Judul Buku : BUMI MANUSIA
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun Terbit : Cetakan 1, 1980. Cetakan ke-27, Juni 2018
Halaman : 551 halaman
“Pramoedya Ananta Toer, kandidat Asia paling utama untuk Hadiah Nobel.” —Time
“Pramoedya Ananta Toer adalah seorang master cemerlang dalam mengisahkan liku-liku emosi, watak, dan aneka motivasi yang serba rumit.” —The New York Time
“Penulis ini berada sejauh separoh dunia dari kita, namun seni budaya dan rasa kemanusiannya sedemikian anggunnya menyebabkan kita merasa seakan sudah sekian lama mengenalnya—dan dia pun sudah mengenal kita-sepanjang usia kita.” –USA Today
Sinopsis:
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikalbakal nation Indonesia di awal ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonym para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.
Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong: kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah sudut ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.
Baca: Resensi Buku Si Anak Badai karya Tere Liye
Saya sebetulnya sudah tahu sejak lama tentang buku ini, ada juga di library-nya tante, tapi selalu entar-entar saja deh bacanya. Namun lewat obrolan dengan seorang teman penikmat karya-karya Pramoedya, setelah saya tanyakan buku rekomen dari karya beliau apa, jawabannya “Bumi Manusia.” Maka saya pun akhirnya baca buku ini juga. Menurut saya, buku ini merupakan roman yang menarik dan sangat berbeda dari roman karya penulis Indonesia yang pernah saya baca. Karakter-karakter yang digambarkannya pun layaknya manusia yang tidak luput dari kekurangan-kekurangan manusiawinya. Pantas saja buku ini mendapat nominasi Nobel Sastra dan mendapat banyak penghargaan dari luar negeri (detail penghargaanya silahkan baca halaman 536 – 537). Saya tidak akan panjang lebar membahas karakter-karakternya, kalau kamu penikmat roman, jangan sampai terlewatkan untuk membaca buku ini. 🙂
Baca juga : review komet minor, komet, ceros dan batozar!
Buku ini juga sudah diangkat ke layar lebar, trailer-nya silahkan cek di YouTube. Kamu mau nonton? silahkan baca bukunya dulu! 😀
Beberapa kalimat favorit saya dalam buku Bumi Manusia:
- … Dan tak pernah dugaanku yang kira-kira tepat itu aku ceritakan pada orang lain. Salah-salah, aku bisa jadi bahan lelucon seumur hidup—tak dibayar pula. (halaman 53)
- “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.” (halaman 59)
- … “Jangan kau anggap aku biadab,” … “Semua untuk kebaikan dia sendiri” … “Tidak disekolahkan dalam kehidupan.” (halaman 66)
- “Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati, kalau benar. Kalau salah, mengapa dihormati dan diindahkan? (halaman 77)
- “Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.” (halaman 77)
- Lagi pula tak ada cinta muncul mendadak, karena dia adalah anak kebudayaan, bukan batu dari langit. Setidaknya, bukan aku yang menentukan, yang menjalani sendiri. Kau harus uji dirimu, hatimu sendiri. (halaman 81)
- … Orang begitu tidak akan bermain guna-guna. Dia akan lebih percaya pada kekuatan pribadi. Hanya orang tidak berpribadi bermain sihir, bermain dukun. (halaman 82)
- … Pernah kuceritai kau, kasihan hanya perasaan orang yang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan, atau satu kelemahan. Yang terpuji memang dia yang mampu melakukan kemauan-baiknya. (halaman 83)
- … kebawelan banyak kali dianggap wanita sebagai ukuran kelihaian.. (halaman 90)
- … Dan apa bisa diperoleh dalam hidup ini tanpa bea? Semua harus dibayar, atau ditebus, juga sependek-pendek kebahagiaan. (halaman 100-101)
- … “Mana bisa tanpa sekolah?” “Apa salahnya?” Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima.” (halaman 105)
- … harus adil sudah sejak dalam pikiran, jangan ikut-ikutan jadi hakim tentang perkara yang tidak diketahui benar-tidaknya. (halaman 105)
- … “seorang ibu harus menyampaikan pada anak perempuannya semua yang harus dia ketahui…” (halaman 110)
- …”Aku selalu dalam keadaan rapi. Malah akan tidur pun kadang masih kuperlukan berhias. Cantik menarik sungguh lebih baik daripada kusut, Ann. Ingat-ingat itu. Dan setiap yang buruk tak pernah menarik.” (halaman 133)
- … “Aku senang mendengar puji-pujiannya. Ia tak pernah mencela, hanya pujian melulu. Tak pernah mendiamkan pertanyaanku, selalu dijawabnya.”… (halaman 136)
- … “Lagi pula pengakuan itu mempunyai banyak arti di tengah-tengah masyarakatmu sendiri. Kepentinganku sendiri tak perlu orang menilai, asalkan kalian mendapatkan apa yang seharusnya jadi hak kalian. Kepentinganku? Aku dapat urus sendiri. (halaman 137)
- .. Dan tak ada yang lebih sulit dapat difahami daripada sang manusia. Itu sebabnya tak habis-habisnya cerita dibuat di bumi ini. Setiap hari bertambah saja. (halaman 165)
- … “jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari pada dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia tak kan bakal bisa kemput.” (halaman 165)
- … biarlah aku diberi hak untuk ikut membacanya lebih dulu. Itu kalau kau tak berkeberatan tentu. Barangkali saja gambaran dan anggapan keliru lebih bisa dihindari. (halaman 166)
- … “Lecutkan cambukmu, raja, kau yang tak tahu bagaimana ilmu pengetahuan telah membuka babak baru di bumi manusia ini! (halaman 184).
- Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan segala persoalannya. (halaman 186)
- … “Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan caraNya sendiri.” (halaman 189)
- … “Kan orang dikenal karena karyanya?” … “Ratusan juta orang di atas bumi ini tidak berkarya yang membikin mereka dikenal, maka tidak dikenal.” (halaman 210)
- Jangan ikut-ikut jadi hakim tentang sesuatu yang tak ketahui dengan pasti. Kuanjurkan dua-tiga kali datang lagi ke sana, saksikan sendiri sebagai terpelajar. (halaman 272)
- Lukisan adalah sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa. Siapa tidak mengerti mengacung. (halaman 313)
- Selama ada kemungkinan aku akan terus belajar sebagaimana kukehendaki sejak semula. Kalau pintu dibuka kembali untukku, tentu akan kumasuki! Kalau ditutup bagiku, aku pun tidak berkeberatan tidak memasuki. Terima kasih atas semua susah-payah ini. (halaman 435)
- .. turangga, Gus, kuda itu, dia alat yang dapat membawa kau kemana-mana: ilmu, pengetahuan, kemampuan, keterampilan kebiasaan, keahlian, dan akhirnya—kemajuan. Tanpa turangga takkan jauh langkahmu, pendek penglihantanmu.” (halaman 464)
Baca: review buku Api Tauhid karya Kang Abik
Happy reading! 📚 📖😊
With Love, ❤️💙

Ulansan yang menarik tentang novel Bumi Manusia. Sudah sekitar sebulan membeli novel tersebut, namun sampai saat ini belum sempat membacanya. Pengin segera membaca dan menyelesaikan novel tersebut sebelum film Bumi Manusia-nya rilis. Haha.
LikeLiked by 1 person