Kamis, 20 Desember 2018: Jakarta – Hongkong
Pukul 11.30 kami berenam, terdiri dari (Om, Tante, satu putri dan dua putra , adik-adik sepupu, dan saya) berkumpul di terminal 2D Bandara International Soekarno Hatta, tepatnya di belakang restoran Hokben untuk bertemu dengan perwakilan dari travel agen kami. Kemudian menyerahkan paspor serta Itinerary perjalanan, juga tiket pesawat. Saya lupa nama Mas-nya, tak lupa ia menyampaikan makanan titipan untuk kami, mungkin dari bosnya yang memang sudah kenal baik dengan Om (isinya, nanti saya ceritakan kalau sudah sampai Barcelona), sudah di packing dengan baik, dan akan dimasukkan ke bagasi. Pukul 12.30 kami mengumpulkan barang bagasi yang dibawa. Sebelum boarding, kami berpisah dengan Mas-nya, ia bilang “tetap eling dan hati-hati ya, nanti di Barcelona.” Kemudian pukul 13.30 boarding, dan pukul 14.25 kami berangkat menuju Hongkong dengan pesawat Chatay Pasific Airlines, maskapai penerbangan milik Hongkong, sehingga kami akan transit di sana. Perjalanan dari Jakarta ke sana memakan waktu empat jam. Kami transit di Bandara Internasional Hongkong selama lebih dari empat jam.
Ini pengalaman pertama kalinya saya naik Chatay Pasific Airlines, dan ternyata pesawatnya nyaman, dari Jakarta – Barcelona, pesawatnya Air Bus, satu baris terdiri dari sembilan tempat duduk. Terus makanannya enak-enak (oh iya, kalau ragu mengenai kehalalan makanan, tinggal tanya sama pramugarinya, apakah makananya ada pork-nya atau tidak), camilannya juga enak-enak. Kalau penerbangan dari Jakarta ke Hongkong, hanya mendapat satu kali makan sama snack, tapi kalau dari Hongkong ke Barcelona, dapat makan malam, snack, terus bisa request noodle juga (semacam pop mie hanya beda merek dan rasanya tentu tidak segurih pop mie), kemudian dapat sarapan juga. Pas saya cek ke wibsite-nya, ternyata di tahun 2018 memenangkan pernghargaan di kategori best ecomony class dari IMA Italian Awards 2018, oh pantesan pesawatnya nyaman, meski berada di economy class. Walaupun penerbangan belasan jam, tenang saja, banyak pilihan film yang bisa ditonton, atau kalau malas nonton bisa mendengarkan musik, main game, baca buku (bawa sendiri), silahkan sesuaikan dengan keinginan.
Jumat, 21 Desember 2018: Hongkong – Barcelona
Pukul 00.15 waktu Hongkong, kami melanjutkan perjalanan menuju Barcelona. Pukul 06.55 am kami tiba di Bandara International Barcelona – El Prat (bahasa Spanyol-nya Aeropuerto de Barcelona-El Prat), terletak 12 km dari kota Barcelona. Saat musim dingin, perbedaan waktu antara Jakarta dengan Barcelona adalah enam jam lebih lambat. Kalau di Jakarta sudah pukul 12.00 siang, maka di Barcelona baru pukul 06.00 pagi.
Setelah proses imigrasi dan pengambilan masing-masing bagasi, pukul 07.55 kami dijemput guide dan driver. Guide kami yaitu Mr. Reno langsung menyapa dan membantu kami membawa beberapa koper untuk dimasukkan ke mobil yang sudah disiapkan dengan driver bernama Mr. Jose Antonio, asli orang Spanyol. Belum keluar dari bandara saja, hawa dingin langsung menusuk, Mr. Reno mengingatkan “hati-hati dengan tas ya, selalu simpan tas selempangan di depan, jangan di pinggir.” Kondisi bandara sangat ramai sekali, jadi sebagai antisipasi memang harus waspada, dan tahukah kamu, kenapa kami diingatkan seperti itu? Karena memang di kota ini terkenal banyak copet yang kreatif dan berdandan necis. Om juga selalu mengingatkan untuk banyak berdoa saja, agar perjalanan kita aman. Seharusnya kalau menurut jadwal, kami langsung city tour, namun menurut info dari guide kami, tenyata di kota Barcelona hari itu akan ada demo besar-besaran menyangkut keinginan merdeka. Jadi sebaiknya kita langsung ke hotel saja, syukur-syukur kalau bisa langsung check in. Kami pun naik mobil, dan keluar dari bandara menuju hotel. Pukul delapan lewat bertepatan dengan munculnya matahari terbit, wah senang sekali rasanya pagi itu disambut matahari keemasan, pagi yang indah di kota Barcelona. Saya senang sekali bisa melihat sunrise meski lewat kaca jendela mobil, persis dari samping kanan.
Baca juga: persiapan traveling di musim dingin
Tiba di hotel Sofia, kami disambut ramah oleh petugas hotel, Mr Reno membantu proses check in hotel, untungnya hotel saat itu tidak terlalu penuh, sehingga kami diperbolehkan untuk check in lebih awal. Tiba di kamar lantai 5, saya langsung melihat seluruh isi kamar, menyingkap horden, dan bisa melihat pemandangan kota Barcelona dari balik kaca.
Siang itu, kami praktis tidak ke tempat jauh, hanya di sekitar hotel saja, rencananya keesokan harinya kami akan city tour. Siang itu, kami mencoba kuliner rekomen yang harus dicoba yaitu Cafe Bugui. Ada salah satu menu yang sangat cocok buat orang Indonesia, yaitu menu nasi. Namanya Nasi Paela, nasi kuning yang dicampur dengan berbagai sea food segar seperti udang besar, kerang, kepiting, rasanya enak sekali!
Malamnya kami membuka kardus yang dibawa dari Jakarta, ternyata isinya adalah menu masakan padang super lengkap dengan tema serba pedas dengan ukuran besar, terdiri dari rendang, kerupuk, abon, ayam suwir pakai bumbu kecombrang (ini enak banget), kering kentang, sama sambal ijo, ya ampuuuun ini baik sekali ya pak travel kami, sampai membawakan kami makanan sebegitu banyaknya (makanan padang ini bakalan awet meskipun tidak dihangatkan, dan tak usah kawatir karena lagi musim dingin jadi gak bakal cepat basi). Malam itu, kami makan nasi padang, mantaaap! Lantas nasinya dari mana? Oh iya, salah satu adik sepupu saya baru berusia lima tahun,untuk dia khusus kami bawakan rice cooker for traveler ukuran mini (maksima sekali masik 1 cangkir lebih), sama beras buat jaga-jaga saja takutnya gak mau makan roti (jadi, mohon maaf ya De, jatah nasinya berkurang hihi). Selain masakan padang, kami juga dibawakan camilan berupa kacang Bali sama cheese stick. Sebelumnya, kami memang tidak pernah bawa makanan berat atau pun sambal kalau lagi traveling, karena kami ingin mencoba makanan khas daerah yang kami kunjungi, ini kami sama travel kami dibawain masakan padang lengkap. Wow, what a perfect journey!
Sabtu, 22 Desember 2018: HOLA BARCELONA!

Jam empat pagi saya sudah terbangun, padahal baru beranjak tidur pukul 23.30 waktu setempat, sementara waktu subuh masih lama pukul 06.35 am, dan sunrise pukul 08.15 am, sementara perut sudah keroncongan dan nggak bisa tidur lagi! Hadeuh, rupanya settingan saya masih serasa di rumah hahaha, padahal ini di Barcelona! Musim dingin waktu seakan melambat, pagi datangnya kok lama sekali, sementara malam justru datang begitu cepat, sekitar pukul 17.26 shalat magrib sudah tiba. Di hari kedua itu, matahari terbit dengan cantiknya, saya memandanginya dari balik jendela kamar hotel. Saya terharu, nggak nyangka bisa melihat sunrise lagi. Setelah itu kami siap-siap sarapan di hotel. Menu yang tersaji tentu saja roti aneka rasa, mulai roti tawar baik gandum maupun bukan, croissant varian rasa (ada coklat, ada yang isian entah apa namanya, ada juga yang tidak ada isian apa pun), berbagai roti, kue, buah-buahan tersaji, dan lain-lain. Pagi yang indah menyambut kami.
Pukul 11.00 kami keluar hotel, dijemput driver yang memjemput dan akan menemani perjalanan kami selama di Barcelona beserta dengan guide kami. Baru beberapa ratus meter keluar hotel, wah saya langsung tak ingin sedikit pun melewatkan waktu untuk melihat dan merasakan suasana kota Barcelona. “wah kota ini ternyata cantik” gumam saya dalam hati. Dipinggir-pinggir jalan masih banyak pepohonan, bahkan saya melihat ada banyak pohon jeruk di tengah kota di pingggir bangunan-bangunan (ya ampun, ini saya kok norak sekali, padahal katanya kalau di negara-negara Eropa, memang hal itu sudah biasa, guide kami bilang “tapi buah jeruknya jangan di makan ya, itu hanya hiasan saja.”), kemudian masih banyak pepohonan yang daunnya mencoklat, “loh emangnya ini musim gugur ya, kok masih banyak pepohonan dengan daun lebat berwarna kecoklatan,” lagi-lagi saya bergumam.
Musim dingin memang ternyata tidak melulu ada salju, saat saya berada di kota Barcelona suhu sekitar 4 – 10 derajat celsius. Dengan suasana pagi yang cerah, suguhan kota cantik khas Barcelona yang baru saya temui, membuat musim dingin di Barcelona terasa hangat, sehangat pengalaman yang terukir di kota tersebut.
Sehari sebelumnya di pusat kota ini terjadi demo besar-besaran, maka pagi itu tidak sedikit pun terlihat bekas ada demo. Demo di negara mereka, ternyata berbeda dengan di negara saya. Salut sekali, mereka bisa melakukan demo dengan tertib tanpa merusak fasilitas umum atau sampah bertebaran hingga membuat wisatawan ketakutan. Hari itu, seakan tidak apa-apa. Toko-toko semua sudah buka dan aktivitas kembali berjalan normal.
Beberapa tempat wisata yang dikunjungi di Barcelona:
Tidak lama kami berada di kendaraan, masih takjub dengan apa yang saya lihat dengan pengamatan saya tentang kota ini, dan sedang asik pikiran menerawang, Mr. Reno sudah memberi instruksi bahwa sebentar lagi kami akan turun, dan berjalan menuju sebuah bangunan di seberang jalan. Tak lupa di setiap spot yang kami kunjungi, tak bosan Mr. Reno selalu mengingatkan untuk “Hati-hati dengan tas, simpan tas di depan, tidak boleh di belakang atau disamping, supaya aman.” Kami sudah paham maksudnya, guide kami hanya ingin memastikan peserta tour-nya aman, karena merasa bertanggung jawab terhadap keberadaan kami selama tour bersamanya beberapa hari ke depan.
Banyak hal yang bisa kunjungi di kota yang menjadi daya tarik tarik bagi mereka yang menyukai perjalanan dan ingin memperoleh pengalaman baru. Tak bisa dipungkiri, magnet terbesar kota ini tentu saja tim sepakbola yang termashur yaitu FC Barcelona. Tapi tidak hanya sepakbola menjadi daya pikat Barcelona, karena ada sejumlah destinasi menarik lainnya pun bisa dikunjungi:
CASA MILA. Bangunan ini masuk dalam situs warisan dunia karya arsitek asal Catalunya, Spanyol yaitu Antoni Gaudi. Bangunannya sangat cantik! Melihat dari dekat bangunan ini ternyata jarang sekali ada garis lurus di bagian depan Casa Mila. Hampir semua dindingnya berbentuk lengkungan. Dalam mendesain bangunan ini, sang arsitek mengambil inspirasi dari bebatuan. Rumah terakhir karya Antoni Gaudi ini awalnya dimiliki oleh pasangan Pere Mila dan Roser Segimon.
Setelah mengalami berbagai pergantian pemilik, Casa Mila akhirnya dibuka sebagai museum. Meski begitu, tidak semua bagian rumah bisa diakses oleh pengunjung. Mata saya tertuju pada beberapa tulisan yang menempel di gedung tersebut, ada banyak kata-kata bagus seperti: Quality buy love, passion buy happiness, entah apa maksudnya diluar keindahan yang dimiliki bangunan tersebut. Setelah melihat bangunan itu kami berjalan beberapa ratus meter menuju Casa Batllo.
CASA BATLLO. Nah bangunan ini juga masih karya Gaudi dan masuk dalam situs warisan dunia. Awalnya hanya seonggok gedung jelek yang kebetulan berdiri di lokasi strategis. Keluarga Batllo memutuskan untuk membeli gedung tersebut dan mengubahnya menjadi rumah layak huni berkat bantuan Gaudi. Konon, inspirasi dari desain Casa Batllo ini berasal dari anatomi seekor naga. Lihat saja, atapnya berbentuk melengkung dan bersisik seperti punggung naga. Saya tidak mampir masuk, mengingat saat itu terlalu banyak pengunjung memadati tempat tersebut serta antrian yang mengular, untuk menghemat waktu, kami melanjutkan perjalanan dengan kendaraan ke salah satu karya masterpiece arsitek Gaudi yang bangunannya diperkiran dibangun dalam kurun waktu 150 tahun.
SAGRADA FAMILIA. Kami turun dari mobil beberapa ratus meter menjelang bangunan ini. Banyak sekali pengunjung yang memadati gereja terunik dan terindah di dunia karya Antoni Gaudi ini. Konstruksi gereja ini mulai dikerjakan tahun 1882 dan saat saya ke sini bangunannya belum selesai (masih banyak crane raksasa yang di beberapa bagian bangunan ini), diperkirakan seluruh bagian Sagrada Familia akan selesai tahun 2026. Itu artinya butuh waktu hampir 150 tahun untuk mendirikan bangunan yang nantinya akan menjadi gereja tertinggi di dunia. Menurut penjelasan guide kami, yang mendanai pembangunan gereja ini namanya tidak ingin diketahui oleh publik, dan hanya satu orang mendanainya, mungkin itulah yang menyebabkan bangunan ini masih belum selesai juga, lain halnya kalau banyak yang mendanai mungkin saja bisa dipercepat. Terlepas dari siapa yang mendanai, dalam pandangan saya hebat sekali ya ini orang sekaligus misterius dan eklusif juga karena hanya mendanai sendiri. Lebih keren lagi, meski bangunannya belum selesai, baik gereja yang bergaya gotik dan art noeveu ini maupun reliefnya telah terdaftar sebagai situs warisan dunia, UNESCO.

Di sekitar gereja juga banyak bangunan, banyak cafe, banyak yang menjual souvenir, bahkan saya perhatikan disamping gereja juga ada yang menjajakan lukisan. Sayangnya, saat kami di sana padat sekali pengunjungnya, sehingga tidak sanggup untuk mengantri agar bisa masuk ke dalam gerejanya. Kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Salah satunya mampir ke Zara dari situ kan ke Las Ramblas.
LAS RAMBLAS. Tiba di tempat ini, saya seperti merasakan asmosfer berbeda dari beberapa tempat yang sebelumnya saya kunjungi, Info dari Mr. Reno katanya tempat ini merupakan boulevard paling terkenal di Barcelona. Jalanan pedestrian sepanjang 1,2 kilometer ini membentang dari mulai Barri Ghotic menuju El Raval di pusat kota Barcelona. Las Ramblas ini sangat terkenal di kalangan warga lokal dan wisatawan mancanegaa. Sepanjang jalan di Las Ramblas terdapat pula toko-toko kecil yang menjual makanan, souvenir, maupun produk lokal. Kebetulan kami belum makan siang, sehingga atas rekomen Mr. Reno, kami pun memasuki Carveseria Baviera Restaurant.
Restoran ini terletak di Hosteria Alemana, S.A. c/ Ramblas, 127 – Barcelona. Kalau sedang berada di kawasan Las Ramblas (atau La Rambla), kita bisa mampir ke resroran ini, di restoran ini menyajikan menu dari sea food yang segar-segar. Saat kami ke sini, waitress-nya berasal dari Maroko, dan bisa berbahasa Inggris, menu yang kami pesan saat itu antara lain: calamares romana, pascaditos fritos, sopa de pescado, chipinores ala anda, pulpo ala anda, brocheta langostinos, sopa de pescado. Menunya enak-enak, pelayanannya juga baik. Dari sana kami melanjutkan perjalanan lagi menuju sudut lain kota Barcelona. Mr. Reno membawa kami melihat pelabuhan di kota Barcelona, hingga kami turun untuk melihat pantai dari sebuah hotel, kemudian berjalan lagi beberapa ratus meter dan sampailah di pantai La Barceloneta.
LA BARCELONETA. Setelah melihat bangunan-bangunan artistik yang tersebar di seluruh penjuru Barcelona yang merupakan kota terbesar kedua di Spanyol, dan sebagian besar dipadati oleh para pengunjung dari berbagai penjuru dunia, ramai sekali! Tiba di pantai ini terasa santai, beruntung saat itu tidak terlalu padat. Sehingga bisa menikmati cuaca cerah di pinggir pantai, dalam balutan baju berlapis-lapis serta mantel. Walaupun musim dingin saat itu menyambut kami. Namun, melihat cuaca cerah yang awalnya saya pikir kalau musim dingin itu identik dengan salju dimana-mana, tapi nyatanya tidak, dan di pantai ini saya merasakan hal yang menyenangkan, menikmati sisi kota Barcelona dari sudut lain. Sungguh winter rasa summer, pikir saya.
Ternyata kota Barcelona ini menyimpan banyak destinasi wisata menarik, tidak melulu soal klub sepakbola yang sangat terkenal itu. Walaupun sebelumnya tempat yang kami kunjungi rata-rata padat oleh wisatawan, mau ke sini penuh, ke sana penuh, gak santai dan crowded sekali! Maklum saja menurut Mr Reno, saat itu Barcelona merupakan salah satu dari lima kota di Benua Eropa yang paling banyak dikunjungi wisatawan dari seluruh dunia setelah kota Istanbul, Roma, Paris, dan London. Maka, melipir ke La Barceloneta sangat menyenangkan, setelah berjam-jam berkutat dalam keramaian.
Pantai ini tidak termasuk dalam “private beach” karena ini adalah salah satu pantai yang banyak disesaki turis dari berbagai penjuru dunia. Saya hanya menikmati suasana pantai sambil berjalan di atas pasir. Berbeda dengan pantai-pantai di Indonesia yang terasa hangat, pantai di sini dingin, apalagi saat musim dingin tentu saja terasa dingin, maka dari pada main air, mendingan duduk saja di kursi yang sudah disediakan, sambil melihat aktivitas di pantai juga pengunjung yang datang silih berganti. Bersyukur sekali city tour hari itu di tutup dengan menikmati pantai cantik yang dikelilingi bangunan beton, pantai bernama La Barceloneta. Bersantai di tengah hiruk pikuk kota Barcelona yang ramai, terasa sangat menyenangkan! Sekitar pukul 16.30 kami pulang menuju hotel, sebab Om, Tante, dan adik sepupu saya akan bersiap untuk menonton bola di Camp. Nou. Oh iya, saya minta tolong adik sepupu yang duduk di kursi Vip “De, tolong videoin pertandingannya dong buat Teteh upload di YouTube.” Dan adik sepupu saya mengabulkan permohonan saya. Horee!
NONTON FC BARCELONA DI CAMP. NOU. Sebelum berangkat dan memesan tiket dari jauh-jauh hari untuk pertandingan FCB Vs Celta Vigo (tanggal 22 Desember 2018), Om bertanya pada saya “Ai apakah mau nonton bola langsung atau tidak?” Dengan mantap saya menjawab “Tidak Om, terima kasih.” *ditimpuk penggemar FCB yang kepengen nonton pertandingan di tempatnya langsung hahaha* Mohon maaf, saya bukan football lover, nggak ngerti istilah-istilah bola (sebenarnya bisa saja belajar lewat membaca, tapi ya kok ngak masuk-masuk ke otaknya), hanya tahu saja sih misalnya beberapa pemain bola terkenal, liga-liga apa saja di beberapa negara, pelatih bola terkenal, nama-nama stadium bola di beberapa negara, tapi juga bukan tidak suka bola. Saya menghargai orang-orang yang suka sama permainan terkenal di seluruh dunia ini, saya hanya menyesali kenapa kok saya tidak ngerti-ngerti juga, ya? hahaha Ah sudahlah, saya baca buku saja! Tapi tidak menolak kalau diajak tour stadium, hanya kalau diajak nonton bola live dengan harga tiket yang mahal (untuk kelas Vip), tetap saja otak saya mikirnya “Duh, uangnya mendingan buat beli buku dll saja, hahaha.” Intinya saya tidak nonton bola, tapi keesokan harinya saya mampir ke Camp. Nou, kapan lagi bisa ke sana mewakili para penggemar Barca di seluruh dunia. Ingin merasakan sensasi berada di stadium yang terkenal tempat pemain Leonel Messi bersama timnya membela kesebelasannya. Jadi apa perasaannya? tentu saja senang dan bersyukur pernah menginjakkan kaki di sana 😀 Malam itu saya dan kedua adik sepupu tidur cantik di hotel, sementara Om, Tante dan adik sepupu yang laki-laki dan penggemar berat Barca, nonton FCB. Om sudah sering, sementara adik sepupu saya ini untuk pertama kalinya nonton tim kesayangannya, impian masa kecilnya menjadi kenyataan, alhamdulillah.
Minggu, 23 Desember: BARCELONA – ZURICH
Pukul 08.00 pagi kami sudah sarapan setelah sebelumnya packing. Hari itu kami akan melanjutkan perjalanan menuju Zurich, kota di negara Swiss. Hotel Sofia, tempat kami menginap selama tiga malam ini, dekat sekali ke Camp. Nou, tinggal berjalan kaki beberapa ratus meter. Suasananya nyaman, pelayanannya pun bagus, dan sarapannya tentu saja enak. Buat penggemar FCB yang mau nonton langsung dan nyari hotel, tempat ini rekomended! Sarapan terakhir di pagi itu saya tutup dengan minum teh chamomile dicampur madu. Selesai sarapan, kami kembali ke kamar untuk cross check barang, takutnya ada yang tertinggal, setelah itu barulah kami kumpul di lobby, dan Mr. Reno mengurus proses check out, pukul 10.30 kami ke keluar hotel.
Kami mampir sebentar masuk ke Camp. Nou, senang sekali akhirnya saya bisa menginjakkan kaki tanpa harus nonton bola di salah satu klub besar sepakbola di dunia ini. Setelah itu kami mampir ke Estadi Olimpic yang merupakan stadium yang pernah digunakan pada Olimpiade Barcelona tahun 1992, tempat ini sudah tidak di pakai, namun terlihat masih kokoh dan bersih, juga terawat dengan baik. Saya salut banget.
Untuk menutup perjalanan di kota Barcelona, kami mampir ke Montjuic Hill. Dari sini kita bisa melihat panorama kota Barcelona yang jauh lebih cantik jika dilihat dari tempat ini. Tepat di bukit ini pula berdiri bangunan megah yaitu Museu National d’Art Catalunya (MNAC) yang merupakan Museum Seni Catalan. Museum ini berdekatan dengan Kastil Montjuic. Kalau ingin tahu tentang sejarah peradaban Barcelona, Catalan, dan juga Spanyol, bisa mengunjungi museum ini. Kami duduk-duduk saja, tidak masuk ke museum karena tidak bisa berlama-lama lagi. Tempat yang menarik, pemandangan yang sangat indah, menatap kejauhan, seakan enggan untuk meninggalkan kota tersebut. Kami berada di sana sekitar setengah jam. Kemudian perjalanan kami lanjutkan menuju bandara.
Tiba di bandara, kami berpamitan dengan driver kami selama di Barcelona, yang biasa dipanggil Mr. Antonio. Kami bertujuh dengan Mr. Reno kemudian melakukan proses check in dan imigrasi. Selanjutnya, masih ada waktu sebelum boarding, kami makan siang Burger King di bandara. Pukul 14.40 dari Bandara International Barcelona – El Prat, kami berangkat menuju kota Zurich dengan pesawat Swiss Air. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Gracias Barcelona! Sampai jumpa Spanyol.
Tips Traveling: Dimana pun kita berada, tetap harus hati-hati. Kalau kamu mau ke Barcelona, tidak usah takut dengan yang saya bahas sebelumnya, yang penting tetap berhati-hati dan banyak berdoa, agar tetap enjoy!
Berikut beberapa artikel tentang perjalanan saya ke beberapa negara di bawah ini:
- Thailand : trip to Bangkok, makan Durian montong di Thailand
- Jepang : menikmati Jepang di musim gugur
- Hongkong : Trip Hongkong
- China: Mampir di Restoran Modern Toilet di kota Shenzen
- Singapura : Mengunjungi Universal Studio Singapore, Singapore Flyer
- Saudi Arabia: My Amazing journey at Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Jeddah
- UAE (United Emirate Arab): Pesona kota Dubai
- Inggris: I eft my heart in London
- Prancis: Lost in Paris
- Turki : petualangan yang spektakuler di Turki
- Australia : menikmati musim panas di Sydney
- New Zealand: liburan di Queenstown, dan terpikat keindahan alam Mount Cook
Happy Traveling!
With Love,
ya ampunnnnnn
ke sagrada familia, nou camp
liburan goals banget!!
LikeLiked by 1 person
Semoga liburan goals-nya terwujud. Aamiin 😇
Suka dg tim FC Barcelona, Mas?
LikeLike
mantap min artikelnya cukup lengkap hehe
Wisata di Spanyol
LikeLiked by 1 person
Terima kasih
LikeLike