja. Apakah ini mudah? Tentu saja tidak. Tapi ini salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan bersama, meskipun pada kenyataannya di luar sana masih banyak yang bandel, cuek, tidak disiplin.

Ya sudah, kita tidak perlu fokus pada mereka yang melanggar. Lebih baik, kita sadar diri saja, karena hanya dengan kesadaran dari diri masing-masing tentang betapa bahayanya virus ini, selagi belum ditemukan dan diproduksi vaksin secara massal di seluruh dunia. Maka upaya kita, adalah membantu meringankan para tenaga medis. Jika tidak bisa membantu dengan berada di garda terdepan, maka usaha kecil yang bisa dilakukan, salah satunya tetap berada di rumah.

Apakah berada di rumah terus menerus entah sampai kapan itu menyenangkan? Jawabannya tidak selalu. Sebab ada berbagai kesenangan diluar rumah yang tidak lagi bisa dinikmati. Misalkan, bebas belanja (walaupun pasar bahkan supermarket masih buka pun, saya tidak berani datang. Prinsipnya selagi bisa belanja lewat online, menggunakan jasa ojol, kenapa tidak? Cari aman dan tidak merugikan diri sendiri serta keluarga). Tidak bisa jajan di luar kapan saja. Tidak bisa bebas bertemu dengan siapa pun. Bahkan tidak bisa menerima tamu ke rumah. Dan masih banyak deretan daftar tidak bisa. Masalahnya, kita tidak perlu terlalu fokus pada hal-hal yang tidak bisa. Mari fokuskan ke hal-hal yang bisa saja. Seperti halnya saat ramadhan yang disusul dengan hari lebaran tiba, dan tidak bisa melakukan kebiasaan. Maka mari cari alternatif lain yang bisa membangkitkan semangat agar tidak larut dalam kesedihan ketika tidak bisa berkumpul bersama yang tersayang maupun yang tercinta.

Meskipun pada awalnya terasa ada yang berbeda, namun momen ramadhan tahun ini, bagi saya terasa sangat cepat sekali dibanding ramadhan sebelum-sebelumnya. Perasaan baru kemarin sahur hari pertama, tahu-tahu sudah lebaran saja. Apakah bosan di rumah terus karena tidak bisa makan di luar dan tidak bisa buka bersama? Rasa-rasanya tidak. Mungkin ini bagi yang senang tinggal di rumah. Entahlah dengan yang belum terbiasa di rumah. Semoga kamu-kamu yang awalnya tidak biasa, bisa membiasakannya, hingga pandemik ini usai.

Ternyata, meskipun menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga yang itu-itu saja pada saat ramadhan tahun ini, karena tidak bisa berkumpul, bersalaman, dan mengobrol face to face baik dengan keluarga atau teman-teman yang tidak tinggal di rumah tersebut, saya tetap masih bisa menikmati momen kebersamaan. Yang biasanya sibuk dengan kehidupan dan dunianya masing-masing. Kini mulai saling peduli satu sama lain. Melaksanakan ibadah, salat berjamaah, makan bersama-sama di meja makan. Tidak sibuk dengan gadget masing-masing, ternyata menjadikan momen yang terasa lebih hidup dan menyenangkan, yang tidak bisa ditemukan setiap waktu ketika masa sebelum pandemi.

Situasi ini mengajari banyak hal. Seakan memaksa untuk menghadapi dan menerima keadaan, tapi sebenarnya ada banyak hal positif yang dipelajari.

Dalam keadaan sulit sekali pun, dengan kasih sayang-Nya, Allah selalu punya cara untuk mengajari manusia agar bisa menggali hikmah-hikmah yang tersembuyi dibalik adanya wabah yang melanda planet bumi tersayang. Dari pada sibuk meratapi keadaan, yuk bersama kita hadapi keadaan sulit dengan tetap semangat dan optimis, bahwa badai Insha Allah pasti akan segera berlalu. Kita bisa mengambil banyak pelajaran dari situasi sulit itu, jika kamu mau memikirkannya.

Teruntuk para tenaga medis, relawan dan semua yang telah berjuang berada di garda terdepan melawan virus ini. Selamat berjuang, tetap semangat, kuat dan senantiasa sehat, semoga Allah SWT selalu melindungi, menjaga, menguatkan hati para dokter, suster, bapak-ibu-mas-mbak untuk terus berjuang melawan virus dan menolong para pasien. Semoga segala perjuangan, kebaikan demi menyelamatkan para pasien positif korona, akan membuahkan hasil dengan ditemukannya obat, faksin virus ini, dan memproduksinya. Semoga segala amal kebaikannya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Saya di sini, mohon maaf tidak bisa membantu dengan tenaga untuk berjuang di garda terdepan, sebab skill yang saya miliki tidak mumpuni.

Yang bisa saya lakukan saat ini, berada di rumah, mengontrol ego untuk tidak bepergian ke mana pun, tidak melakukan kontak dengan siapa pun. Tidak apa gak ngabuburit, gak belanja langsung, gak beli baju lebaran, gak pulang kampung, yang terpenting saya tetap sehat, agar saya tidak menyusahkan para tenaga medis. Saya tidak mau bertemu, karena saya tidak akan sanggup menatap wajah para tenaga medis yang kelelahan berjuang. Lebih baik saya di rumah saja. Meskipun saya tidak melihat dunia luar untuk beberapa waktu, tidak apa. Apa yang saya lakukan, tidak sebanding dengan yang bisa dilakukan para pahlawan di garda terdepan, pejuang yang mengorbankan waktu dan keahlian untuk menolong para pasien. Semoga para pahlawan dan pejuang akan memperoleh pahala yang berlipat ganda dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Meskipun lebaran tahun ini tidak bisa ke mana-mana. Tidak bisa jalan-jalan, bukan karena saya tidak bisa jalan-jalan, melainkan ini pilihan agar tidak tertular dan menularkan. Tidak bisa mudik karena saya sayang dengan keluarga di kampung. Tidak bisa ke mall, sekali pun ada mall yang buka, saya tidak mau datang dan bertemu banyak orang, karena akan sangat rentan terkena.

Saya mau sehat, saya mau pandemi ini berlalu, maka dengan kesadaran diri saya memilih di rumah saja. Selagi mendapat kesempatan ini dari Allah. Karena di luar sana juga masih banyak yang harus pergi mencari nafkah dan tidak bisa di rumah saja. Maka, saya hanya bisa mendoakan semoga mereka sehat dan tetap patuh terhadap peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Demi kebaikan bersama, demi memutus rantai penyebaran korona. Semoga pandemi covid 19 ini segera berlalu. Aamiin

Sampai jumpa di lebaran tahun 2021, semoga kita semua bisa dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan tahun 2021 dengan kondisi yang jauh lebih baik dari sekarang. Aamiin

Happy Eid Mubarak 1441 H. Mohon maaf lahir dan bathin.

With Love,

SUBSCRIBE AISAIDLUV

2 thoughts on “Memaknai Hal yang Tidak Biasa, Menjadi Terasa Istimewa

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s