[Review Buku] Arah Musim Karya Kurniawan Gunadi

Kamu harus kuat, sebab perjalanan ke depan butuh kekuatanmu untuk bisa menahan diri, mengendalikan diri. Bukan karena kamu harus bertarung secara fisik dengan orang lain, melainkan karena kamu harus melawan egomu, ambisimu, dan dirimu sendiri. (halaman 20)

Adakalanya kita harus mengalah pada angin, biar kita diempas dan tak perlu memikirkan ke mana kita jatuh. Adakalanya kita harus mengalah pada arus, biar kita mengalir ke tempat-tempat yang jauh yang tak kita tahu. (halaman 74)

Judul Buku             : Arah Musim
Penulis                    : Kurniawan Gunadi
Tahun Terbit          : Cetakan pertama, Oktober 2019
Jumlah halaman   : viii + 188 hlm; 20,5 cm
Penerbit                  : Bentang Pustaka
ISBN                        : 978-602-291-648-2

Sinopsis:

Tindakan-tindakan kecil kita di masa lalu telah mengubah banyak hal di kehidupan kita saat ini. Mungkin kita tidak pernah menyadarinya. Mungkin kita telah melupakannya. Meski kemudian kita kebingungan karena tidak mampu memahami rentetan kejadian sebab dan akibat itu.

Kita sering gagal memahami bahwa apa yang terjadi dalam hidup kita adalah hal-hal terbaik yang bisa kita dapatkan. Kita seringkali salah memahami maksud-maksud tersembunyi yang Dia hadirkan dalam semua rentetan kejadian hidup yang amat berharga. Dia ingin mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang seringkali kita tolak kehadirannya. Sesuatu yang barangkali menjadi doa-doa kita selama ini.

Tapi, kita tidak cukup sabar melewati musim-musim yang silih berganti.

Penulisnya Kurniawan Gunadi ini akrab disapa Masgun, merupakan lulusan Desain Produk ITB, namun berputar haluan dari dunia desain ke dunia kepenulisan. Buku pertamanya lahir pada tahun 2014. Buku-bukunya diterbitkan indie. Arah Musim merupakan buku pertamanya yang terbit melalui penerbit mayor, Bentang Pustaka.  Sebelumnya, buku Hujan Matahari, Lautan Langit, Menentukan Arah, dan Bertumbuh terbit melalui jalur indie. Menurut penulisnya, buku ini ditulisnya tiga tahun. Tapi di tiga bulan terakhir menjelang deadline sebelum naskahnya final, semuanya dirombak. “Hidup kadang demikian, kita nggak bisa nebak kalau arahnya tiba-tiba berganti. Kita hanya perlu siap mengendalikan haluannya.” –Masgun

Baca: review buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta karya Alvi S

Saya sangat menyukai desain cover Arah Musim, sederhana tapi bersahaja. Satu daun yang sangat indah membingkai sang cover. Buku yang sangat menyenangkan untuk dibaca, saat membaca buku ini bagi saya seolah menghidupkan kembali api semangat yang kadang padam, bila tertiup angin kencang. Sepertinya buku ini bagai sebuah korek yang bisa menyalakan kembali api semangat, yang bisa saya temukan lewat untaian kalimat-kalimat sederhana, namun mengena.

Kita berjuang untuk melepaskan angan-angan dan harapan yang salah bersandar. Kita berjuang untuk mengembalikan hati kita dalam genggaman-Nya. Kita berjuang untuk terus berprasangka baik. Sama sekali bukan hal yang mudah. Kita percaya takkan dibiarkan tersesat. Kebaikan-Nya selalu mampu mengalahkan segala ketakutan dan kekhawatiran. Sesuatu yang selama ini kita sangka akan menjadi beban di perjalanan. Semuanya hanyalah perasaan yang muncul tatkala tiada iman. (halaman 60)

Baca: review buku Terapi Berpikir Positif

Kamu pernah merasa sendirian? Atau terkadang kamu merasa hidup ini terlalu sulit untuk dicerna, hidup kita berbeda dengan orang lain, hidup kita dibayang-bayangi penilain orang lain yang kadang bukan penilaian yang membangun, tapi seringkali menjatuhkan. Oh kamu tidak sendirian kok 🙂 Apa yang kamu rasakan, akan kamu temukan dalam buku ini. Buku ini bisa menghiburmu dan memberimu motivasi. Layaknya musim akan berganti. Buku yang terdiri dari 6 bab Arah Musim, akan menemani kamu melewatinya…

Kamu pernah nggak sih dinilai orang yang kadang kenal banget sama kamu juga tidak? Tapi seakan paling tahu tentang diri kamu. Atau kamu pernah menghadapi hal-hal dilematis seperti selalu dibanding dengan orang lain? Buku ini bakalan menghiburmu. Ketahuilah, bahwa timeline hidup setiap orang itu berbeda-beda. Kita tidak bisa menyamakan diri kita dengan orang lain. Dan kita tidak bisa menyamaratakan kehidupan kita dengan orang lain. Mungkin orang-orang disekelilingmu seringkali membandingkan kamu dengan orang lain. Menganggap kamu berbeda karena kamu tidak seperti kebanyakan orang, misal dalam hal cinta, prestasi, serta pencapaian-pencapaian duniawi yang seringkali dijadikan patokan orang-orang. Kita tidak perlu mempertanyakan kehidupan orang lain, menurut saya lebih baik kita fokus memperbaiki diri saja.

Baca: review buku Reclaim your Heart karya Yasmin Mogahed

Memang, dalam kehidupan, kamu akan menghadapi manusia, menghadapi tekanan hidup dari lingkungan. Namun semua itu tidak ada apa-apanya jika kamu tidak bisa mengalahkan pikiranmu sendiri. (halaman 20)

Kalau kamu pernah ketemu dengan tipe orang yang sibuk mengkritik dan menjatuhkan kamu, kamu tidak usah khawatir dan tidak usah dimasukan ke hati. Tapi ……. kamu masih kesel sama orang yang suka mempertanyakan kehidupan kamu, mungkin kamu perlu kasih pinjam atau hadiahkan buku ini pada orang tersebut 😀  Yang jelas, baca buku ini membuat hati adem, dan jadi semangat lagi. 🙂

Kini, hati dan pikiranku lebih terkendali. Lebih berhati-hati dalam berucap, tidak lagi sibuk menilai, juga tidak lagi merasa berhak untuk memberi nasihat tanpa diminta. Sebab, aku menyadari. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan masalah yang mereka hadapi, aku bahlan belum pernah menjalani masalah serupa, bagaimana mungkin aku bisa memberi jawaban yang baik, nasihat yang tepat? Kini, hati dan pikiranku lebih tenang. Kini, aku merasa lebih tepat untuk menemani dan mendengarkan. (halaman 88)

Bagi saya, buku ini kecil, hanya 188 halaman, buku yang padat isi tapi sangat bergizi dan membuka wawasan saya. Intinya, kalau kita bisa belajar memaafkan, sepahit apa pun jalan kehidupan, selama kita bisa menerima dan memperbaiki keadaan, kehidupan kita bisa berubah jadi lebih baik. Selama kita juga tidak sibuk dengan mengurus kehidupan orang lain, tapi lebih sibuk memperbaiki diri. Tidak nyinyir dengan kehidupan orang lain. Melainkan belajar untuk menghargai dan menghormati. Buku ini cocok banget dibaca sambil minum teh hangat  plus camilan 🙂

Baca: review buku Berhenti di Kamu 

Berikut ini kalimat –  kalimat favorit saya dalam buku Arah Musim:

  1. Diri ini, tentu saja masih salah di sana sini. Namun, itu bukan alasan untuk tidak melakukan suatu kebaikan. Shalat yang belum khusyuk, bacaan Al-Quran yang masih salah di sana, sini, belum paham tajwidnya, ilmu agama yang masih terbatas, dan semua keterbatasan lainnya. Semua itu tidaklah tepat untuk menjadi alasan diri ini tidak berbuat baik. (halaman 13)
  2. Kamu harus kuat, sebab perjalanan ke depan butuh kekuatanmu untuk bisa menahan diri, mengendalikan diri. Bukan karena kamu harus bertarung secara fisik dengan orang lain, melainkan karena kamu harus melawan egomu, ambisimu, dan dirimu sendiri. (halaman 20)
  3. Memang, dalam kehidupan, kamu akan menghadapi manusia, menghadapi tekanan hidup dari lingkungan. Namun semua itu tidak ada apa-apanya jika kamu tidak bisa mengalahkan pikiranmu sendiri. (halaman 20)
  4. “Ternyata seperti ini rasanya, ikhlas tanpa mengharapkan apa pun selain kepada Tuhan. Mengembalikan pemahaman bahwa semua berawal dan berakhir kepada Tuhan. Dan, keyakinan bahwa Tuhan tahu segala hal yang terbaik dan yang paling rahasia.. (halaman 36
  5. “Kalau misal pekerjaan apa pun nanti memberiku salah satunya, misalnya kebahagiaan dunia dengan gaji besar dan sebagainya, tapi tak mendekatkanku secara spiritual alias tak berpotensi memberi kebahagiaan di akhirat nanti, misal karena dekat dengan riba, praktek korupsi dan sebagainya maka akan kutinggalkan. Jadi, aku ingin meraih dua hal itu. Dan, setiap pilihan nanti selalu melewati dua pertimbangan tadi.” (halaman 40)
  6. “Wah, semoga berkah, ya, Mbak. Anak-anak pasti peka sama orang baik. Mbak orangnya baik, buktinya anak-anak pada nurut gini.” (halaman 53)
  7. Kau adalah gadis yang cemerlang. Jangan biarkan tekanan social, kata orang, dan pandangan umum masyarakat mengalahkan keteguhan hatimu, mengerdilkan peranmu. Juga, jangan takut untuk menjadi seseorang yang lebih, yang kata orang-orang nanti tidak ada laki-laki yang mau denganmu. Jangan dengarkan itu, dengarkan bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali. Kau adalah gadis yang cerdas. Kamu mampu membuat rumusan hidupmu sendiri, mampu menyesuaikan dirimu dengan keadaan, mampu mengubah keadaan di sekitarmu. (halaman 54)
  8. Suatu hari, aku akan melihatmu berdiri tegak, menjadi perempuan, menjadi ibu peradaban yang penuh hal cemerlang. Sesuatu yang menjadikanmu berbeda, itu menjadikanmu amat berharga. Kebaikan hati, kepedulian, keramahan, keluhuran budi, kecerdasan pikir, dan segala sesuatu yang membuatmu menjadi cantik, tak peduli waktu, tak peduli penilaian. (halamab 55)
  9. Kini kita harus bersabar pada pengorbanan kita. Sebab, kita sama-sama percaya bahwa ke depan, pilihan-pilihan ini akan berakhir baik. Sebagaimana kita percaya bahwa ke depan, pilihan-pilihan ini akan berakhir baik. Sebagaimana kita percaya bahwa dengan siapa pun kita memilih teman di perjalanan, sepanjang dia adalah orang yang baik maka jangan ada kekhawatiran. (halaman 57)
  10. Ketakutan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak penting, tidak jauh lebih penting daripada kehidupan yang kita miliki. Perasaan bahagia, hidup dalam ketenangan dan ketenteraman, keluarga yang sehat, anak-anak yang tumbuh dalam kondisi keluarga yang baik, masa depan yang berharga. Semuanya, banyak yang kalah oleh ketakutan yang dibuatnya sendiri. (halaman 65)
  11. Aku menyembunyikanmu dari hiruk pikuk dunia, biar orang melihat dan merasakan kecantikanmu dari kepribadianmu. Bukan dari hasil riasan berjam-jam dan baju kekinian yang kemudian kamu pajang di halaman media sosialmu. Orang akan mengenalmu dari kebaikan budi, kebermanfaatan, peran, pemikiran, kecerdasan, sumbangsihmu  kepada umat, dan hal-hal lain yang jauh lebih bermakna daripada pakaian dan riasan. (halaman 67)
  12. Kita tidak harus dikenal banyak orang untuk bisa menjadi lebih bermanfaat, untuk memiliki nilai lebih sebagai manusia. Kita hanya perlu menjadi orang baik, berbuat baik, membantu banyak orang, berkata lemah lembut terhadap semua makhluk, bekerja dengan ikhlas, berbakti kepada orangtua, berbuat baik kepada tetangga, menyayangi anak-anak, dan semua kebaikan lain yang bisa kita lakukan… (halaman 68)
  13. Kebaikan itu tidak bisa dikenali hanya dengan melihat atau mendengar, Nak. Harus bisa dirasakan, dan untuk merasa hanya bisa dilakukan dengan hati. Hati adalah tempat yang suci, tempat kebaikan secara hakikatnya tidak ingin diketahui oleh orang lain. Bukankah orang baik adalah orang yang tidak ingin diketahui kebaikan-kebaikannya? Mereka adalah orang-orang yang pandai menyembunyikan kebaikan mereka,” Ibu berkata sangat serius. (halaman 72)
  14. Adakalanya kita harus mengalah pada angin, biar kita diempas dan tak perlu memikirkan ke mana kita jatuh. Adakalanya kita harus mengalah pada arus, biar kita mengalir ke tempat-tempat yang jauh yang tak kita tahu. (halaman 74)
  15. Ketidakbahagiaan kita saat ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan kita untuk bersyukur atas hal-hal yang bisa dengan mudah kita dapatkan. (halaman 76)
  16. Nanti, ketika kita sudah tumbuh dewasa, orang tak lagi melihat apa yang kita bicarakan, tetapi apa yang kita perbuat. Semakin bertumbuh, semakin kita memahami bahwa sedikit bicara itu jauh lebih menyenangkan. (halaman 87)
  17. Ibu pernah bilang, salah satu cara mudah untuk menilai kebaikan dan kasih sayang seorang perempuan adalah bagaimana ketika dia berada di dekat dengan anak-anak. Sebab, anak-anak itu masih bersih hatinya untuk mengenali segala sesuatu di sekitarnya. (halaman 95)
  18. Namun, kami semua mengerti bahwa hidup tak berjalan seperti jalannya kereta di jalur yang pasti. (halaman 107)
  19. Hal-hal berharga dalam hidup kita memang tidak pernah diukur dengan cara metematis. Hidup kita jauh lebih berharga dari hitungan-hitungan untung dan rugi. Ada yang jauh lebih bernilai dan berharga, yaitu keberkahan. (halaman 123)
  20. Kalaupun nanti kita berhasil mendapatkan apa yang kita perjuangkan, kita tidak lupa bahwa memertahankannya juga tidaklah mudah. Lagi-lagi, membutuhkan perjuangan. (halaman 129)
  21. Harga pelajaran dalam hidup ini tak pernah sederhana. (halaman 131)
  22. Cobalah untuk menurunkan ekspektasimu terhadap orang lain agar kamu tidak kecewa kerena mereka pasti memiliki kekurangan. (halaman 149)
  23. Cobalah untuk berani mengakui kesalahan. Sebab, hidup ini bukan tentang menang atau kalah. (halaman 149)
  24. Apa yang kamu lihat dengan apa yang orang lain lihat mungkin berbeda. Apalagi jika kamu hanya melihat dan belum pernah mengalami. (halaman 132)
  25. Takdir itu selalu bertindak terbaik. Kita hanya belum bisa memahami apa-apa yang sedang terjadi. (halaman 160)
  26. Kalaulah kita berjuang, kemudian tidak berhasil, mendapatkan apa yang diperjuangkan, bersyukurlah sebab itu adalah kehendak-Nya. Sesuatu yang mungkin sulit kita maknai, tapi akan bisa kita mengerti, suatu saat. Syaratnya sederhana, tapi sulit, yaitu berprasangka baik. (halaman 171)

Baca: Buku Bajakan rugikan diri sendiri dan banyak pihak

Note: buku ini saya beli online melalui website http://www.mizanestore.com

Happy reading! 📚 📖😊

With Love, ❤️💙

6 thoughts on “[Review Buku] Arah Musim Karya Kurniawan Gunadi

Leave a comment